Orang-orang di perjalanan #2

Sabtu, 28 Maret 2015

| | | 0 komentar
Perjalanan pulang Jakarta-Bogor hari ini, Sabtu, 28 Maret 2015 tak sesunyi biasanya. aku yang sudah terbiasa kemana-mana sendiri. tapi kalaupun ada teman, its okay. itu lebih menyenangkan kurasa. dan perjalanan dari shelter busway UNJ hingga manggarai. Allah mempertemukanku dengan sosok cantik itu

"kak, kalau mau ke shelter busway ke arah mana ya?"
seseorang bertanya padaku setelah mengikuti seminar pengusaha muda dibilangan kampus UNJ

"ke arah sana kak, mau bareng? saya juga mau kesana"
jawabku riang

"mau kemana kakaknya?"
tanya kakak tersebut yang setelah diketahui umurnya 13 tahunlebih tua dariku

"mau ke bogor" jawabku lagi
"waah naik krl ya? kebetulan saya juga mau ke depok baru gak tau ke shelter dan ke stasiunnya. barengan ya"

ok

perjalanan kami mulai dengan obrolan ringan seputar identitas diri. hha kalau aku buka identitasku yang sebenarnya kenapa ya orang-orang paada terheran sukanyaa..

tadi dari bogor?
...... iya
kerja di bogor?
...... iya
kuliah di ipb ya?
..... nggk. alumni ITS surabay
ooh. aslinya mana?
...... kalimantan
waah. hidupnya kemana2 ya
..... hhe

dan yang paling menarik kakak cantik jelita itu bernama Dina.. angkatan '95 FISIP UI "waaah ngalamin zaman heroik mahasiswa menduduki gedung MPR dong kak tahun '98"

"iya. turun ke jalan semua.. apalagi anak fisip UI. udah bismillah aja waktu itu. mikirnya udah berasa mau jihad gitu." kak dina bercerita masa-masa perjuangan ketika masih di kampus. betapa heroiknya mahasiswa pada saat itu. menggulingkan pemerintahan yang dinilai telah merugikan rakyat. kak dina pun mengeluhkan mahasiswa skrng yang seperti tak ada taringnya. ibarat harimau mahasiswa skrng telah menjadi harimau ompong.

selain kisah heroik kak dina juga bercerita tentang dirinya yang baru saja 2 bulan resign dari pekerjaan setelah 13 tahun menjadi karyawan. saya ingin fokus di rumah mengurus suami dan ketiga anak saya. serta mencoba usah homemade untuk menambah penghasilan. lelah bekerja dengan hasil gak seberapa dan khawatir anak-anak yang ditinggal dirumah tanpa pengawasan yang maksimal. ungkap kak dina....

------------------------- aku banyak belajar, dari mahasiswi pejuang era reformasi dan ibu dari 3 anak yang ingin fokus menjalankan fitrahnya menjadi seorang istri dan seorang ibu, terima kasih kak dina-

sesampai di stasiun bgor, perjlanan di lanjutkan dengan menaiki angkot merdeka parung.
angkot ngetem lama hampir setengah jam. biasa menunggu penumpang penuh dulu baru jalan. terlihat seorang gadis berpakaian perawat disebelahku duduk dengan gelisah, sesekali melihat jam di pergelangan tangan kirinya.
"punten kak. waktu isya sekarang jam berapa ya?"
tanyanya padaku memecah keheningan dalam angkot yang baru ada 5 orang beserta sopirnya
"sekitar jam 19.15"
jawabku sambil melihat jam tangan
"knpa? belum sholat maghrib?" aku bertanya. hhe kepo-kepo dikit gk ppa laah
" bukan kak. aku mau ke RSUD katanya ada jenazah yang akan di bawa ke sna dan kemungkinan sampai setelah isya. dan ini pertama kali buat aku"
"ooh barusan magang praktek ya?"
................................... percakapan pun berlanjut seputar kekhawatir gadis berpakaian serba putih ini. ku coba untuk menguatkannya membuang segala rasa khawatir dan ragu, obrolan pun disudahi dengan pamitnya ia ketika angkot telah berhenti di depan RSUD..................................................

............................. dan perjalananku kembali sunyi................................


