Mamak

Rabu, 03 Mei 2017

| | |
Masih teringat jelas dalam memori otak saya akan sebuah pelajaran hidup yang sangat berharga. Disampaikan dengan penuh keteladanan oleh seorang pahlawan dalam hidup saya yaitu Mamak.

Kala itu adalah hari pertama saya masuk sekolah dasar di bangku kelas tiga. Suasana baru bukan hanya terasa dari kelas baru ataupun guru baru, namun juga waktu belajar di sekolah yang lebih lama menjadi pengalaman baru bagi kami yang masih anak-anak. 

Jika pada saat kelas dua sekolah berakhir pada jam 10. Di kelas 3 ini kami baru pulang pada jam 01.00 siang. Dan jika pada saat kelas dua kami hanya istirahat 1 kali di kelas 3 ini istirahatnya menjadi 2 kali. Maka terbayanglah dibenak kami yang biasanya jam 10 sudah pulang ke rumah dengan segelas susu dan cemilan sudah terhidang di meja kemudian tak lama setelahnya telah tersaji makan siang, kali ini setelah kelas 3 hal-hal tersebut tidak akan pernah terjadi lagi.

Untuk mengantisipasi perut keroncongan di tengah jam pelajaran beberapa kawan memamerkan uang saku mereka yang telah dinaikkan dari sebelumnya. Ramai sekali celoteh mereka di depan kelas "aku sekarang sangunya 700 rupiah loh", "waah kalau aku sekarang jadi seribu rupiah".

Beberapa kawan lagi membawa bekal berupa nasi ataupun kue kue atau biskuit. Saya termasuk yang membawa bekal kue. Pagi tadi mamak sudah memasukkan beberapa potong lapis legit di kotak bekal. Saya sempat keheranan kenapa begitu banyak kuenya hingga hampir penuh isi kotak bekal saya. Mamak berkata kalau kuenya banyak, saya bisa membaginya dengan teman-teman ataupun bapak dan ibu guru di sekolah. "Kan senang kalau dimakannya ramai-ramai" kata mamak. Disaat dewasa saya baru menyadari kalau ternyata mamak mengajarkan kepada saya untuk senang berbagi.

Tak lama setelah itu, dipagi hari saya berangkat sekolah bersama mamak menggunakan sepeda motor dinas. Biasanya sih kami berbonceng bertiga dengan ayah, namun pada saat itu ayah sedang mendapatkan tugas diluar kota selama sepekan. Ditengah perjalanan kami bertemu dengan seorang ibu yang tengah berjalan kaki. Kami mengenali ibu tersebut karena beliau adalah tetangga kami, seorang guru disebuah SMP Negri, biasanya beliau berangkat dengan menggunakan sepeda motor. Mamak pun menghentikan kendaraan dan bertanya kenapa ibu tersebut berjalan kaki. Rupanya sepeda motor beliau kala itu sedang rusak. Mamak dengan senang hati menawarkan tumpangan kepada Ibu tersebut dan gayung pun bersambut, ibu itu menerima tawaran dari mamak. Pada saat dewasa barulah saya menyadari dari peristiwa itu mamak telah mengajarkan saya untuk lebih peduli.

Terima Kasih mamak, dirimu telah mengajarkan keteladanan akan sikap-sikap baik. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala selalu melimpahkan keberkahannya kepadamu.

*Saat malam ini mamak minta dipijit tiba-tiba memori dimasa lalu itu berkelindan ramai dalam otak saya :) 


0 komentar: