paket di akhir tahun

Minggu, 06 Desember 2015

| | | 0 komentar
Penghujung tahun 2015 masehi. Seperti biasa. Setiap bulannya kusisihkan penghasilan serabutan untuk membeli buku ataupun kaset penambah ilmu pengetahuan. Seringkali ku beli secara online ataupun menitipkan kepada teman yang sedang bepergian ke kota besar.

Awal desember kudapatkan sms dari akademi siroh yang menginformasikan bahwa kaset cd siroh dalam Al -Qur'an sudah ready. Tak perlu berpikir panjang segera ku balas sms tersebut untuk transaksi pembelian. Dan beberapa hari kemudian paket berisi kaset siroh dalam Al Qur'an pun telah sampai di genggaman tangan :D Alhamdulillah.

 "Al Qur'anul karim lebih dari sepertiganya adalah kisah dan itu adalah kisah sejarah yang terjadi jauh sebelum Nabi Muhammad dilahirkan.apa hikmah besar di balik itu semua? Sepertiga itulah yang membentuk Rasul dan para sahabat menjadi umat yang terbaik" (ust. Budi Ashari, Lc)




Dan berselang beberapa hari kemudian. Pak pos kembali mengantarkan paket berupa buku yang telah ku pesan.

Jadi, bulan ini ceritanya sedang bersemangat melahap tentang kisah, siroh dan sejarah :D semoga dapat mengambil pembelajaran yang bermakna dari kaset dan buku tersebut untuk kehidupan yang lebih baik lagi . :)

obrolan di siang hari

Sabtu, 05 Desember 2015

| | | 0 komentar
Siang hari yang terik, saat matahari tengah menunjukkan kegarangannya menyinari bumi. Ku kebut kuda besi kesayangan tuk segera pulang kerumah setelah hampir setengah hari berwira wiri ria di seputaran kota untuk berbagai keperluan hari ini.

Setiba di rumah sperti biasa ayah telah berbaring di karpet tempat kami sekeluarga biasa berkumpul. Terlihat peluh dan lelahnya, namun seketika kulihat semburat senyum lembut ketika aku mengucapkan salam. Dan tak lama kemudian salam berbalas sambil diiringi dengan pertanyaan.

 " Dari mana yan?"

"Hehe habis kesana kemari, lalu terakhir ke bank ngisi tabungan buat umroh"

" oh iya? Sdah terisi brpa banyak?"

"Sekian yah"

"Wah Alhamdulillah. Itu semua dari orderan souvenir?"

"Iya. Alhamdulillah. Kalau orderan banyak kayak gini terus nanti bisa ikut paket ramadhan di tanah suci yah" (wajah sumringah)

"Kamu mau bermuhrim sama siapa yan?"

" ya... Sama ayah lah!"

"Hahahahaa aamiin  semoga ada rizkiNya buat kesana lagi"

.......
Aku sedang berusaha yah.. semoga diijinkan olehNya :)


sapaan di kala senja

Senin, 09 November 2015

| | | 0 komentar
# haaaiii
* iya ada apa?
# menyapa.. hihihi..
* hhaaa memang sudah berapa lama kita tak bertegur sapa (bertemu)?
# terakhir di kosku oktober 2013 sebelum kamu balik ke kalimantan
* ooh iya yang kamu maksa minta dibelikan chesee cake hha, eeeh sebentar tadi sore aku coret-coret
 "send image"
#waah sama tadi aku juga liat senja.. sebentar ku tambah kata2
 "send image"





















Hamka : Dari Lembah Cita-Cita

Kamis, 15 Oktober 2015

| | | 0 komentar
Judul Buku          : Dari Lembah Cita-Cita
Penulis                 : HAMKA
Penerbit               : Bulan Bintang
Tahun Terbut      : 1946
Tebal                   : 64 halaman                   













Pemuda.....! Tepat sekali perkataan Rasulullah SAW.: "Pemuda itu adalah satu bahagian dari gila" Dengan kegilaannya itu dia mengadakan yang belum ada, dipahatnya batu, dibelahnya gunung ; dan Rasulullah sendiri di dalam seruannya yang suci dan luhur senantiasa dikatakan oleh orang-orang tua pada masa itu bahwa ia gila
------------------
Hanya harus diingat, ada jauh perbedaan antara cita-cita dan angan-angan. Cita adalah buah pandangan yang timbul sesudah melihat barang yang nyata, walaupun bagaimna sukarnya untuk manfaat bagi diri dan masyarakat, sedang angan-angan yang di dalam bahasa Arab di sebut khayal, ialah mimpi di waktu bangun, laksana pungguk merindukan bulan.

Kurniawan Gunadi : Lautan Langit

| | | 0 komentar
Judul Buku          : Lautan Langit
Penulis                 : Kurniawan Gunadi
Penerbit               : CV IDS
Tahun Terbut      : September 2015
Tebal                   : 203 halaman                   
Kategori              : Kumpulan Cerita dan Prosa





















Merupakan buku ke dua dari Kurniawan Gunadi setelah Hujan Matahari, covernya begitu syahdu begitu pertama kali melihat sudah terbayang akan dalamnya lautan dan langit yang tak dapat diukur. dan tak dapat bersatu, namun garis batas antara keduanya sungguh indah bukti akan betapa sempurna maha karyaNya.


Berbeda dengan Hujan Matahari yang memiliki 4 bab, Lautan Langit hanya memiliki 3 bab. Masih berupa kumpulan cerita dan prosa khas seperti Hujan Matahari dan dilengkapi dengan ilustrasi yang unik. Biar nggak penasaran langsung saja kita tengok beberapa cerita dan quote favorit saya di setiap babnya. :D


BAB I 

Pagi





















Ditengah Hujan Ibukota



Barangkali, aku adalah laki-laki yang paling bersyukur sebab hujan beberapa hari ini di ibukota. Hujan yang kata pemerintah setempat membuat genangan di jalan, hanya genangan. Padahal genangannya lebih dari setengah meter. Itu sudah seperti kolam lele.

Syukur ini mungkin bertentangan dengan banyak orang yang mengeluh karena banjir. Hari ini aku melihat hikmah lain dibalik hujan yang banyak dikutuk orang ini. Istriku tadi pagi iseng sekali, dia mengirimkan pesan melalui SMS padahal kami serumah.

