SPI ITJ Membahas Pemahaman Wahyu Secara Komprehensif

Jumat, 03 April 2015

| | |
Bertempat di bilangan Kalibata Tengah, Jakarta Selatan, hari Kamis, 2 April 2015 #IndonesiaTanpaJIL kembali melaksanakan agenda rutin Sekolah Pemikiran Islam (SPI) untuk kelima kalinya. Hujan yang mengguyur Jakarta pada sore hari dan macet yang tak terkendali ternyata tidak menyurutkan semangat para peserta untuk menyimak materi. Dalam kesempatan kali ini tema yang dibahas adalah tentang Konsep Wahyu dan Kenabian yang dibawakan oleh Mahasiswa tingkat akhir Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Ustadz Muhammad Fadhila Azka sebagai narasumbernya.

“Wahyu tidak bisa dipisahkan antara subjek dan objeknya, ada pesan, ada penerima pesan, ada penyampai pesan, ada yang berpesan, dan ada sebab atau sejarah kenapa pesan tersebut disampaikan. Itu semua harus dipahamai secara utuh karena saling berkaitan erat untuk mendapatkan pemahaman dan makna wahyu yang sebenarnya” ujar Azka.

Selanjutnya Azka menjelaskan bahwa Wahyu yang dapat dipercaya kemurniannya adalah wahyu yang bersifat otentik,  sebagaimana Al-Qur’an benar-benar murni dari Allah, tidak ada campur tangan manusia. Al-Qur’an bukan suatu yang datang dari imajinasi atau inspirasi Rasulullah dan bukan spekulasi filosofis atau sejarah.

            Diakhir materi penggiat #IndonesiaTanpaJIL ini menekankan bahwa Wahyu adalah solusi hidup manusia. “Wahyu adalah matahari dan akal adalah mata” pungkasnya mengutip syair Imam Al-Ghazali.

Perkuliahan SPI Jakarta yang kelima ini disambut positif oleh para pesertanya. Terlihat dari antusias peserta yang memiliki banyak pertanyaan. Salah satu pertanyaan menarik “Ada orang-orang yang memahami wahyu namun bukan Nabi dan Rasul seperti halnya Waraqah bin Naufal yang melihat tanda-tanda kenabian pada diri Nabi Muhammad sewaktu kecil. Wahyu yang manakah yang mereka pahami tersebut, bukankah Injil telah diselewengkan?”. Menjawab pertanyaan tersebut Azka mengatakan bahwa adanya orang seperti Waraqah Bin Naufal mengindikasi bahwa ahlul kitab atau orang yang beriman kepada kitab setalah Allah menurunkan kitan Injil sebelum Al-Qur’an itu masih ada yang benar, mereka beriman kepada injil bukan bible. Injil berbeda dengan Bible, Bible telah diselewengkan oleh manusia karena mereka congkak menolak kebenaran wahyu.

SPI #ITJ Jakarta, perkuliahan ke V

Reportase : Rosmayani Nor Latifah

0 komentar: