Sebuah Nasihat

Sabtu, 27 Februari 2016

| | |
“yan, tolong carikan charge hp ayah” seru ayahku siang itu. Segera saja kucari apa yang di minta ayah di mejanya, tak ada. Kulayangkan pandangan ke samping kanan tepat di rak buku pribadi ayah. Dan akhirnya kutemukan juga charge hp yang dicari. Namun, tiba-tiba aku penasaran dengan sebuah buku yang paling terlihat lusuh diantara deretan buku lainnya, kuambil buku tersebut dengan hati-hati dan akhirnya aku bertemu kembali dengan kitab fenomenal itu. Terjemah Kitab Al Hikam karangan Syaikh Ahmad Ibnu Athoilah.



Bismillahirrahmanirrahim kubuka kitab itu secara acak dan kubaca pula dengan acak. Itulah caraku “berjabat tangan” dengan buku yang baru saja kutemui. "Jabat tangan" agar meninggalkan kesan dan pesan yang mendalam seolah buku itu berkata dan berbicara untuk yang “pertama kali” kepadaku. 

Kubaca tepat di halaman 22 terdapat syair dalam bahasa Arab yang bermakna “Tanamlah dirimu dalam tanah kerendahan, sebab tiap sesuatu yang tumbuh tetapi tidak ditanam, maka tidak sempurna buahnya”

Rasanya aku tidak asing dengan syair ini, ada buku yang kubaca juga. Setelah berpikir sejenak  barulah teringat kalau syair ini juga terdapat di buku Lapis- lapis keberkahannya Ustadz Salim. Kulanjutkan membaca makna dari syair tersebut di halaman 23.

"Amal yang baik adalah yang dipilih dari benih yang baik. Artinya, amalan itu didasarkan pada syariat yang benar sebagaimana yang telah diterangkan dalam hadis shahih maupun Al Quran. Lalu ditanam di dalam tanah, yang artinya sembunyikan amal kebaikan itu jangan sampai manusia cenderung memberi pujian kepadamu. Pastikan bahwa hanya Allah jua yang tahu kebaikan yng telah kau amalkan. Inilah sebuah pohon yang kelak akan berbuah kebahagiaan."

Ah “jabat tangan” kali ini rasanya sangat mengena sekali. Mungkin ini teguran langsung dari Allah kepadaku bahwa berbuat baik saja tidak cukup, haruslah dibarengi dengan ilmu serta sikap tawaddu' dan ikhlas agar amalnya sempurna. T_T ighfirly ya Robb. Alhamdulillah telah diingatkan.

Sungguh di jaman maraknya media sosial seperti sekarang ini menyembunyikan perbuatan baik bisa dikatakan sebagai ujian keikhlasan yang amatlah berat godaannya. Mungkin diawal sama sekali tidak bermaksud riya’ tetapi yang namanya hati itu sangatlah mudah dia berbolak balik. Hingga Rasulullah SAW mengajarkan agar kita selalu berdoa, meminta diberikan ketetapan hati

 (يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ وَ عَلَى طَاعَتِكَ)
Duhai yang Maha membolak balikkan hati Tetapkanlah hatiku pada agamaMu dan ketaatan kepadaMu

Dan di dalam Al-Qur’an surah Al Baqarah ayat 271 Allah SWT berfirman : “ Jika kamu menampakkan sedekah-sedekahmu maka itu baik. Dan jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir, maka itu lebih baik bagimu dan Allah akan menghapus sebagian kesalahan-kesalahan mu. Dan Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan.

Jadi, kebaikan apapun yang telah kita lakukan, simpanlah untuk diri kita sendiri berharap agar dapat menjadi pemberat amal di akhirat kelak agar ia sempurna. Bukankah Keridhoan Allah adalah yang paling kita harapkan sebagai hambanya yang (belajar) bertaqwa J

Seperti yang di tulis Masgun di Tumblrnya

Tetaplah rendah hati.  Kita tidak perlu mempromosikan tentang siapa diri kita. Tetaplah rendah hati

Karena ujian keikhlasan itu akan hadir saat kita sedang melakukan hal-hal yang hebat sementara tidak ada orang yang tahu. Semangat!

"yaan!... udah ketemu belum charge hp nya?"

oh iya, hampir saja terlupa


1 komentar:

Unknown mengatakan...

ka yani.. sangat menyentuh :(