Pesan Dari Mamak

Jumat, 27 Maret 2015

| | | 0 komentar


Terimakasih telah membesarkanku
dengan untaian kata-kata indah
yang selalu mengingatkan bahwa 
Allahlah tempat bergantung satu-satunya


Mengenal Tuhan Tak Cukup Jika Hanya Dengan Akal Saja

Kamis, 26 Maret 2015

| | | 0 komentar

Oleh : Rosmayani Nor Latifah
Pada dasarnya keyakinan seseorang berawal dari bagaimana dia mengenal konsep Tuhan yang dia yakini. Karena segala aspek kehidupan seseorang seperti halnya pandangan hidup, tujuan hidup dan cara-cara pencapaiannya tersebut sangat dipengaruhi oleh keyakinan akan konsep ketuhanan.
Para pemeluk Agama seyogyanya memiliki keyakinan bahwa Tuhanlah yang mengatur dan paling berpengaruh terhadap apa yang telah terjadi terhadap dirinya dan alam semesta di dunia ini. Sedangkan yang tidak mengakui adanya Tuhan atau atheis pada dasarnya mereka sangatlah mencintai Tuhan. Karena mereka secara lisan berkata tidak percaya dengan Tuhan, namun pikiran mereka selalu memikirkan Tuhan.
Tuhan dalam Perhelatan peradaban Barat memang problematic. Sejak awal era modern, Francis Bacon (1561-1626) menggambarkan mindset manusia Barat begini : Theology is known by faith but philosophy should depend only upon reason. Maknanya, teologi di Barat tidak masuk akal dan berfilsafat tidak bisa melibatkan keimanan pada Tuhan. [1]
Pengalaman Barat yang traumatis dengan hegemoni gereja dalam urusan doktrin ilmu pengetahuan dan inkuisisi telah mengakibatkan ilmu pengetahuan melesat jauh melalui epistimologi sekulernya tanpa adanya pegangan Wahyu. Sehingga wajar saja jika aktifitas ilmu yang dihasilkan merupakan buah dari perenungan, spekulasi dan kajian filosofis semata yang sewaktu-waktu bisa berubah dengan mudahnya.
Syed Muhammad Naquib al-Attas mengatakan, Westernisasi ilmu yang bersumber kepada akal dan panca-indera belaka telah melahirkan berbagai macam faham pemikiran seperti rasionalisme, empirisme, skeptisisme, relatifisme, ateisme, agnostisme, humanisme, sekularisme, eksistensialisme, materialisme, sosialisme, kapitalisme dan liberalisme. Westernisasi ilmu bukan saja telah menceraikan hubungan antara alam dan Tuhan, namun juga telah melenyapkan Wahyu sebagai sebagai sumber ilmu.[2]
Islam mengajarkan cara mengenal Tuhan melalui tiga aspek, yaitu panca indera, akal dan wahyu. Ketiga aspek inilah yang tidak dimiliki oleh keyakinan yang lain, karena sebagian besar keyakinan hanya memiliki paradigm berdasarkan spekulasi yang berubah-ubah. Sedangkan Islam lebih unggul karena memiliki wahyu Tuhan yang masih murni terjaga keasliannya.
Pada konsep “sains Islam” mengadopsi tiga sumber ilmu, yaitu (1) panca indra (al-hawasul khamsu), (2) akal dan (3) khabar shadiq (true report), sebagaimana disebutkan dalam pembukaan Kitab al-Aqaid an-Nasafiyah. Sains Islam melihat fenomena alam sebagai ayat-ayat Allah, yang harus dijadikan sebagai petunjuk untuk “menemukan” Allah SWT. Alam juga harus diperlakukan sesuai dengan ketentuan Allah, bukan untuk dieksploitasi dengan semena-mena, sesuai dengan keinginan manusia semata. Al-Quran menyebut manusia yang gagal menemukan Allah melalui ayat-ayat-Nya di alam semesta dan dalam diri manusia (ayat kauniyah), adalah laksana binatang ternak (kal-an’am), bahkan lebih sesat dari binatang ternak (QS al-A’raf:179).[3]
Panca indera dan akal seyogyanya digunakan untuk membuktikan kebenaran Allah dengan memikirkan dan mengamati segala kejadian alam semesta, sedangkan Wahyu sebagai penuntun untuk mengerti sifat dan dzat Allah. Islam memiliki jati diri Tuhan yang jelas, memiliki nama dan sifat-sifat yang jelas. Tak perlu penjelasan panjang lebar dan berbelit-belit, penjelasan tentang Tuhan dalam Islam tergambar gamblang dalam Al-Qur’an pada surah Al-Ikhlas.
Katakanlah, "Dia-lah Allâh, Yang Maha Esa. Allâh adalah Rabb yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."



[1] Hamid Fahmy Zarkasyi, Misykat, Refleksi tentang Islam, Westernisasi dan Liberalisasi, Jakarta: INSISTS, Cet. I, 2012, hlm. 17
[2] Kholili Hasib, “Prinsip Epistemologi Sebagai Asas Islamisasi Ilmu Pengetahuan” 29 November 2103 http://inpasonline.com/new/prinsip-epistemologi-sebagai-asas-islamisasi-ilmu-pengetahuan/ [ONLINE], HTML, 26 Maret 2015
[3] Dr. Adian Husaini, Sains Islam: Sarana Membentuk Manusia Beriman, Bertakwa, dan Berakhlak Mulia” 12 Mei 2014 http://inpasonline.com/new/sains-islam-sarana-membentuk-manusia-beriman-bertakwa-dan-berakhlak-mulia/ [ONLINE], HTML, 26 Maret 2015

 


Akmal Sjafril : Hanya Islam yang Memiliki Konsep Ketuhanan Paling Logis

Jumat, 20 Maret 2015

| | | 0 komentar
Pemahaman akan konsep ketuhanan merupakan pondasi awal dari keyakinan seseorang. Karena keyakinan terhadap Tuhan mempengaruhi pandangan hidup manusia dalam segala aspek kehidupannya.        Maka, menjadi sangat penting untuk mengenal secara mendalam bagaimana sifat Tuhan bagi umat beragama. Sedangkan mereka yang tidak meyakini adanya Tuhan atau ateis akan mendefinisikan segalanya sendirian, termasuk juga mendefinisikan ‘Tuhan’ itu sendiri. Ada, misalnya, yang mendefinisikan ‘Tuhan’ sebagai khayalan manusia belaka. Tuhan, katanya, hanya sebatas ide, dan karena itu, tergantung bagaimana cara menggambarkan Tuhan di dalam kepalanya masing-masing.

Demikian penjelasan Akmal Sjafril M.Pd.I.  saat memberikan materi Sekolah Pemikiran Islam (SPI) #IndonesiaTanpaJIL Angkatan Kedua bertema “Konsep Tuhan sebagai Asas Worldview yang digelar di Aula Institute for The Study of Islamic Thought and Civilization (INSIST), Jakarta, Kamis (19/03/2015).

“Diperlukan perbandingan berbagai macam keyakinan untuk menentukan konsep Tuhan mana yang terbaik, diterima oleh akal, logis dan sesuai dengan fitrah manusia” ujar penulis buku Islam Liberal 101 ini.

Selanjutnya, Akmal menjelaskan berbagai macam keyakinan dengan konsep ketuhanan yang berbeda-beda dimulai dari konsep Tuhan dalam mitologi Yunani, teori Charles Darwin, Agama Islam, Kristen, Hindu, Budha hingga Atheis. Akhirnya didapatkan kesimpulan bahwa konsep ketuhanan yang dimiliki Islam yang paling logis dan sesuai dengan fitrah manusia karena Islam mengajarkan cara mengenal Tuhan melalui tiga aspek, yaitu panca indera, akal dan wahyu. Ketiga aspek inilah yang tidak dimiliki oleh keyakinan yang lain, karena sebagian besar keyakinan hanya memiliki paradigm berdasarkan spekulasi yang berubah-ubah. Sedangkan Islam lebih unggul karena memiliki wahyu Tuhan yang masih murni terjaga keasliannya.

“Panca indera dan akal digunakan untuk membuktikan kebenaran Allah dengan memikirkan dan mengamati segala kejadian alam semesta, sedangkan wahyu sebagai penuntun untuk mengerti sifat dan dzat Allah. Islam memiliki jati diri Tuhan yang jelas, memiliki nama dan sifat-sifat yang jelas. Tak perlu penjelasan panjang lebar dan berbelit-belit, penjelasan tentang Tuhan dalam Islam tergambar gamblang dalam Al-Qur’an surat Al-Ikhlas yang berisi 4 ayat” Tutur penggiat gerakan #IndonesiaTanpaJIL tersebut.


