Tentang Firasat

Kamis, 11 Mei 2017

| | |
Surah Al-Qashash  kembali lagi "menyapa" saya. Kali ini melalui tayangan di televisi acara Khalifah Trans 7 yang dibawakan oleh ustadz Budi Ashari yang bertema tentang firasat dan lagi-lagi bahasannya adalah tentang Shofura, putri Nabi Syu'aib as perempuan malu nan mulia itu. 

Firasat adalah suara hati yang hadir dan ternyata benar terjadi dikemudian hari, hal tersebut dikarenakan seseorang yang memiliki firasat tersebut memandang sesuatu dengan cahaya Allah Subhanahu Wa Ta'ala (Ust. Budi Ashari)

 Dari Sahabat mulia Abdullah bin Mas'ud ra menyebutkan bahwa terdapat tiga orang dalam sejarah islam yang paling kuat dan benar firasatnya. Yang menarik adalah satu diantara ketiga orang yang disebutkan tersebut adalah perempuan. Disebutkan bahwa ia adalah perempuan Negeri Madyan yaitu putri Nabi Syu'aib yang bernama Shofura yang memiliki firasat terhadap Nabi Musa as.

Ketika Nabi Musa tidak sengaja membunuh seorang Qibty (suku asli Mesir). Nabi Musa as berlari tanpa tujuan yang pasti untuk menghindari hukuman Fir'aun. Hingga tibalah Nabi Musa as di sebuah Negeri yang bernama Madyan. Dalam keadaan lelah Nabi Musa as kemudian beristirahat di dekat sumber air yang menjadi tempat untuk memberikan minum kepada ternak penggembala. Pada saat itu Nabi Musa as melihat dua perempuan penggembala yang terlihat berada di belakang.

Dan tatkala ia sampai di sumber air Negeri Madyan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan ternaknya, dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang perempuan yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata, "Apakah maksudmu dengan berbuat begitu?" kedua perempuan itu menjawab, "Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum penggembala-penggembala itu memulangkan (ternaknya), sedang Ayah kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya. (QS. Al-Qashash : 23)

Nabi Musa as kemudian membantu perempuan tersebut untuk memberikan minum kepada ternaknya. setelah membantu kedua perempuan tersebut Nabi Musa as duduk dibawah pohon seraya berdo'a kepada Allah Ta'ala.

Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku". (QS. Al-Qashash : 24)

Ayah kedua perempuan tadi merasa heran karena kedua putrinya pulang lebih cepat daripada biasanya. Namun Nabi Syu'aib as baru paham setelah keduanya menceritakan tentang Nabi Musa as dan kejadian yang telah mereka alami. Maka, orang tuanya memerintahkan putrinya untuk mengundang Nabi Musa as kerumahnya. dan inilah rupanya jawaban Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas do'a Nabi Musa as. 

Kemudian salah seorang dari kedua perempuan itu datang berjalan malu-malu kepada Musa, ia berkata, "Sesungguhnya Ayahku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan)-mu memberi minum ternak kami"...(QS. Al-Qashash : 25) 

Dan tentang firasat perempuan Negeri Madyan tersebut terhadap Nabi Musa as diabadika Allah Ta'ala dalam Al-Qur'anul karim

"Wahai Ayahku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja(pada kita) ialah orang yang kuat lagi amanah (dapat dipercaya)". (QS. Al-Qashash : 26)

Kuat dan Amanah inilah yang menjadi tanda firasat dan dibaca oleh perempuan Negeri Madyan tersebut sebagai keadaan tentang Nabi Musa as dikemudian harinya. Kuat, karena Nabi Musa as menolong perempuan tersebut pada saat ingin memberikan minum pada ternaknya, sumber air ditutup oleh batu besar yang diperlukan beberapa lelaki untuk mengangkatnya. sedangkan Nabi Musa as cukup seorang diri saja sudah cukup kuat untuk mengangkat batu tersebut. sedangkan Amanah, ketika perempuan tadi sudah pulang kerumah, kemudian diutus kembali oleh sang ayah untuk mengundang Nabi Musa as kerumah mereka. pada saat di padang pasir Nabi Musa as dan Shofura hanya berjalan berdua, Nabi Musa as sangat menjaga pandangan dan dirinya dari perempuan tersebut inilah sifat Amanah yang terbaca. 

Para ahli tafsir sependapat bahwa dikemudian hari perempuan Negeri Madyan yang memiliki firasat inilah yang menikah dengan Nabi Musa as.

Berkatalah dia (Syu'aib), "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengans alah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. dan kamu Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik". (QS. Al-Qashash : 27)

Dan benarlah sesuai firasat perempuan Negeri Madyan tersebut Nabi Musa as bekerja dengan sangat baik bersifat kuat (qowiy) lagi terpercaya (amiin).

Dalam sejarah terdapat banyak hamba Allah yang Sholih dan Sholihah yang memiliki kebenaran dalam berfirasat, apabila ia berkata sesuatu maka dengan ijin Allah Subhanahu Wa Ta'ala hal tersebut benar terjadi. Diantaranya adalah seorang ahli ibadah Syaikh Abdu Syuja' Al Kirmani rahimallah.

Syaikh Syuja' Al Kirmani berkata :
"Barang siapa penampilan lahiriahnya mengikuti sunnah, batinnya selalu sadar akan Allah Ta'ala, Pandangannya selalu dijaga dari hal-hal yang haram, selalu mengekang nafsunya dari syahwat dan selalu memakan makanan yang halal, pasti firasatnya tidak akan meleset"..

 Syaikh Syuja' Al Kirmani disebutkan dalam riwayat adalah orang yang tidak pernah meleset dalam berfirasat. 


"Maka jika hari ini kita mendengar ada orang yang berfirasat, haruslah kita lihat dahulu apakah orang tersebut orang beriman? dan yang menjadi tolak ukurnya adalah apa yang dikatakan oleh Syaikh Al Kirmani tadi" (Ust. Budi Ashari)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam Surah Al-An'am ayat 122 ;

Dan apakah orang yang sudah mati lalu kami hidupkan dan kami beri dia cahaya yang membuatnya dapat berjalan ditengah-tengah orang banyak, sama dengan orang yang berada dalam kegelapan , sehingga dia tidak dapat keluar dari sana?.........

 Orang yang hidup dalam cahaya Allah tentulah berbeda dengan orang yang hidup dalam kegelapan. Maka, orangyang hidup dengan cahaya itulah salah satu yang Allah berikan keistimewaan di muka bumi ini adalah ketika Allah Ta'ala memberika dia firasat, dia memandang sesuatu dengan cahaya Allah Subhanahu Wa Ta'ala , Wallahu'alam bi Shawab





0 komentar: