Perbedaan Mendasar Antara Worldview Islam dengan Worldview Barat dalam Memahami Ilmu Pengetahuan

Kamis, 19 Maret 2015

| | |
Oleh : Rosmayani Nor Latifah

Bagaimana Anda memahami ilmu? Dlm bhs Indonesia, worldviewnya tdk terlihat. 
"Ilmu-dunia-alam semesta-tanda2-Tuhan" 
 kata2 ini tdk jelas korelasinya

Demikian juga bhs Inggris: 
"knowledge-world-universe-signs-God" 
tidak jelas korelasinya.

Tapi lihat bahass wahyu kita, bahasa Arab: 
'"ilm-'alaam-'aalamiin-'alaamaat-Al-'Aliim"
 Semua kata-kata ini kelihatan korelasinya karena seakar kata. 
Maka ilmu bg seorang Muslim adalah alat utk menelaah alam semesta 
krn ia merupakan tanda2 bagi Al-'Aliim, 
yaitu Allah SWT.


Bagi org sekuler, knowledge tdk ada korelasinya dgn God. 
Tapi bagi Muslim, ilmu itu utk mengenal Allah. 
Ada perbedaan sangat besar di sini.
Konsep ilmu yg berbeda akan hasilkan cara menuntut ilmu yg berbeda, 
dan cara memanfaatkan ilmu yg berbeda pula.

Karakter seseorang pada didasarnya sangat dipengaruhi oleh worldview atau yang lebih dikenal sebagai pandangan hidup. Pandangan hidup seseorang sangat dipengaruhi oleh keyakinan, agama, kultur dan tradisi.

Baik buruknya perilaku dikendalikan oleh pemikiran manusia. Lebih dari itu ia diatur oleh keyakinannya. Ninian Smart memberikan makna worldview terkait dengan etika. Menurutnya, worldview adalah kepercayaan, perasaan dan apa-apa yang terdapat dalam pikiran orang yang befungsi sebagai motor bagi keberlangsungan dan perubahan sosial dan moral Pembentukan cara pandang ini tidak lain melalui aktifitas keilmuan.[1]

Sebagai muslim seyogyanya kita hidup berdasarkan pandangan yang dibangun atas konsep dasar yang bersumber dari wahyu Allah SWT. Karena pandangan hidup selain berdasarkan wahyu Allah hanya akan mengantarkan pada kehancuran dan kesesatan.

Islamic Worldview bukanlah ajaran baru dalam Islam. Sebab, Islam adalah agama yang sudah sempurna sejak awal. Islam tidak berkembang dalam sejarah. Konsep tajdid (pembaruan) dalam Islam, bukanlah membuat-buat hal yang baru dalam Islam, tetapi merupakan upaya untuk mengembalikan kemurnian Islam. Ibarat cat mobil, warna Islam adalah abadi. Jika sudah mulai tertutup debu, maka tugas tajdid adalah mengkilapkan cat itu kembali, sehingga bersinar cerah seperti asal mulanya, dan bukannya mengganti dengan warna baru yang berbeda dengan warna sebelumnya. Islamic worldview adalah upaya perumusan ajaran-ajaran pokok dalam Islam, yangformulasinya disesuaikan dengan tantangan zaman yang sedang dihadapi oleh kaum Muslimin. Karena saat ini yang sedang mendominasi umat manusia – termasuk umat Islam – adalah pemikiran Barat yang sekular-liberal, maka konsep Islamic Worldview ini pun dirumuskan agar kaum Muslim tidak terjebak atau terperosok dalam pemikiran-pemikiran yang dapat merusak keimanannya.[2]

Sebagai bentuk intropeksi akan kondisi umat Islam terkini, maka munculah pertanyaan apakah hidup kita selama ini sudah menggunakan cara pandang yang bersumber dari Wahyu Allah? Atau kita secara perlahan tanpa disadari telah mengikuti pandangan-pandangan yang hanya indah dalam bait-bait retorika dan spekulasi saja. Karena terdapat perbedaan pandangan antara The Worldview of Islam yang bersumber pada wahyu dengan The Worldview ala barat yang bersumber pada spekulasi. Walaupun kedua pandangan  ini sama-sama menghasilkan aktifitas ilmiah dan berimbas pada tersebarnya ilmu pengetahuan beserta pengamalannya. Namun, keduanya sangatlah berbeda dan tidak dapat dipersatukan.