SPI #IndonesiaTanpaJIL angkatan kedua ini telah menginjak pada pertemuan ketiga. Dihadiri oleh 40 peserta dan salah satunya memberikan respon positif “Saya jadi mengerti tentang konsep Tuhan ternyata sangat mempengaruhi pandangan hidup seseorang, bahkan hingga tataran teknis kehidupannya. Dari kajian ini, saya juga jadi mengetahui bahwa ternyata sejarah mencatat bagaimana kekeliruan memahami konsepsi Tuhan dapat berakibat fatal bagi kehidupan manusia” ungkap Hilda Diana salah satu peserta SPI yang juga tercatat sebagai mahasiswi UNJ.
Reportase : Rosmayani Nor Latifah

Perbedaan Mendasar Antara Worldview Islam dengan Worldview Barat dalam Memahami Ilmu Pengetahuan

Kamis, 19 Maret 2015

| | | 1 komentar
Oleh : Rosmayani Nor Latifah

Bagaimana Anda memahami ilmu? Dlm bhs Indonesia, worldviewnya tdk terlihat. 
"Ilmu-dunia-alam semesta-tanda2-Tuhan" 
 kata2 ini tdk jelas korelasinya

Demikian juga bhs Inggris: 
"knowledge-world-universe-signs-God" 
tidak jelas korelasinya.

Tapi lihat bahass wahyu kita, bahasa Arab: 
'"ilm-'alaam-'aalamiin-'alaamaat-Al-'Aliim"
 Semua kata-kata ini kelihatan korelasinya karena seakar kata. 
Maka ilmu bg seorang Muslim adalah alat utk menelaah alam semesta 
krn ia merupakan tanda2 bagi Al-'Aliim, 
yaitu Allah SWT.


Bagi org sekuler, knowledge tdk ada korelasinya dgn God. 
Tapi bagi Muslim, ilmu itu utk mengenal Allah. 
Ada perbedaan sangat besar di sini.
Konsep ilmu yg berbeda akan hasilkan cara menuntut ilmu yg berbeda, 
dan cara memanfaatkan ilmu yg berbeda pula.

Karakter seseorang pada didasarnya sangat dipengaruhi oleh worldview atau yang lebih dikenal sebagai pandangan hidup. Pandangan hidup seseorang sangat dipengaruhi oleh keyakinan, agama, kultur dan tradisi.

Baik buruknya perilaku dikendalikan oleh pemikiran manusia. Lebih dari itu ia diatur oleh keyakinannya. Ninian Smart memberikan makna worldview terkait dengan etika. Menurutnya, worldview adalah kepercayaan, perasaan dan apa-apa yang terdapat dalam pikiran orang yang befungsi sebagai motor bagi keberlangsungan dan perubahan sosial dan moral Pembentukan cara pandang ini tidak lain melalui aktifitas keilmuan.[1]

Sebagai muslim seyogyanya kita hidup berdasarkan pandangan yang dibangun atas konsep dasar yang bersumber dari wahyu Allah SWT. Karena pandangan hidup selain berdasarkan wahyu Allah hanya akan mengantarkan pada kehancuran dan kesesatan.

Islamic Worldview bukanlah ajaran baru dalam Islam. Sebab, Islam adalah agama yang sudah sempurna sejak awal. Islam tidak berkembang dalam sejarah. Konsep tajdid (pembaruan) dalam Islam, bukanlah membuat-buat hal yang baru dalam Islam, tetapi merupakan upaya untuk mengembalikan kemurnian Islam. Ibarat cat mobil, warna Islam adalah abadi. Jika sudah mulai tertutup debu, maka tugas tajdid adalah mengkilapkan cat itu kembali, sehingga bersinar cerah seperti asal mulanya, dan bukannya mengganti dengan warna baru yang berbeda dengan warna sebelumnya. Islamic worldview adalah upaya perumusan ajaran-ajaran pokok dalam Islam, yangformulasinya disesuaikan dengan tantangan zaman yang sedang dihadapi oleh kaum Muslimin. Karena saat ini yang sedang mendominasi umat manusia – termasuk umat Islam – adalah pemikiran Barat yang sekular-liberal, maka konsep Islamic Worldview ini pun dirumuskan agar kaum Muslim tidak terjebak atau terperosok dalam pemikiran-pemikiran yang dapat merusak keimanannya.[2]

Sebagai bentuk intropeksi akan kondisi umat Islam terkini, maka munculah pertanyaan apakah hidup kita selama ini sudah menggunakan cara pandang yang bersumber dari Wahyu Allah? Atau kita secara perlahan tanpa disadari telah mengikuti pandangan-pandangan yang hanya indah dalam bait-bait retorika dan spekulasi saja. Karena terdapat perbedaan pandangan antara The Worldview of Islam yang bersumber pada wahyu dengan The Worldview ala barat yang bersumber pada spekulasi. Walaupun kedua pandangan  ini sama-sama menghasilkan aktifitas ilmiah dan berimbas pada tersebarnya ilmu pengetahuan beserta pengamalannya. Namun, keduanya sangatlah berbeda dan tidak dapat dipersatukan.