“Aku senang kamu tidak harus pergi bekerja beberapa hari ini, biasanya kita berkumpul hanya di akhir pekan. Itu pun kamu sudah sibuk mengistirahatkan badan. Biasanya kamu pergi pagi pulang larut malam, hari ini aku bahagia karena kamu di rumah seharian. Seperti kemarin, bisa bercengkerama dengan anak tanpa beban kerjaan. Terima kasih. Juga terima kasih karena hujan ini menahanmu di rumah”

Aku tersenyum sekaligus menyadari bertapa berharganya waktu bersama keluarga. Aku bekerja, siang malam di ibukota ini untuk memenuhi kebutuhan materi keluarga ini. Ditengah biaya hidup yang semakin meningkat, harga kebutuhan pokok yang naik padahal harga BBM turun. Aku harus bekerja ekstra untuk menjaga kestabilan perekonomian keluarga ini. Untuk istriku yang cantik dan anak perempuanku yang masih kecil.
Aku membalas pesan itu dengan emote saja:
“:)”

Hari ini, di tengah genangan air yang mulai masuk ke lantai pertama rumah kami. Kami duduk di balkon lantai dua. Menikmati dunia yang sunyi, dunia yang langka di tengah riuhnya ibu kota. Tanpa listrik dan menjauhkan handphone, kami berdua berbicara lebih banyak dari hari-hari biasanya. 

Tentang banyak hal yang lupa kami bicarakan diakhir pekan, tentang rencana menjadi wirausaha yang tertelan rutinitas dan ketakutan pada ketidakmapanan.

Hujan ini memberiku kesempatan untuk menjadi ayah yang baik, membersamai puteriku siang malam, melihat bagaimana dia jam 8 pagi hingga 5 sore setiap senin sampai jumat yang tak pernah kusaksikan. Betapa lucunya ia. 

Aku berpikir untuk membesarkannya tidak di sini, tidak di ibukota.
“Bagaimana kalau kita pindah kota?”
“Kamu serius, bagaimana dengan pekerjaanmu?”
“Kalian lebih berharga daripada pekerjaan ini, kalian harus tinggal ditempat yang aman dan tenteram. Kita hijrah”
“Kemana pun, asal aku ikut”
Aku tidak pernah memiliki pembicaraan hangat seperti ini beberapa tahun terakhir setelah berkeluarga dan sibuk bekerja. Hari ini aku bersyukur karena hujan benar-benar menurunkan rahmat untuk orang-orang yang bersyukur.

BAB II
Siang















Ujian Kesempatan

Tidak semua kesempatan datang untuk diambil, ada kalanya dan mungkin sering jika kesempatan itu datang sebagai ujian. Ujian untuk keteguhan hati kita pada sesuatu yang lebih pertama kita putuskan, lebih pertama kita pilih.

Kesempatan itu ujian yang mungkin paling tidak kita sadari, kesempatan-kesempatan ‘emas’ yang datang, yang membuat kita menjadi ragu pada pilihan kita sebelumnya. Kesempatan yang membuat kita berpikir ulang tentang pilihan-pilihan kita sendiri. Menggoyang prioritas kita, menyelisih hati kita.

Seandainya semua kesempatan itu kita ambil, mungkin kita akan menjadi orang yang terus terombang ambing. Kita akan belajar tentang keteguhan hati dari setiap kesempatan yang datang. 


Tidak semua kesempatan yang datang itu harus diambil. Hati-hatilah mengenali kesempatan, karena bisa jadi itu adalah ujian.

BAB III
Sore
















Hidupmu adalah sebuah alasan

Dia merencanakan sesuatu pada kita saat kita diciptakan. Ada alasan mengapa kita diciptakan, ada alasan mengapa kita harus ada. Ada sesuatu yang ingin Dia lakukan melalui tangan kecil kita ini, melalui akal ini, melalui hati kita ini.

:')

Senin, 12 Oktober 2015

| | | 0 komentar
Selalu suka dengan kata-kata ini :

Cinta itu indah. Kerena ia bekerja dalam ruang kehidupan yang luas. Dan inti pekerjaannya adalah memberi. Memberi apa saja yang diperlukan oleh orang-orang yang kita cintai untuk tumbuh menjadi lebih dan berbahagia karenanya.

Para pencinta sejati hanya mengenal satu pekerjaan besar dalam hidup mereka: memberi. Terus menerus memberi. Dan selamanya begitu. Menerima? Mungkin atau bisa jadi pasti! Tapi itu efek. Hanya efek. Efek dari apa yang mereka berikan. Seperti cermin kebajikan yang memantulkan kebajikan yang sama. Sebab, adalah hakikat di alam selalu mengajak saudara-saudara kebajikan yang lain untuk dilakukan juga.

Itu juga yang membedakan para pencinta sejati dengan para pencinta palsu. Kalau kamu mencintai seseorang dengan tulus, ukuran ketulusan dan kesejatian cintamu adalah apa yang kamu beikan padanya untuk membuat kehidupannya menjadi lebih baik. Maka kamu adalah air. Maka kamu adalah matahari. Ia tumbuh dan berkembang dari siraman airmu. Ia besar dan berbuah dari sinar cahayamu.

Para pencinta sejati tidak suka berjanji. Tapi begitu mereka memutuskan mencintai seseorang, mereka segera membuat rencana memberi. Setelah itu mereka bekerja dalam diam dan sunyi untuk mewujudkan rencana-rencana mereka. Setiap satu rencana memberi terealisasi, setiap itu satu bibit cinta muncul bersemi dalam hati orang yang dicintai. Janji menerbitkan harapan. Tapi pemberian melahirkan kepercayaan.


(Al Ustadz Anis Matta)

Terima kasih kepada teman-teman yang telah berbagi cinta untuk adik -adik disini. Mengajarkan makna memberi dan kebaikan. Semoga Allah membalas kebaikan kalian.

