Erdogan Sang Revolusioner “Arabs Spring” #siapa sih Erdogan part 2

Senin, 23 April 2012

| | |
Para politisi dunia saat ini telah sepakat mengatakan bahwa kondisi Negara-negara di Jazirah Arab sekarang sedang menghadapi Arabs Spring yaitu istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu babak baru politik dalam negeri negara-negara Arab di Timur Tengah. Gelombang Arabs Spring yang melanda beberapa negara Timur Tengah tak henti-hentinya menunjukkan dinamika yang menarik untuk diamati. Dimulai dari keberhasilan revolusi di Libya yang menunjukkan betapa kekuatan revolusi rakyat dapat menggulingkan rezim otoriter yang begitu kuat, bahkan menewaskan mantan presiden Moamar Qaddafy. Suriah merupakan negara yang sedang disorot karena pemerintahan Basar Al Assad tidak menghiraukan lagi desakan internasional untuk menghentikan kekerasan dan mundur sesuai keinginan rakyatnya. Selain itu, Yaman juga masih dilanda gelombang protes. Tunisia dan Mesir adalah dua negara yang pemerintahannya sudah digulingkan lewat revolusi dan telah menjalankan pemilu . Seperti yang sudah diduga berbagai ahli, kemenangan kubu Islamis di kedua negara tersebut memang terjadi. Partai Ennahda yang berhaluan Islam meraih kemenangan di Tunisia dan menempatkan Gannouchi sebagai perdana menteri (PM). Di Mesir ada partai Persatuan dan Keadilan (kubu Ikhwanul Muslimin) bersama beberapa kekuatan Islamis lain meraih sebagian besar suara di pemilu parlemen putaran pertama. Belum lagi negara-negara Arab lainnya yangtelah menghadapi protes rakyat meskipun skalanya jauh lebih kecil. Hal yang menarik perhatian adalah preferensi politik kubu Islamis yang tidak lagi menyerukan bentuk negara Islam sebagai tujuan politik utamanya. Kubu Islamis di beberapa negara, seperti Maroko, Tunisia dan Mesir secara terbuka mengatakan tujuan utama mereka kini adalah demokrasi yang bertumpu kepada kemakmuran rakyat secara luas. Mereka jelas-jelas memuji dan menjadikan model pemerintahan Turki sebagai contoh. Turki merupakan negara sekuler di Timur Tengah yang dipimpin oleh PM Erdogan dari Partai Keadilan dan Kesejahteraan (AKP). AKP dan Erdogan sama-sama dikenal berasal dari basis masa Islamis namun memerintah negara sekuler dengan baik dan langgeng. Gaya pemerintahan Erdogan dan AKP menitikberatkan kepada kemakmuran rakyat yang berpilar kepada kemajuan ekonomi dan keterbukaan politik. Resep. Erdogan dan AKP bahkan dengan sukses melenyapkan dominasi militer dalam politik Turki dan membawa sebuah era supremasi sipil dalam kehidupan sosial-politik. Bahkan kehadiran Erdogan yang cukup fenomenal tersebut telah membuat Media Time memilih Recep Tayyip Erdogan, sebagai tokoh paling populer tahun 2011. Jajak pendapat yang diselenggarakan media online Time, menempatkan Erdogan sebagai tokoh yang paling populer sepanjang tahun 2011 ini. Erdogan dipuji sebagai tokoh yang membangun demokrasi di dunia Islam. Pemimpin Partai AKP itu dinilai berhasil meningkatkan Turki sebagai negara nomor dua, yang mengalami pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia. Erdogan, meskipun bukan orang Arab, ia pemimpin dunia yang paling dikagumi di kalangan orang Arab. Menurut jajak pendapat Universitas Maryland, Erdogan adalah tokoh yang sangat dikagumi dan