            Sekularisme adalah produk Worldview barat yang tidak cocok dengan Islam sama sekali. Sebab Worldview barat dan Islam kenyataannya memang sangat berbeda. Menurut sohail sekularisme di Barat digunakan untuk memisahkan Negara dari otoritas agama. Tujuannya agar kedamaian dapat dipertahankan dalam masyarakat plural. Dengan menganut sekularisme juga, kewarganegaraan tidak ditentukan oleh agama dan kepercayaan, tapi bergantung kepada hak dan kewajiban masing-masing warganegara. Namun, kenyataannya di Negara-negara Islam, sekularisme dipahami sebagai antiagama dan anti-Islam.[3]

            Worldview Barat tidak hanya memisahkan otoritas agama terhadap negar namun juga terhadap ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dianggap hasil dari berbagai perubahan paradigm dan spekulasi. Hal tersebut jika ditelusuri  terdapat sejarah traumatic atas hegemoni gereja yang telah mematikan ilmu pengetahuan, sehingga munculah sekulerisasi pemisahan ilmu pengetahuan dan agama.

Berkait dengan sekularisme, pada awalnya masyarakat Barat terkekang oleh gereja. Gereja memegang kontrol penuh terhadap setiap lini kehidupan masyarakat Barat, baik dalam urusan agama dan keyakinan, sosial-kemasyarakatan, urusan keilmuan, ekonomi, politik, kenegaraan, dan lain sebagainya. Tak boleh ada satu hal pun yang boleh berseberangan dengan doktrin gereja. Jika sampai ada yang berbuat bidah atau menyimpang dari Bibel atau ajaran gereja, maka hukumannya adalah inkuisisi dengan beragam jenis siksaan yang sangat mengerikan.  Masa itu adalah masa  ketika akal masyarakat tak boleh berkembang dan tak boleh melontarkan pemikiran yang tidak sesuai dengan doktri Bibel. Ahlasil, masyarakat Barat pun saat itu terjerumus ke dalam jurang kebodohan dan kemunduran karena kehidupan mereka dikontrol penuh oleh gereja.[4]

                Dalam memaknai ilmu pengetahuan perbedaan yang sangat mendasar antara  Worldview Islam dan Worldview ala Barat. Islam menemukan berbagai Ilmu Pengetahuan setelah mengkaji wahyu dan membaca ayat-ayat kauniyah. Sebagai mana Firman Allah dalam Surah Yunus, ayat 101 :

Katakanlah: “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi, Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-Rasul yang member peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman”(Q.S Yunus :101)

            Sehingga, pada dasarnya dengan Worldview Islam  mempelajari ilmu pengetahuan akan semakin menambah  keimanan dan ketaqwaan kepada Allah. Berbagai penemuan akan semakin membuat penemunya memuji kebesaran Allah. Sebagai contoh, banyak ilmuwan-ilmuwan Muslim pada zaman pertengahan yang memberikan sumbangsih begitu besar kepada dunia di dunia ilmu pengetahuan, sebut saja Ibnu Rusyd, Ibnu Sina, Al-Khawarijmi, Al-Biruni dan masih banyak lagi mengahasilkan karya yang luar biasa berawal dari pemaknaan wahyu Allah yang mendalam.

            Seperti dalam Firman Allah pada surat Al-Baqarah ayat 147 bahwa Alhaqqu min rabbika falatakuunanna mina almumtariina yang berarti kebenaran itu dari Rab-mu, maka jangan sekali-sekali kamu termasuk orang-orang yang ragu. Allah sudah sedemikian rupa mengatur kehidupan manusia dengan sempurna dimuka bumi ini. Al-Qur’an pun begitu lengkapnya mengatur tata kehidupan manusia yang mencakup ilmu muamalah, politik, ekonomi, akhlak dan lain sebagainya. Ilmu pengetahuan yang didasari oleh Worldview Islam bersumber pada Wahyu tersebut, akan membentuk pribadi yang beradab dan penuh tanggung jawab serta menjadikan ilmu pengetahuan sebagai investasi akhirat. Sebagaimana dalam kitab Shahih Imam Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari Hajjaj bin Minhal dari Syu’bah dari Alqamah bin Martsad dari Sa’ad bin Ubaidah dari Abu Abdirrahman As-Sulami dari Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ .
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.”