Satu kardus buku dari cepu. Beberapa paket buku dari surabaya, balikpapan dan mojokerto. Alat-alat mewarnai dari bekasi. Sungguh saya tidak bisa membalas kebaikan semua. Semoga Allah menjadikan apa yang telah kalian perbuat menjadi pemberat amal di akhirat kelak :')

Cerita Sobat Cakrawala

Minggu, 20 September 2015

| | | 0 komentar
“kak, hari ahad ini kita bikin prakarya apalagi?” Seorang gadis kecil bertanya padaku sembari mengerjakan pr matematika. Aku berpikir sejenak, mau meneruskan celengan ayam yang kemarin sepertinya tidak memungkinkan karena sudah sekitar 4 hari ini 4 anggota sobat cakrawala sakit. Sayang kalau tidak diteruskan bersama-sama prakaryanya feel nya kurang dapet.

“hmm.. gini aja kita nanti sepeda santai sambil menjenguk teman-teman yang sakit” seruku setelah berpikir cepat mengambil keputusan. Segera saja disusul teriakan “horeee!! Ahad sepeda santai” oleh para sobat cakrawala.

Oh iya. Aku menamai mereka sobat cakrawala, sekumpulan anak yang duduk dibangku kelas 5 SD yang merupakan pengunjung setia Rumah Baca Cakrawala. Biasanya mereka minta diajari matematika, mengaji Iqro ataupun surah-surah pendek, kadang juga meminjam buku, membaca ataupun mewarnai.

“kak, aku gak punya sepeda” celetuk salah seorang anak.

“ya. Nanti bisa kakak pinjamkan sepeda keponakan kakak. Jangan lupa bawa air minum masing-masing ya”

“siap kak!”
……………………………………………………….

Hari yang ditunggupun tiba, pukul 09.00 tidak kurang dari 10 sobat cakrawala telah berkumpul di rumah baca. Padahal aku menjadwalkan pukul 09.30 untuk berkumpul haha bersemangat sekali mereka. Segera kukeluarkan sepedaku yang telah berumur 11 tahun. Setelah persiapan pompa memompa ban sepeda kemudian disusul dengan membaca do’a Bismillahittawakaltu ‘alallah laa haula wala quwata illabillah kami pun melaju diantara bebatuan menuju rumah Nurul yang kabarnya terserang sakit demam sudah 5 hari lamanya. Selanjutnya disusul menuju rumah Mahlida, Mahmudah dan Halimatus.

Hai sobat cakrawala, kakak hanya ingin agar kalian mengerti dan mengamalkan bahwa mengunjungi orang sakit adalah salah satu kewajiban seorang muslim atas saudaranya.
…………………………………………………

Setelah mengunjungi serta mendo’akan teman-teman yang sakit kamipun duduk di bawah pohon besar untuk sekedar melepas penat dan menuntaskan dahaga. “kak, kita ke taman Minta Tirta yuuuk” sahut Mujid. “iya, boleh” sahutku riang. Segera saja tanpa dikomando mereka langsung menaiki sepeda menuju Taman Mina Tirta, yaitu sebuah tempat rekreasi berupa waduk buatan di pulau kami.
…………………………………………….

“Mampir Hutan Kota dulu ya!” seruku mengomando arah perjalanan. Menuju kawasan mina tirta sebelumnya haruslah melewati daerah hutan kota. Sayang kalau dilewatkan kebetulan akupun sudah lama tak kesana. Sesampai di Hutan Kota ternyata tak seperti yang kubayangkan tempat itu seperti tidak terurus. Sangkar burung raksasa penghuninya hanya ada sepasang burung dara saja. Dan pohon-pohon yang dulu lebat hanya tinggal sedikit dan bisa dihitung jari. Ternyata sudah banyak yang berubah dari Kota ini setelah kutinggalkan sekian lama.
…………………………………………………….

Selanjutnya ke tempat rekreasi Mina Tirta dan keadaannya sebelah dua belas dengan kawasan hutan kota. Tidak terurus. Sepeda air mangkrak di ujung dermaga, sepertinya tidak dapat digunakan lagi. Dan waduk buatan banyak sampah yang terserak. Akhirnya bersama sobat cakrawala kami punguti sampah tersebut. Sedikit berbuat dari pada tidak sama sekali untuk lingkungan yang lestari.

...................................................................

Berikut foto-foto seadanya dari sobat cakrawala, seadaya karena kakak tukang fotonya ngos-ngosan udah lama gak sepedaan hhhee

capek kakak... di tuntun saja ya sepeda nya. 

 ayo kumpulkan sampah..

masukkan sampah ke dalam karung

lalu, buang sampah pada tempatnya. beres deh. pekerjaan yang mudah sebenarnya :D

Inilah kami sobat cakrawala. ayo semua teriak cakrawalaaaaa! XD





Aksi Rumah Baca

Jumat, 04 September 2015

| | | 0 komentar
belum genap dua minggu keluarga kami menyulap perpustakaan keluarga ini menjadi semacam taman baca masyarakat.

bertempat di Jl. Ambawang RT 015 RW 001 Kelurahan Sarang Halang, Kecamatan Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan ruangan berukuran 8 x 5 m itu kini telah berjejer rapi koleksi buku-buku yang memang rutin dikirim keluarga di Jawa sejak saya kecil, hal tersebut didasari karena di kota saya tidak ada toko buku yang lengkap. jangankan semacam togamas ataupun gramedia, kios yang menjual buku bisa hitung dengan jari, mungkin hanya sekitar 2-3 toko saja itupun hanya terbatas buku pelajaran.

dilatarbelakangi dengan semangat berbagi dan dukungan dari keluarga besar tak kurang dari 12 kardus buku kembali dipaketkan dari Depok pada bulan juli yang lalu untuk menambah koleksi perpustakaan kami.

tetangga samping rumah yang berprofesi sebagai tukang kayu juga turut ambil bagian bersama ayah membuat rak-rak buku. dan beberapa hari kemudian tetangga tersebut kembali membuatkan kaki / sandaran papan tulis. Alhamdulillah, Semoga Allah membalas kebaikanmu pak :)

"biar anak-anak yang belajar enak liatnya" kata beliau

dan hari ini keharuan semakin bertambah, 2 gadis kecil kelas 5 SD tergopoh-gopoh membawa meja kecil.

"kak ini mejanya kami berikan untuk rumah baca, biar enak belajarnya" seru mereka riang dengan nafas memburu karena ngos-ngosan. selama ini meja-meja kecil memang baru tersedia 5 buah saja.

"Masya Allah, kalian bawa ini dari mana?" sahutku yang sempat terkejut dengan kedatangan mereka

"dari gang 45 kak!"

MasyaAllah gang 45 itu jaraknya sekitar 500 m dari rumah baca. begitu semangatnya mereka. kebaikan mengalir dari tangan-tangan mungil itu.

fabiayyi ala irobbikuma tukadziban...

.........................................................
tetaplah berbuat baik
karena kebaikan itu mengalir..
tetap tebarkan ketulusan
karena ketulusan itu menular
(yAn)
.......................................................

Belajar B. Arab bisa sambil bermain sembari menghapal kosa kata dan susunan bahasanya :)

Membuat pajangan nan elok dari bunga kering di sekitar, tak perlu mahal untuk berkarya :)


serunya membaca untuk menambah pengetahuan :)

pencil warna, crayon yak semua sudah siap untuk memadukan warna :)

saatnya belajar mengerjakan PR dan latihan tugas-tugas di sekolah

ssstttt jangan berebutan buku yak :)


Kurniawan Gunadi : Hujan Matahari

Kamis, 20 Agustus 2015

| | | 0 komentar
Judul Buku          : Hujan Matahari
Penulis                 : Kurniawan Gunadi
Penerbit              : Canting Press
Tahun Terbut     : 2014
Tebal                     : 205 halaman                   
Kategori               : Kumpulan Cerita dan Prosa

Buku ini termasuk “easy reading”  yang bertema besar “Cinta” cinta kepada Yang Maha Kuasa, orang tua, saudara, anak-anak, sahabat, pasangan hidup. juga kepada seseorang yang namanya masih menjadi Rahasia besar dalam hidup. Tentang nilai-nilai kehidupan yang dianut, harapan, komitmen serta pemahaman-pemahaman baik akan kebijaksaan.

Buku ini terdiri dari 4 bab, setiap bab dilengkapi dengan Ilustrasi yang unik. Saya tidak akan bercerita panjang lebar membahas buku ini. Karena sering  munculnya quotes dari Mas Gun sang pengarang buku ini di wall-wall fb sudah menunjukkan bahwa buku ini sangat menarik terutama buat kaum muda mudi yang sedang galau gundah gulana. 



Bab I
Sebelum Hujan

“Selamat hujan-hujanan. Jangan menghindar. Hujan itu rahmat”
(Kurniawan Gunadi)




Bab II
Gerimis

“Tuhanlah yang berkuasa penuh membolak balikkan perasaan itu dalam sekejap. Cinta atau benci itu perbedaannya tipis, cukup ‘Kun Faya Kun’. Maka kamu bisa mencintai seseorang dan percayalah, Tuhan selalu memiliki alasan yang tepat mengapa melakukannya pada hatimu. Seringkali kita dipertemukan pada seseorang yang baik melalui cara-cara yang tidak kita pikirkan. Dan alasan sesederhana itu ternyata mampu mengantarkan kita pada tujuan akhir”
(Kurniawan Gunadi)
“Jika Tuhan menghendaki sebuah pertemuan, bagaimanapun caranya itu pasti terjadi, bukan?. Ada banyak cara untuk mengawali pertemuan dan Tuhan memiliki seluruh caranya”
(Kurniawan Gunadi)





Bab III
Hujan

“Bersamaku, kamu tidak perlu repot-repot berdandan berjam-jam. Toh make up-mu akan kalah oleh hujan. Kita akan hujan-hujanan. Toh nanti make-upmu akan hilang dibasuh wudhu. Sederhana saja, kan lebih enak. Mau bersamaku?”
(Kurniawan Gunadi)





Bab IV
Reda

“Kamu tahu? Kukira di perjalanan ini tidak akan ada pembicaraan. Terima kasih telah membuka pembicaraan. Aku paham. Tujuan yang sama akan mempertemukan orang-orang dalam perjalanan”

(Kurniawan Gunadi)

Zaynur Ridwan : The Khilafa

| | | 1 komentar
Judul Buku          : The Khilafa
Penulis                 : Zaynur Ridwan               
Penyunting         : Artawija (pernah ketemu sama ustadz ini sewaktu ikut Sekolah pemikiran Islam, sosok teduh, bersahaja dan berwawasan luas sekali)
Penerbit              : Salsabila
Tebal                     : 311 halaman                   
Kategori               : Novel
Genre                   : Konspirasi

Buku ini merupakan Novel ke lima Zaynur yang telah saya baca setelah emapat novel bergenre konspirasi lainnya, novel-novel tersebut antara lain ialah The Greatest Design, Novus Ordo Seclorum, Indonesia Incorporated dan The book of codes. The Khilafa ini merupakan Novel terakhir dari seri trilogi  novel bergenre konspirasi sebelumnya yaitu The Greatest Design dan Novus Ordo Seclorum. Seperti biasanya Zaynur dengan piawai mampu mengungkapkan fakta-fakta tersembunyi berdasarkan hasil riset melalui alur cerita yang membuat penasaran hingga pembaca dapat merasakan sensasi menggebu pada saat membaca lembaran demi lembaran novelnya. Seringkali penjelasan-penjelasan yang rumit memang lebih gampang dicerna otak lewat cerita yang beralur.

Tokoh-tokoh dalam novel ini yang pertama adalah Bumi pemuda cerdas dan pemberani asal Indonesia yang berdomisili di Mesir, Bumi hadir di semua seri trilogy. Dan di seri yang terakhir ini Bumi bertemu dengan seorang perempuan yang mampu menggetarkan hatinya yaitu Dokter Mayra seorang gadis asal Palestina yang mengabdikan hidupnya untuk negri tercinta, dokter Mayra telah kehilangan ibunya dan merelakan adik satu-satunya Faisal untuk menjalankan misi bom bunuh diri sebagai wujud perlawanan terhadap Israel. Selanjutnya juga ada Syaikh Naggar yang juga hadir pada Novel The Greatest Design, Syaikh Naggar diceritakan sebagai tokoh yang dekat dengan para pejuang Palestina dan sering membantu dalam misi perlawanan terhadap Israel. Aurora Bulan, adalah ibunya Bumi yang memiliki profesi sebagai professor dan peneliti di bidang sains.

Novel ini berlatar Gaza, Palestina yang merupakan tanah suci bagi tiga agama di muka bumi ini yaitu Islam, Kristen dan juga Yahudi sejak dulu kala.  Buku ini memaparkan dengan gamblang apa yang terjadi disana, bahwa konflik berdarah yang terjadi sejak tahun 1946 itu bukan hanya konflik antar dua Negara. Ini adalah pembumi hangusan umat manusia yang ditujukan pada umat Islam dan penghancuran Masjid Al-Aqsha yang merupakan kiblat kaum muslimin yang pertama. Perlahan dengan pasti masjid tersebut sedang dalam proyek penghancuran oleh Israel untuk membangun haekal Sulaeman untuk menyambut datangnya Raja Yahudi yaitu Dajjal.  

“Kita tidak boleh terjebak dengan upaya ‘devide et impera’  ini. Umat Islam tumbuh dalam satu kesatuan yang sama, berpijak pada garis yang sama di bawah kalimat tauhid yang sama, sayangnya umat yang begitu besar dalam jumlah kuantitas ini seperti ranting kering yang begitu mudah dipotong dan dipatahkan lalu pecah menjadi beberapa aliran, sekte, ajaran, mahzhab dan lain sebagainya. Upaya-upaya pemecahbelahan ini yang kemudian diperkuat oleh kelemahan umat islam sendiri dalam merapatkan shaf membuat Yahudi yang sebenarnya begitu lemah menjadi musuh yang sangat kuat. Ini bukan zamannya lagi kita dipermainkan seperti ini, umat islam harus bersatu. Tanah suci menjerit mengorbankanbegitu banyak darah dan sebentar lagi Masjid Kiblat akan dihancurkan sementara kita masih bisa tidur dan bermimpi dengan begitu indah.”
(The Khilafa : Zaynur Ridwan, pg 102)

Buku ini juga menyibak tentang peranan propaganda media yang dikuasai barat yang telah bertekuk lutut terhadap Yahudi. Televisi di Negara-negara berpenduduk mayoritas muslim seperti Indonesia telah dipenuhi oleh hiburan yang mengumbar syahwat, kontes-kontes yang hanya menilai fisik, isu terorisme, berita kejahatan yang bebas di tonton anak-anak, Isu pemanasan global (dalam Buku Indonesia Incorporated dan Novus Ordo Seclorum di jelaskan bahwa isu ini hanyalah permainan yahudi). Semua isu itu hanya untuk mengalihkan perhatian terhadap tensi pemanasan global yang sesungguhnya di Al-Quds.

“Ekalasi Perang semakin membesar dan kita tidak bisa menunggu, apalagi untuk waktu yang terlalu lama. Anda tahu bagaimnan perundingan-perundingan tingkat tinggi yang dimotori Amerika Serikat dan PBB tidak pernah membuahkan hasil. Mereka hanya membuat agenda untuk memperpanjang waktu dan mengambil kesempatan dari sana sementara anak-anak kita satu persatu mati sebelum tahu bagaimana cara memanggul senapan”
(The Khilafa : Zaynur Ridwan, pg 87)

Saya jadi membayangkan seandainya televisi di Indonesia menyiarkan satu jam saja liputan khusus apa yang terjadi di Tanah Palestina tentu akan membuat umat ini berkecamuk untuk segera melantunkan gelora jihad. Bagaimana tidak?! Saudara kita menjerit, berteriak dalam siksaan dan penindasan untuk mempertahankan Bumi Al-Aqsha sedangkan kita disini tengah terbuai terlena dengan keadaan negri yang sengaja dicarut marutkan dari sisi ekonomi, politik, sosial dan lain sebagainya.

Yang menarik ialah fakta kehidupan di bawah lorong-lorong tanah Palestina digambarkan secara mendetail oleh Zaynur. Tentang lorong-lorong pipa, terowongan bawah tanah yang sedikit diketahui bahwa tanah di Israel dan Palestina memiliki struktur yang unik karena tersusun bertingkat-tingkat. Lorong-lorong tersebut menjadi wilayah perlindungan terbaik warga Palestina dan tempat para pejuang Hamas memetakan gerakan perjuangan mereka dan menyimpan stok bom, rudal, granat, hinnya kebutuhan pokok seperti makanan dan pakaian.

“Bila ada kisah tentang orang-orang yang hidup di dalam perut bumi maka tidak ada cerita seindah Gaza”
(The Khilafa : Zaynur Ridwan, pg 188)

Novel ini endingnya “menggantung” kebanyakan novel bergenre konspirasi yang saya baca memang seperti itu, apalagi dalam trilogy ini semua endingnya masih menyimpan teka-teki. Mungkin karena menyingkap fakta-fakta tersembunyi sehingga Zaynur tak ingin berandai-andai dengan ending yang “happy” hmmmm saya rasa begitu. Namun demikian, trilogy ini tetaplah sebuah novel yang menarik dan cerdas terutama untuk anda yang menyukai hal-hal berbau konspirasi. Dan mengaduk-ngaduk isi hati tentang kenyataan bahwa yang bisa kita lakukan hanya sedikit untuk membantu saudara kita, mempertahankan Rumah Allah. Allahummansur Ikhwanal muslimin fii Filistiin.

Terakhir, Zaynur memaparkan solusi dari semua kekacauan di muka bumi pada hari ini terutama di Bumi Palestina adalah persatuan umat Islam yang harus selalu siap untuk berperan serta menyambut sebuah janji Nubuwah yaitu akan tegaknya suatu pemerintahan Islam yang dikomandoi atas satu Khalifah yaitu Fase Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah.

“Masjid itu menangis, dan kita umat Islam bahkan tidak mendengar rintihannya. Al-Aqsha memanggilmu, Nak. Hari ini juga, saat ini…Sekarang!”
(Zaynur Ridwan)






Yoyoh Yusroh : Mutiara yang Telah Tiada

Minggu, 16 Agustus 2015

| | | 1 komentar
Judul Buku        : Yoyoh Yusroh Mutiara yang Telah Tiada
Penulis             : Tim GIP
Penerbit            : Gema Insani 
Tebal                : 208 Halaman
Tahun Terbit      : 2011
Kategori            : Biografi



Buku Biografi tentang Almarhummah Ummi Yoyoh Yusroh yang merupakan wanita luar biasa dalam mendidik ke 13 anaknya, berkontribusi penuh untuk Agama dan juga Negara, seorang da'iyah,anggota DPR/MPR, pengasuh yayasan tahfidzul Al-Qur'an putri. sosok yang sangat dicintai dan juga menginspirasi sungguh merupakan teladan yang luar biasa. Allahummagfirlaha warhamha wa 'afihi wa' fu'anha

Dalam buku ini diceritakan tentang kehidupan beliau sejak kecil, masa remaja, perjuangan jilbab di masa orde baru, uniknya cerita pernikahan dengan abi, berbagai perjuangan dakwah hingga bumi palestina, juga pendidikan anak-anak hingga menjadi generasi Rabbani pecinta Al-Qur'an. dan juga akhir hayat yang beliau jemput dengan senyuman indah wujud kerinduan dengan Rabbnya.

Berikut beberapa quotes dari buku ini :

"Kematian merupakanhak penuh Allah SWT tidak bisa diduga oleh siapapun,
tak bisa di tunda sedikitpun atau dipercepat"
(Yoyoh Yusroh)

"Selalu lah menggantungkan harapan kepada Sang Pewujud Harapan"
(Yoyoh Yusroh)

Salah satu cara untuk menjaga harmonisasi hubungan ummi dan abi adalah bergandengan tangan di tempat tidur.
 Ini adalah ide Abi. Pernah Abi berkata :
 “Ummi! Kalau kita ingin langgeng sampai tua, kalau tidur harus sambil bergandengan tangan.”
"Ah Abi  Lucu. Masa tidur gandengan tangan ?" Kata Ummi malu-malu.
"Ya, itu kalau ummi mau," kata abi pura-pura pasrah.
ummi pun setuju. Malam-malam selanjutnya bahkan Ummilah yang mengingatkan Abi untuk melakukan praktik gandeng tangan Ummi akan meraih tangan abi dan berkata,"Mana kok nggak dipakai resepnya?"
(Yoyoh Yusroh)

Pendidikan harus dilakukan sedini mungkin. Sewaktu di dalam kandungan pendengaran bayi sudah dapat berfungsi. Seorang wanita yang sedang hamil hendaknya membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an.
(Yoyoh Yusroh)






Inspiring Book Quotes

| | | 0 komentar
Sebenarnya saya punya hobi lama yaitu mengumpulkan kalimat-kalimat yang saya anggap menginspirasi  (Bahasa kerennya kalau zaman sekarang adalah qoutes) dari buku-buku yang telah saya baca. Dan rasanya sangat disayangkan jika quotes itu hanya saya simpan sendiri. Oleh karena itu saya akan mencoba berbagi melalui blog ini setiap harinya. One day one book. Semoga bisa istiqomah dan Semoga bermanfaat.





Sudut Lain Bumi Pertiwi

Rabu, 12 Agustus 2015

| | | 0 komentar
Tengoklah sejenak kawan
Ini adalah kisah tentang sebuah perjuangan dan juga harapan.
Agar bumi pertiwi terbebas dari kerusakan
Oleh mereka yang mengaku Memajukan peradaban
Namun tujuan utamanya adalah uang
Tidak adakah keinginan untuk selaras dengan alam?

Atau mungkin mereka sudah tak takut lagi dengan azab Tuhan.

Tengoklah sejenak saja kawan
Ini tentang sebuah kenyataan
Makna akan sejengkal tanah kelahiran
Yang tengah diperebutkan..[yAn]

-----------------------------------------
Terimakasih kepada Tim Ekspedisi Indonesia Biru
Yang telah membuka cakrawala
Tentang sudut lain Bumi Pertiwi ini









Pesona Pelaihari : Pantai Takisung

Selasa, 04 Agustus 2015

| | | 0 komentar
Hari ketiga dibulan Syawal yang lalu saya kedatangan tamu dari Banjarmasin seorang kawan ketika menempuh pendidikan sarjana di ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) Surabaya dulu, tepatnya dia adalah adik junior saya di kampus walaupun berbeda jurusan tetapi kami sering bertemu dalam beberapa event kampus. Sebenarnya sayalah yang mengundangnya untuk berkunjung kerumah saya mengingat kawan tersebut tak bisa pulang ke Kampung halamannya di Kota Kediri Jawa Timur akibat dari Bandara yang di tutup sebab Erupsi Gunung Raung beberapa saat yang lalu.

“Nenek bagaimana jalan ke rumahmu? Aku di km 4,5 jl. A. Yani Banjarmasin” tanyanya melalui chatting whatsapp. Abaikan tentang panggilan “nenek” entah saya lupa telah punya julukan apa saja sewaktu kuliah dulu.  Kembali dengan jalan A. Yani sangat familiar di provinsi Kalimantan Selatan. Bagaimana tidak jalan ini adalah jalan terpanjang di Kalimantan Selatan merupakan jalan lurus melintang sepanjang lebih dari 400 km dengan nama yang sama yaitu A.Yani mulai dari ujung selatan Kalimantan Selatan yaitu Kota Pelaihari hingga melewati Banjarbaru, Banjarmasin, hingga Tanjung dan perbatasan Kalimantan Timur. Jadi kalau mencari alamat di Kalimantan Selatan jika keterangannya hanya Jl. A.Yani saja tanpa ada petunjuk km (kilo meternya) bisa-bisa kesasar dengan menyusuri jalan yang memiliki panjang lebih dari 400 km ini. Walau pun jalannya lurus saja bukan berarti datar karena Kalimantan Selatan merupakan Kawasan yang di lintasi pegunungan yang dinamai Pegunungan Meratus, karena ada ratusan Gunung jalannya sudah pasti naik turun.

