Zaynur Ridwan : The Khilafa

Kamis, 20 Agustus 2015

| | |
Judul Buku          : The Khilafa
Penulis                 : Zaynur Ridwan               
Penyunting         : Artawija (pernah ketemu sama ustadz ini sewaktu ikut Sekolah pemikiran Islam, sosok teduh, bersahaja dan berwawasan luas sekali)
Penerbit              : Salsabila
Tebal                     : 311 halaman                   
Kategori               : Novel
Genre                   : Konspirasi

Buku ini merupakan Novel ke lima Zaynur yang telah saya baca setelah emapat novel bergenre konspirasi lainnya, novel-novel tersebut antara lain ialah The Greatest Design, Novus Ordo Seclorum, Indonesia Incorporated dan The book of codes. The Khilafa ini merupakan Novel terakhir dari seri trilogi  novel bergenre konspirasi sebelumnya yaitu The Greatest Design dan Novus Ordo Seclorum. Seperti biasanya Zaynur dengan piawai mampu mengungkapkan fakta-fakta tersembunyi berdasarkan hasil riset melalui alur cerita yang membuat penasaran hingga pembaca dapat merasakan sensasi menggebu pada saat membaca lembaran demi lembaran novelnya. Seringkali penjelasan-penjelasan yang rumit memang lebih gampang dicerna otak lewat cerita yang beralur.

Tokoh-tokoh dalam novel ini yang pertama adalah Bumi pemuda cerdas dan pemberani asal Indonesia yang berdomisili di Mesir, Bumi hadir di semua seri trilogy. Dan di seri yang terakhir ini Bumi bertemu dengan seorang perempuan yang mampu menggetarkan hatinya yaitu Dokter Mayra seorang gadis asal Palestina yang mengabdikan hidupnya untuk negri tercinta, dokter Mayra telah kehilangan ibunya dan merelakan adik satu-satunya Faisal untuk menjalankan misi bom bunuh diri sebagai wujud perlawanan terhadap Israel. Selanjutnya juga ada Syaikh Naggar yang juga hadir pada Novel The Greatest Design, Syaikh Naggar diceritakan sebagai tokoh yang dekat dengan para pejuang Palestina dan sering membantu dalam misi perlawanan terhadap Israel. Aurora Bulan, adalah ibunya Bumi yang memiliki profesi sebagai professor dan peneliti di bidang sains.

Novel ini berlatar Gaza, Palestina yang merupakan tanah suci bagi tiga agama di muka bumi ini yaitu Islam, Kristen dan juga Yahudi sejak dulu kala.  Buku ini memaparkan dengan gamblang apa yang terjadi disana, bahwa konflik berdarah yang terjadi sejak tahun 1946 itu bukan hanya konflik antar dua Negara. Ini adalah pembumi hangusan umat manusia yang ditujukan pada umat Islam dan penghancuran Masjid Al-Aqsha yang merupakan kiblat kaum muslimin yang pertama. Perlahan dengan pasti masjid tersebut sedang dalam proyek penghancuran oleh Israel untuk membangun haekal Sulaeman untuk menyambut datangnya Raja Yahudi yaitu Dajjal.  

“Kita tidak boleh terjebak dengan upaya ‘devide et impera’  ini. Umat Islam tumbuh dalam satu kesatuan yang sama, berpijak pada garis yang sama di bawah kalimat tauhid yang sama, sayangnya umat yang begitu besar dalam jumlah kuantitas ini seperti ranting kering yang begitu mudah dipotong dan dipatahkan lalu pecah menjadi beberapa aliran, sekte, ajaran, mahzhab dan lain sebagainya. Upaya-upaya pemecahbelahan ini yang kemudian diperkuat oleh kelemahan umat islam sendiri dalam merapatkan shaf membuat Yahudi yang sebenarnya begitu lemah menjadi musuh yang sangat kuat. Ini bukan zamannya lagi kita dipermainkan seperti ini, umat islam harus bersatu. Tanah suci menjerit mengorbankanbegitu banyak darah dan sebentar lagi Masjid Kiblat akan dihancurkan sementara kita masih bisa tidur dan bermimpi dengan begitu indah.”
(The Khilafa : Zaynur Ridwan, pg 102)

Buku ini juga menyibak tentang peranan propaganda media yang dikuasai barat yang telah bertekuk lutut terhadap Yahudi. Televisi di Negara-negara berpenduduk mayoritas muslim seperti Indonesia telah dipenuhi oleh hiburan yang mengumbar syahwat, kontes-kontes yang hanya menilai fisik, isu terorisme, berita kejahatan yang bebas di tonton anak-anak, Isu pemanasan global (dalam Buku Indonesia Incorporated dan Novus Ordo Seclorum di jelaskan bahwa isu ini hanyalah permainan yahudi). Semua isu itu hanya untuk mengalihkan perhatian terhadap tensi pemanasan global yang sesungguhnya di Al-Quds.

“Ekalasi Perang semakin membesar dan kita tidak bisa menunggu, apalagi untuk waktu yang terlalu lama. Anda tahu bagaimnan perundingan-perundingan tingkat tinggi yang dimotori Amerika Serikat dan PBB tidak pernah membuahkan hasil. Mereka hanya membuat agenda untuk memperpanjang waktu dan mengambil kesempatan dari sana sementara anak-anak kita satu persatu mati sebelum tahu bagaimana cara memanggul senapan”
(The Khilafa : Zaynur Ridwan, pg 87)

Saya jadi membayangkan seandainya televisi di Indonesia menyiarkan satu jam saja liputan khusus apa yang terjadi di Tanah Palestina tentu akan membuat umat ini berkecamuk untuk segera melantunkan gelora jihad. Bagaimana tidak?! Saudara kita menjerit, berteriak dalam siksaan dan penindasan untuk mempertahankan Bumi Al-Aqsha sedangkan kita disini tengah terbuai terlena dengan keadaan negri yang sengaja dicarut marutkan dari sisi ekonomi, politik, sosial dan lain sebagainya.

Yang menarik ialah fakta kehidupan di bawah lorong-lorong tanah Palestina digambarkan secara mendetail oleh Zaynur. Tentang lorong-lorong pipa, terowongan bawah tanah yang sedikit diketahui bahwa tanah di Israel dan Palestina memiliki struktur yang unik karena tersusun bertingkat-tingkat. Lorong-lorong tersebut menjadi wilayah perlindungan terbaik warga Palestina dan tempat para pejuang Hamas memetakan gerakan perjuangan mereka dan menyimpan stok bom, rudal, granat, hinnya kebutuhan pokok seperti makanan dan pakaian.

“Bila ada kisah tentang orang-orang yang hidup di dalam perut bumi maka tidak ada cerita seindah Gaza”
(The Khilafa : Zaynur Ridwan, pg 188)

Novel ini endingnya “menggantung” kebanyakan novel bergenre konspirasi yang saya baca memang seperti itu, apalagi dalam trilogy ini semua endingnya masih menyimpan teka-teki. Mungkin karena menyingkap fakta-fakta tersembunyi sehingga Zaynur tak ingin berandai-andai dengan ending yang “happy” hmmmm saya rasa begitu. Namun demikian, trilogy ini tetaplah sebuah novel yang menarik dan cerdas terutama untuk anda yang menyukai hal-hal berbau konspirasi. Dan mengaduk-ngaduk isi hati tentang kenyataan bahwa yang bisa kita lakukan hanya sedikit untuk membantu saudara kita, mempertahankan Rumah Allah. Allahummansur Ikhwanal muslimin fii Filistiin.

Terakhir, Zaynur memaparkan solusi dari semua kekacauan di muka bumi pada hari ini terutama di Bumi Palestina adalah persatuan umat Islam yang harus selalu siap untuk berperan serta menyambut sebuah janji Nubuwah yaitu akan tegaknya suatu pemerintahan Islam yang dikomandoi atas satu Khalifah yaitu Fase Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah.

“Masjid itu menangis, dan kita umat Islam bahkan tidak mendengar rintihannya. Al-Aqsha memanggilmu, Nak. Hari ini juga, saat ini…Sekarang!”
(Zaynur Ridwan)






1 komentar:

Akhul Islam El-Sawanji mengatakan...

Assalamualaikum.. mas..ada gak link yang jual buku ini . Ane pingin yang ori tapi bekas..jadi hrganya sedikit murah??