[1] Kholili Hasib “Pendidikan Berbasis Worldview Islam”, 9 Februari 2013, http://kholilihasib.com/pendidikan-berbasis-worldview-islam/ [ONLINE], HTML, 19 Maret 2015.
[2] Adian Husaini “ Untuk Apa Belajar Islamic Worldview” dalam Materi SPI ITJ Angkatan 2
[3] Hamid Fahmy Zarkasyi, Misykat, Refleksi tentang Islam, Westernisasi dan Liberalisasi, Jakarta: INSISTS, Cet. I,
2012, hlm. 174
[4] Mohammad Achyat Ahmad “Mewaspadai Jebakan Sepilis” 8 November 2014 http://inpasonline.com/new/mewaspadai-jebakan-sepilis/ [ONLINE], HTML, 19 Maret 2015

Ilmu Pengetahuan Sebagai Senjata Perang Pemikiran

Senin, 16 Maret 2015

| | | 0 komentar
Rosmayani Nor Latifah*

“Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu tulisan mampu menembus jutaan kepala,” 

-    Sayyid Qutb

Perang pemikiran atau yang biasa disebut dengan Ghazwul Fikr adalah salah satu upaya musuh-musuh islam untuk merusak dan menjauhkan umat islam dari nilai-nilai syariat islam hingga muncul keraguan dan kebanggaan akan islam sebagai satu-satunya agama yang benar.

Perang pemikiran sangat berbeda dengan perang fisik atau perang ala militer. Perang pemikiran dirasa lebih efektif dan lebih menghemat biaya. Efektif karena dengan perang pemikiran, umat islam akan hancur dari segi kualitas dan internal umat islam sendiri, bukan kuantitas seperti halnya perang fisik yang dapat dipastikan akan mengeluarkan biaya yang lebih besar. Perang pemikiran juga lebih mudah dilakukan karena senjatanya berupa pemikiran dengan media yang sangat banyak. Seperti halnya media massa, cetak, elektronik, karya-karya ilmiah, buku-buku sejarah palsu, lembaga pendidikan, LSM bahkan melalui mulut ke mulut dengan mudah mereka lakukan tanpa kita sadari akan bahayanya terhadap pendangkalan aqidah.

Sebagaimana media elektronik televisi saat ini, banyak tontonan yang tak bermanfaat dan mengajarkan budaya yang jauh dari nilai-nilai islam apabila tidak selektif dalam memilih program yang ditonton. Imbasnya anak-anak kecil menjadi tau akan budaya pacaran dan ikhtilat mendekati zina yang sangat ditentang dalam islam.

Komunitas yang dengan terang-terangkan mengusung perang pemikiran di Indonesia telah menjamur tak terbendung seperti yang disampaikan Dr. Fahmi Hamid Zarkasy dalam bukunya Misykat refleksi tentang westernisasi, liberalisasi dan islam, bahwa buku-buku yang mereka tulis dan dari kerjasama antarmereka dalam berbagai proyek pluralism, feminism dan kesetaraan gender serta gerakan lain yang mengusung sekularisme dan liberalism, nama-nama mereka itu jelas, khususnya yang ada di Jakarta. Diantaranya adalah Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), Masyarakat Dialog Antar Agama (MADIA), KAPAL (Lingkaran Pendidikan Alternatif) Perempuan, Jaringan Islam Liberal (JIL), International Centre For Religious Pluralism (ICIP) dan masih banyak lagi.

Begitu dasyatnya serangan dengan model perang pemikiran, maka harus ada upaya kongkrit yang dilakukan umat islam untuk membendung arus perang pemikiran tersebut. Karena ini adalah perang pemikiran maka senjata untuk perangnya adalah ilmu pengetahuan. Ghazwul Fikri hanya bisa dimenangkan dengan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu umat islam haruslah meningkatkan interaksi dengan Al-Qur’an dan Hadist Nabi, menghidupkan forum-forum keilmuan dan sibukkan diri dengan membaca sebagai bentuk membentengi diri dengan kesadaran pentingnya ilmu pengetahuan yang disertai dengan aqidah yang kuat.