            Sekularisme adalah produk Worldview barat yang tidak cocok dengan Islam sama sekali. Sebab Worldview barat dan Islam kenyataannya memang sangat berbeda. Menurut sohail sekularisme di Barat digunakan untuk memisahkan Negara dari otoritas agama. Tujuannya agar kedamaian dapat dipertahankan dalam masyarakat plural. Dengan menganut sekularisme juga, kewarganegaraan tidak ditentukan oleh agama dan kepercayaan, tapi bergantung kepada hak dan kewajiban masing-masing warganegara. Namun, kenyataannya di Negara-negara Islam, sekularisme dipahami sebagai antiagama dan anti-Islam.[3]

            Worldview Barat tidak hanya memisahkan otoritas agama terhadap negar namun juga terhadap ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dianggap hasil dari berbagai perubahan paradigm dan spekulasi. Hal tersebut jika ditelusuri  terdapat sejarah traumatic atas hegemoni gereja yang telah mematikan ilmu pengetahuan, sehingga munculah sekulerisasi pemisahan ilmu pengetahuan dan agama.

Berkait dengan sekularisme, pada awalnya masyarakat Barat terkekang oleh gereja. Gereja memegang kontrol penuh terhadap setiap lini kehidupan masyarakat Barat, baik dalam urusan agama dan keyakinan, sosial-kemasyarakatan, urusan keilmuan, ekonomi, politik, kenegaraan, dan lain sebagainya. Tak boleh ada satu hal pun yang boleh berseberangan dengan doktrin gereja. Jika sampai ada yang berbuat bidah atau menyimpang dari Bibel atau ajaran gereja, maka hukumannya adalah inkuisisi dengan beragam jenis siksaan yang sangat mengerikan.  Masa itu adalah masa  ketika akal masyarakat tak boleh berkembang dan tak boleh melontarkan pemikiran yang tidak sesuai dengan doktri Bibel. Ahlasil, masyarakat Barat pun saat itu terjerumus ke dalam jurang kebodohan dan kemunduran karena kehidupan mereka dikontrol penuh oleh gereja.[4]

                Dalam memaknai ilmu pengetahuan perbedaan yang sangat mendasar antara  Worldview Islam dan Worldview ala Barat. Islam menemukan berbagai Ilmu Pengetahuan setelah mengkaji wahyu dan membaca ayat-ayat kauniyah. Sebagai mana Firman Allah dalam Surah Yunus, ayat 101 :

Katakanlah: “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi, Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-Rasul yang member peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman”(Q.S Yunus :101)

            Sehingga, pada dasarnya dengan Worldview Islam  mempelajari ilmu pengetahuan akan semakin menambah  keimanan dan ketaqwaan kepada Allah. Berbagai penemuan akan semakin membuat penemunya memuji kebesaran Allah. Sebagai contoh, banyak ilmuwan-ilmuwan Muslim pada zaman pertengahan yang memberikan sumbangsih begitu besar kepada dunia di dunia ilmu pengetahuan, sebut saja Ibnu Rusyd, Ibnu Sina, Al-Khawarijmi, Al-Biruni dan masih banyak lagi mengahasilkan karya yang luar biasa berawal dari pemaknaan wahyu Allah yang mendalam.

            Seperti dalam Firman Allah pada surat Al-Baqarah ayat 147 bahwa Alhaqqu min rabbika falatakuunanna mina almumtariina yang berarti kebenaran itu dari Rab-mu, maka jangan sekali-sekali kamu termasuk orang-orang yang ragu. Allah sudah sedemikian rupa mengatur kehidupan manusia dengan sempurna dimuka bumi ini. Al-Qur’an pun begitu lengkapnya mengatur tata kehidupan manusia yang mencakup ilmu muamalah, politik, ekonomi, akhlak dan lain sebagainya. Ilmu pengetahuan yang didasari oleh Worldview Islam bersumber pada Wahyu tersebut, akan membentuk pribadi yang beradab dan penuh tanggung jawab serta menjadikan ilmu pengetahuan sebagai investasi akhirat. Sebagaimana dalam kitab Shahih Imam Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari Hajjaj bin Minhal dari Syu’bah dari Alqamah bin Martsad dari Sa’ad bin Ubaidah dari Abu Abdirrahman As-Sulami dari Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ .
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.”




[1] Kholili Hasib “Pendidikan Berbasis Worldview Islam”, 9 Februari 2013, http://kholilihasib.com/pendidikan-berbasis-worldview-islam/ [ONLINE], HTML, 19 Maret 2015.
[2] Adian Husaini “ Untuk Apa Belajar Islamic Worldview” dalam Materi SPI ITJ Angkatan 2
[3] Hamid Fahmy Zarkasyi, Misykat, Refleksi tentang Islam, Westernisasi dan Liberalisasi, Jakarta: INSISTS, Cet. I,
2012, hlm. 174
[4] Mohammad Achyat Ahmad “Mewaspadai Jebakan Sepilis” 8 November 2014 http://inpasonline.com/new/mewaspadai-jebakan-sepilis/ [ONLINE], HTML, 19 Maret 2015

1 komentar:

Unknown mengatakan...

terimakasih, tulisanmu membantu aku