“Oke dari km 4,5 Jl. Ayani lurus ada pertigaan belok kiri nanti ada pertigaan Liang anggang belok kiri lagi udah lurus aja sampai ada bank kalsel itu sudah Pelaihari nanti saya jemput” Yah, jalanan di Kalimantan memang lurus-lurus saja tak banyak cabang tak banyak belokan. Sama seperti saya yang berhati lurus ini (XD). Dari km 4,5 Jl. A. Yani Banjarmasin menuju Kota Pelaihari harus ditempuh dengan perjalanan maksimal 2 jam, jarak tempuh sekitar 60 km.

Benar saja pukul 10.00 kawan tadi telah sampai di depan Bank Kalsel. Dari rumah saya lumayan dekat sekitar 3 km. “nenek, aku menikmati perjalanannya pemandangan hijau di sisi kiri dan kanan dengan jalan lurus naik turun kayak di Malang kalau lewat jalur Ngantang tapi ini gak berkelok curam, lurruuss aja” ceritanya rizka histeris (oh. Iya kawan saya bernama Rizka). Okeh, masih semangat lanjut berpetualang! Kebetulan sekali karena hari ini ayah telah berjanji untuk mengajak jalan-jalan kepada adik, kakak, keponakan serta anak tetangga di tambah saya dan juga Rizka (dan kesemuanya adalah perempuan kecuali ayah saya hoho).

Pertama kami ke pantai Takisung, Pantai terdekat dari kota Pelaihari yang hanya berjarak 22 km, ini adalah Pantai yang terdapat di pucuk paling Selatan Provinsi Kalimantan Selatan (Kalau liat di Peta dari kecil yang saya bayangkan ketika melihat Peta Provinsi Kalimantan Selatan itu seperti pantat ayam yang telah matang di goreng, ah mungkin imajinasi saya saja yang berlebihan). Pantai Takisung adalah pantai berpasir merah dan memiliki tebing tinggi dengan tangga berundak untuk bisa melihat pantai dari atas dengan angin laut jawa yang kencang luar biasa. Di pantai bisa menyewa payung besar yang telah tertancap di pasir untuk duduk-duduk sambil memakan bekal. Payung disewa dengan harga 15.000 rupiah. 

awan di Kalimantan itu berasa dekat dan sering beriringan

Ada banyak wisata Pantai lainnya dengan petunjuk arah yang sangat jelas dari Kota Pelaihari, antara lain Pantai Batu Lima, Pantai Batu Dewa, Pantai Batakan, Pantai Swarangan, Pantai Pegatan dsb. satu hari tak cukup rasanya berkeliling semua pantai di Pelaihari.

Selanjutnya kami pergi ke Taman Labirin. Nantikan tulisan berikutnya tentang Taman Labirin, Masih di Pesona Pelaihari =D

untuk dapat memfoto dengan view seperti ini saya  memanjat menara pantau setinggi 4 meter dengan tangga kayu yang tegak lurus 90 derajat fufufu




Pesona Pelaihari Kabupaten Tanah Laut : MT. Bajuin & Goa Marmer

Senin, 03 Agustus 2015

| | | 0 komentar
Tanah Laut adalah salah satu Kabupat3n di Kalimantan Selatan yang memiliki kontur unik, dimulai dari pegunungan, perbukitan hingga pantai terdapat di Kabupaten ini. Itulah sebabnya kenapa Kabupaten ini disebut dengan Kabupaten Tanah Laut, karena terdapat Tanah dan juga Laut. Tanah terhampar dengan view pegunungan, perbukitan, kota desa, lahan pertanian, perkebunan karet dsb. Terdapat laut yang berada di bagian Selatan Kalimantan Selatan berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Pada umumnya penamaan Kabupaten di Kalimantan Selatan kalau saya cermati menunjukkan ciri khas topografi di daerah tersebut seperti Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kab. Hulu Sungai Selatan, Kab. Hulu Sungai Tengah adalah daerah-daerah yang di lewati oleh sungai besar.

Kabupaten Tanah Laut merupakan salah satu dari 8 Kabupaten yang termasuk kawasan Pegunungan Meratus. Kawasan pegunungan meratus tersebut melintang panjang mulai dari selatan hingga utara Kalimanyan Selatan. Salah satu wisata gunung yang merupakan bagian dari kawasan pegunungan meratus di Kabupaten Tanah Laut adalah Gunung Bajuin dimana terdapat Air Terjun Bajuin dan Goa Marmer. Sebenarnya ada beberapa perbukitan yang juga menjadi tempat wisata namun hanya Gunung Bajuin inilah yang menurut saya "pantas" mendapat julukan gunung karena selain lebih tinggi dari pada yang lainnya, juga kondisi alamnya yang lebat dengan pepohonan dan bebatuan besar. Selainnya menurut saya lebih cocok jika disebut perbukitan karena tingginya yang masih berbilang ratusan meter saja diatas permukaan laut, jiga kondisi alamnya yang berupa hamparan padang ilalang, atau sabana walaupun penduduk lokal juga menamainya dengan gunung (Gunung keramaian, gunung raja, gunung khayangan , gunung tembak, gunung rimpi). Terakhir kali saya kesana sewaktu kelas 3 Madrasah Tsanawiyah bersama ayah. Berjarak sekitar 10 km dari Kota Pelaihari kurang lebih 2,5 jam perjalanan melalui jalan beraspal hingga Desa Sungai Bakar terdapat persimpangan dan jalan berganti dengan tanah. Menuju tempat parkir dan membayar karcis (pada masa itu karcisnya 2000 rupiah). Saya dan ayah mulai melakukan trekking menuju air terjun Bajuin. Telah ada jalan berundak dari bebatuan yang memudahkan pengunjung di mulai dari tempat parkir hingga setengah perjalanan menuju air terjun.  Selanjutnya jalan telah berganti dengan jalan setapak. Pemandangan samping kiri dan kanan adalah pepohonan akasia yang lebat, pisang pohon lebat lain yang tidak saya kenali serta bebatuan yang besar-besar banyak pula monyet-monyet yang bergelantungan, kicauan burung parkit dan sesekali terlihat burung elang yang terbang menukik.

Setengah jam perjalanan telah terdengar gemuruh suara air terjun. Langkahpun semakin di percepat jalan menanjak di tapaki dengan penuh semangat. Ternyata tidak sulit untuk mencintai tanah kelahiran, bukan hanya karena saya lahir dan besar di tanah Borneo ini. Namun, karena setiap saya keluar rumah sungguh banyak kecantikan alam yang tersembunyi, kini terbentang di depan mata Air Terjun Bajuin. Ternyata disana juga telah banyak orang-orang yang menikmati keindahan dan kesegaran air terjun. Saya dan ayah berjalan perlahan menuju sisi kanan tebing, kami ingin melihat  the fall water from the top. Tiba-tiba saja ayah yang berjalan di depan terperanjat kaget karena dari arah pepohonan di samping kanan mendesis ular hijau dengan bentuk kepala seperti sendok yang sedang menganga lebar. Dalam bahasa lokal ular jenis ini biasa disebut dengan ular sendok atau ular pucuk. Saya dan ayah sudah tidak asing dengan ular di rumah kami sering kedatangan ular di dapur, pohon jambu, di rumpun serai bahkan di bawah meja belajar kakak ular satu bulan berganti kulit tidak ketahuan hanya ada kulitnya saja yang tertinggal ketika kakak membersihkan kamarnya. Seketika ayah segera mengambil ranting kayu dan menghalau-halau ular tersebut hingga pergi.
Dikawasan ini terdapat 4 buah air terjun dengan ketinggian yang berbeda. Air terjun yang terdekat yang baru saja saya kunjungi tadi memiliki ketinggian sekitar 25 meter, yang kedua sekitar 17 meter, yang ke 3 (37 meter) dan yang keempat (18 meter).

Salah satu dari 4 Air Terjun Bajuin


Tidak jauh dari lokasi air terjun terdapat wisata Goa Marmer. Dengan perjalanan sekitar 30 menit. Goa ini memiliki batu yang berukuran besar dan mengkilap berwarna pucat seperti marmer yaitu putih, kuning dan krem. Gelap menuju ke dalam Goa dan terlihat mata-mata menyilaukan dari kelelawar yang bergentungan di atas Goa. Yang di sayangkan adalah telah banyak terdapat lubang bekas galian di sana sini, sepertinya warga sekitar mengambil batu-batu tersebut untuk di jual.

Batu ini seakan melayang 

Matahari mulai meninggi karena kami berangkat di pagi hari. Akhirnya kami pun menyudahi wisata ke Gunung Bajuin, padahal ingin sekali ke puncaknya melihat Kota Pelaihari dari puncak Gunung Bajuin Tentu menyenangkan yah walaupun Gunung ini hanya memiliki ketinggian mungkin di bawah 2000 mdpl (tidak ada keterangan yang pasti tingginya berapa) mungkin lain kali akan ke Gunung Bajuin lagi untuk melihat puncaknya. karena dari setiap penjuru Kota Pelaihari dari arah manapun dapat melihat Puncak Gunung Bajuin. Setiba di parkiran ayah menanyakan kepada warga berapa waktu yang dibutuhkan jika ingin melakukan pendakian ke puncak gunung, bukannya menjawab pertanyaan ayah orang yang di tanya malah bergidik ngeri sambil berkata “wah saya aja gak berani pak ke puncaknya kemarin wagra sini di serang beruang di daerah dekat puncak sampai robek-robek badannya”.

Itu adalah pengalaman pertama kali mendaki gunung bersama ayah 9 tahun yang lalu. Ah mendaki sejak saat itu menjadi candu selalu menyenangkan terucap nikmat dan syukur saat memandang tak jemu akan tanda-tanda kebesaranNya 

ayah kesayangan

Jumat, 31 Juli 2015

| | | 0 komentar
Sayangnya ayahku itu...
Ditunjukkannya dengan tiba-tiba ke kamarku dengan membawa palu paku serta balok kayu mungil untuk ganggang laci meja..
"Lihat yan. Sekarang jadi mudahkan untuk membuka lacinya"

Sayangnya ayahku itu...
Ditunjukkannya dengan memperbaiki lemari tua yang telah doyong menjadi kokoh kembali serta semakin cantik dengan di vernis. "Kau bisa menaruh buku-bukumu di lemari ini yan. Ayah sudah memberi roda juga sekarang jadi lebih mudah kalau ingin memindahnya"

Sayangnya ayahku itu...
Adalah ketika rumah paranet di kebun yang setengah jadi kemarin tiba-tiba sudah sudah selesai dan rapi jali di pagi hari ketika aku baru saja menyelesaikan semua pekerjaan rumah.

Sayangnya ayahku itu...
Adalah ketika memberikanku lampu bertenaga accu mungil ketika listrik padam di saat aku sedang tilawah.

Sayangnya ayahku itu...
Adalah ketika memberikanku segulungan kawat saat aku kehabisan kawat untuk membuat pot gantung.

Dan masih banyak bentuk sayangnya yang lain. Itulah ayahku. Tak banyak bertanya. Tak banyak berjanji. Namun aku telah belajar menjadi pengamat, pemerhati jeli dan cekatan dalam bertindak dari beliau sejak 20 tahun yang lalu.

Para pencinta sejati tidak suka berjanji. Tapi begitu mereka memutuskan mencintai seseorang, mereka segera membuat rencana memberi. Setelah itu mereka bekerja dalam diam dan sunyi untuk mewujudkan rencana-rencana mereka. Setiap satu rencana memberi terealisasi, setiap itu satu bibit cinta muncul bersemi dalam hati orang yang dicintai. Janji menerbitkan harapan. Tapi pemberian melahirkan kepercayaan.

Itu juga yang membedakan para pencinta sejati dengan para pencinta palsu. Kalau kamu mencintai seseorang dengan tulus, ukuran ketulusan dan kesejatian cintamu adalah apa yang kamu berikan padanya untuk membuat kehidupannya menjadi lebih baik. Maka kamu adalah air. Maka kamu adalah matahari. Ia tumbuh dan berkembang dari siraman airmu. Ia besar dan berbuah dari sinar cahayamu.
(Anis Matta)

 Semoga cepat sembuh ayah :,) ayo kita berkebun lagi...