Islam sebagai peradaban yang pernah bangkit dan maju menguasai dunia karena ilmu. Dan penyebab kemunduran umat Islam saat ini adalah juga karena kemiskinan ilmu. Tidak berarti tidak berpendidikannya umat Islam. Tapi, pendidikan yang kita terima bukan pendidikan Islam. Ilmu yang kita kuasai juga bukan ilmu yang berdasarkan pada prinsip keilmuan Islam. Mestinya semua ilmuwan Muslim bisa disebut ulama. Tapi, nyatanya tidak, karena memang banyak cendikiawan Muslim yang tidak memahami Islam. Oleh karena itu agar umat islam bisa maju, umat Islam harus mengembangkan ilmu-ilmu Islam yang terdiri dari ilmu syariah dan ilmu kauniyah, yang dalam istilah awam disebut ilmu agama dan ilmu umum.1

Dari uraian diatas dapat kita simpulkan tiga fakta menarik. Satu, bahwa saat ini kita tengah berada dalam era perang pemikiran. Dua, dasyatnya serangan pemikiran dari musuh-musuh Islam yang berkomplot menebar paham-paham sekularime, liberasime, pluralism, humanism dan lain sebagainya bertujuan untuk merusak aqidah dan menimbulkan keraguan pada tubuh umat Islam sendiri yang pada akhirnya ikut dengan pola pemikiran dan gaya hidup mereka. Tiga, umat Islam haruslah membentengi diri dan mengangkat senjata dengan ilmu pengetahuan yang berpegang teguh pada aqidah yang kuat yaitu Al-Qur’an dan Hadist Nabi. Umat Islam harus menjadi umat yang produktif menghasilkan karya-karya pemikiran sebagai bentuk perlawanan dan menebarkan indahnya cahaya Islam dimuka bumi. Sebagaimana yang dikatakan Sayyid Qutb bahwa Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu tulisan mampu menembus jutaan kepala.

* Orang biasa yang selalu berusaha untuk menebar manfaat
1Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, Misykat Refleksi Tentang Westernisasi, Liberalisasi dan Islam (Jakarta : INSIST,2012)260

The Worldview of Islam Adalah Pandangan Hidup yang Sempurna

Jumat, 13 Maret 2015

| | | 0 komentar
Sebagai muslim seyogyanya kita hidup berdasarkan pandangan yang dibangun atas konsep dasar yang bersumber dari wahyu Allah SWT. Karena pandangan hidup selain berdasarkan wahyu Allah hanya akan mengantarkan pada kehancuran dan kesesatan.



Demikian penjelasan Ustadz Wido Supraha saat memberikan materi Sekolah Pemikiran Islam (SPI) #IndonesiaTanpaJIL Angkatan Kedua bertema “The Worldview Of Islam” yang digelar di Ruang Diskusi Institute for The Study of Islamic Thought and Civilization (INSIST), Jakarta, Kamis (12/03/2015).

Selanjutnya, Wido juga menjelaskan perbedaan pandangan antara The Worldview of Islam yang bersumber pada wahyu dengan The Worldview ala barat yang bersumber pada saintifik. Walaupun kedua pandangan  ini sama-sama menghasilkan aktifitas ilmiah dan berimbas pada tersebarnya ilmu pengetahuan.

“Seperti dalam Firman Allah pada surat Al-Baqarah ayat 147 bahwa Alhaqqu min rabbika falatakuunanna mina almumtariina yang berarti kebenaran itu dari Rab-mu, maka jangan sekali-sekali kamu termasuk orang-orang yang ragu. Allah sudah sedemikian rupa mengatur kehidupan manusia dengan sempurna dimuka bumi ini. Maka apalagi yang membuat kita ragu untuk mengamalkan nilai-nilai keislaman yang telah disyariatkan”, tambahnya.

The Worldview of Islam bukan pembaharuan  atau sebuah konsep Tajdid dalam beragama. Namun merupakan upaya mengembalikan nilai-nilai Islam. Karena Islam adalah agama yang sudah sempurna sejak awal” ungkap Wido yang merupakan peneliti di lembaga Institute for The Study of Islamic Thought and Civilization (INSIST)


            Satu dari 40 peserta yang hadir sempat menyampaikan respon positif terhadap acara tersebut. “Materinya unik banget, baru pertama kali mendapatkannya. Sangat ilmiah dan logis disertai dengan penyampaian yang cukup lengkap. Dua jam rasanya tak cukup hanya untuk membahas uniknya Islam,” ujar Charunia salah satu peserta SPI #ITJ angkatan ke dua yang juga tercatat sebagai mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Reportase : Rosmayani Nor Latifah
========



Jalan-jalan ke jakarta... tak hanya menikmati hiruk pikuk keramaian kota
namun, pemburu ilmu pengetahuan, untuk kebermanfaatan


Kuliah Perdana SPI ITJ, Akmal Sjafril Bekali Peserta Dengan Materi Ghazwul Fikri

| | | 0 komentar
Kuliah perdana Sekolah Pemikiran Islam (SPI) #IndonesiaTanpaJil telah dilaksanakan pada hari Kamis, 5 Maret 2015 dengan mengangkat tema Ghazwul Fikri, bersama Ustadz Akmal Sjafril sebagai narasumber. Sejak pukul 18.30 WIB, aula pertemuan di kantor INSIST yang digunakan sebagai ruangan kelas SPI sudah dipenuhi oleh para peserta yang datang dari  seputaran Jabodetabek.
“Kita ini sedang dalam masa berperang, ketika berperang yang dibutuhkan bukan hanya modal iman saja, namun juga strategi dan senjata untuk melawan musuh” ungkap ustadz Akmal Sjafril ketika memberikan penjelasan tentang makna Ghazwul  yang artinya adalah perang. Penulis buku Islam Liberal 101 ini juga menerangkan bahwa hal utama yang harus dilakukan sebagai strategi dalam berperang ialah mengenali kemampuan diri sendiri, mengenali kemampuan lawan dan mengetahui medan pertempuran.
“Sedangkan Fikri  artinya adalah pemikiran, para musuh islam telah berasatu untuk menyerang umat islam dengan perang pemikiran (Ghazwul Fikri) dengan alasan sulitnya mengalahkan umat muslim di medan jihad, biaya rendah, dan pekerjaan ini lebih mudah dilakukan karena memanfaatkan kaum munafik, sehingga Ghazwul Fikri ini hanya bisa dimenangkan dengan ilmu” tambah Ustadz Akmal Syarif.
Pada pertemuan itu juga dibahas mengenai sejarah Ghazwul Fikri yang merupakan fenomena lama yang sudah ada sejak zaman Nabi Adam, sehingga isu Ghazwul Fikri ini bukan lagi isu kontemporer yang hanya dihadapi umat pada masa ini. Umat islam haruslah selalu berinovasi dengan memperkaya diri dengan ilmu-ilmu pengetahuan. Selain itu, dipaparkan juga bagaimana metode yang tepat untuk meng-counter berbagai paham menyimpang yang bertujuan melemahkan umat islam tersebut.

Materi Ghazwul Fikri  ini dinilai sangat penting dalam melawan paham-paham pemikiran yang menyimpang mencemari ajaran islam. “pembekalan perdana ini diharapkan dapat menambah kapabilitas pemikiran para peserta SPI ITJ dan dengan metode yang telah disampaikan tadi secara aksi nyata dapat melawan Ghazwul Fikri” ungkap Muhammad Irfan Nail, selaku moderator setelah diskusi berakhir

=========
Jalan-jalan ke jakarta... tak hanya menikmati hiruk pikuk keramaian kota
namun, pemburu ilmu pengetahuan, untuk kebermanfaatan
#Ekspedisi Sayap Garuda

untuk awal maret dan 3 bulan kedepan

Rabu, 11 Maret 2015

| | | 0 komentar
 Wal tandhur nafsun ma qaddamat li ghad, perhatikanlah sejarahmu uuntuk hari esokmu (QS 59:18)

kamis, 5 maret 2015

10.00 pm
jakarta.. purnama diatas sana di tengah riuhnya penutupan cap gomeh dengan atraksi barongsai yang tak henti2
sedangkan krl menuju tanah abang tak dapat bergerak akibat terbakarnya permukiman kumuh di sepanjang rel sehingga mengakibatkan para korban kebakaran mengungsi ke tengah rel dengan emosi yang membludak melempari kereta yang bergerak barang secenti, resah akan tempat tinggal yang hilang, prasangka ada oknum pembakaran akibat tak mau ada penggusuran, semoga kehidupan mereka dimudahkan


sedangkan aku baru saja pulang menuntut ilmu terduduk di stasiun duren kalibata sambil mengunyah se sisir pisang, lapar.. aku belum berbuka sejak maghrib tadi hanya susu satu kotak yang sempat mengisi kekosongan perut.

"pisang bu, pisang dik?" :)
kutawarkan pisang sesisir ke ibu dan anak yang ada disebelahku.. stasiun masih ramai dengan hiruk pikuknya. ini jakarta bung. kota yang tak pernah tidur


11.35 pm

stasiun bogor
pulang kemana? 
angkutan ke desa sudah tidak ada
-----------------------
Alhamdulillah :D
ternyata selalu ada tempat untuk pulang