digandrungi di kalangan rakyat Arab. Kunjungannya sebagai misi diplomatik ke berbagai negara Arab, selalu mendapatkan dukungan luas dan dapat menghadirkan puluhan ribu orang, dan bahkan Erdogan mirip seperti bintang “rock” saat berkunjung ke Mesir, begitu besar antusiasme rakyat yang menyambutnya. Erdogan dengan sangat tegas menolak permintaan Presiden George Bush yang ingin melakukan invasi militer ke Irak secara unilateral (sepihak). Karena tindakan Presiden Bush dinilai akan membahayakan keamanan dunia. Invasi milter Amerika Serikat dan Nato terhadap Irak membawa konsekwensi ketidakstabilan kawasan, yang mempunyai dampak sangat luas, khususnya negara-negara di kawasan Teluk. Sampai sekarang. Turki mengutuk keras langkah agresi militer Israel ke Gaza, Sekalipun Turki merupakan sekuktu Israel. Ketika, Perdana Menteri Turki Erdogan menghadiri Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, dan bertemu dengan Presiden Israel, Shimon Peres dalam satu forum, tidak canggung, dan dengan nada yang tinggi mengkritik pemimpin Israel itu, sebagai pelaku kejahatan, dan tidak pernah mau mendengarkan. Sesudah itu Erdogan kembali ke negaranya, tanpa melanjutkan pertemuan itu. Erdogan melalui lembaga NGO seperti IHH, membolisasi bantuan kemanusiaan kepada rakyat Palestina di Gaza, usai agresi militer Israel. Melakukan rekonstruksi kembali Gaza yang hancur dan porak-poranda.Kebijakan Turki membantu bidang ekonomi, sosial, dan kesehatan. Turki membangun rumah sakit di Gaza. Turki membantu finansiil bagi pemerintahan Hamas yang diboikot oleh Israel, dan nyaris ambruk. Tetapi, yang sangat esensial bagi rakyat Palestina, terutama bagi mereka yang ada di Gaza, Erdogan mempunyai komitmen yang kuat, membebaskan rakyat Palestina dari blokade Israel. Erdogan berbicara dengan Presiden Barack Obama, agar bertindak adil, dan ikut menghentikan blokade Israel terhadap Gaza, ketika Obama melakukan kunjungan ke Istambul, di awal masa kepresidenannya. Erdogan meminta kepada Obama mengakui hak-hak berdaulat rakyat Palestina. Ketika, Israel menyerang kapal Mavi Marmara, di perairan bebas, dan menyebabkan 8 orang warga negara Turki tewas, pemerintah Turki mengutuk tindakan Israel. Ujungnya hubungan bilateral antara Turki-Israel menjadi putus. Hubungan antara Turki-Israel, sekarang ini sudah mencapai “zero” di semua tingkatan. Mulai Di bidang finansial, ekonomi dan perdagangan, kebudayaan, dan pertahanan, industri pertahanan dengan Israel. Turki menolak latihan militer bersama dengan Nato, karena keikut sertaan Israel dalam latihan itu. Begitu lembaga multilateral (PBB) mengumumkan hasil penyelidikan terhadap insiden kapal Mavi Marmara,yang terjadi Mei 2010, kemudian nampak PBB memihak Israel, maka langkah Perdana Menteri Turki Erdogan, mengusir Duta Besar Israel dari Ankara, dan memulangkan duta besar Turki dari Tel Aviv. Bahkan Turki menurunkan tingkat hubungan diplomatiknya, yang hanya setingkat sekretaris dua, dan yang mewakili kepentingan pemerintah Israel di Turki. Erdogan yang saat berada di markas Liga Arab, di Cairo, menegaskan dukungan terhadap berdirinya negara Palestina. “Sudah saatnya saudara-saudaraku bangsa Palestina memproklamirkan negara Palestina”, ujarnya di depan sidang para Menlu Liga Arab. “Sekarang sudah saatnya mengibarkan bendera Palestina di Gaza, dan bendera Palestina akan berkibar di PBB”, tambah Erdogan, yang mendapat tepukan tangan panjang dari para Menlu Liga Arab. “Mari kita kibarkan bendera Palestina di udara bebas, sebagai bentuk simbol keadilan dan perdamaian di Timur Tengah”, tandasnya. Dibagian lain, Turki yang berbatasan dengan Syria, langsung menampung puluhan ribu pengungsi, yang menjadi korban kekejaman rezim Bashar al-Assad. Perdana Menteri Turki, Erdogan juga mengirimkan Menteri Luar Negeri, Ahmed Davotuglu ke Damaskus, dan meminta rezim Assad mengakhiri kekerasan, dan segera membentuk pemerintahan transisi. Turki mengancam Bashar Al-Assad, jika tidak menghentikan kekejamannya, maka ia akan bernasib seperti kaddafi. Turki sebagai anggota Nato ikut menyelamatkan Bosnia dan Kosovo, yang diamuk oleh Serbia, yang penuh dengan kekejaman. Sekarang kawasan Balkan relatif stabil dan kaum Muslimin di kawasan Balkan itu, bisa memulai hidup baru, dan mengembangkan kehidupan mereka. Di Turki sendiri, yang sampai sekarang masih menganut sistem sekuler. Sekarang dihuni oleh ibu negara, Hayrunnisa Gul, yang menggunakan jilbab. Jilbab telah masuk istana Dolmabache. Jilbab yang diharamkan dalam sistem sekuler, kenyataannya sekarang telah ada di istana. Adakah ini sebuah perubahan besar? Bagaimanapun ini sebuah perubahan. Istri seorang presiden yang masih menganut sistem konstitusinya sekuler, sehari-hari menggunakan jilbab. Sebuah simbol Islam telah berada di istana, yang konstitusinya melarangnya. Tentu, tak kalah penting lagi Perdana Menteri Erdogan yang merupakan tokoh utama dalam perubahan di Turki, istrinya yaitu, Emine Erdogan, juga menggunakan jilbab. Emine yang nenek moyang masih keturunan Arab ini, sekarang menjadi simbol muslimah Turki, selain Hayrunnisa Abdullah Gul, yang menempati istana Dolmabache. Wanita-wanita muslimah di Turki sekarang ini, mereka mengikuti Hayrunnisa dan Emine, yang keduanya menjadi simbol bagi kebangkitan Islam di Turki. Masjid-masjid pun kembali semarak dan digunakan tempat shalat. Perjuangan muslimah di Turki masa kini sangat luar biasa, mereka menjunjung prinsip teguh untuk mengembalikan ajaran Islam, yaitu menutup aurat (al-Qur’an : An-Nur : 31). Dan Pemerintahan Erdogan berusaha keras agar hal tersebut bisa diterima, melalui perubahan undang-undang Turki yang sekuler itu ialah dibebaskannya seluruh kampus dan lembaga pemerintahan, agar wanita muslimah dapat mengenakan jilbab. Tapi, ini sebuah isu yang sangat sensitip,karena selalu mendorong militer dan partai sekuler di Turki, menolak, dan bahkan belakangan ini muncul konspirasi untuk menjatuhkan Pemerintahan Erdogan, karena dituduh melakukan Islamisasi, yang akan menghancurkan sistem sekuler, yang dibangun oleh Kemal At-Turk. Coba, bandingkan dengan Indonesia, yang berpenduduk 230 juta jiwa, 90 persen muslim, tapi jilbab belum pernah masuk dan menjadi penghuni istana. Dari zamannya Soekarno sampai SBY. Padahal, Turki secara ekplisit konstitusinya adalah sekuler. Tapi, ibu negara dan istri perdana menteri, keduanya menggunakan jilbab. Di Indonesia yang bisa masuk istana baru ‘konde’ dan ‘sanggul’. Jilbab entah kapan masuk istana dan menjadi simbol Islam politik? Wallahu ‘alam.

0 komentar: