Antara surah Al Qashsah dan surah Yusuf

Rabu, 26 April 2017

| | | 0 komentar
Pagi ini saya menemukan tulisan bagus dari akun facebooknya Ustadz Salim A. Fillah judulnya 

Si TAMPAN dan Si GAGAH

@salimafillah

"Surat Yusuf dibuka Allah dengan kalimat, 'Nahnu Naqushshu 'Alaika Ahsanal Qashash', Kami ceritakan padamu sebaik-baik kisah", tutur Brother Nouman Ali Khan di hadapan Syaikh Fahd Salim Al Kandary. "Dan bukankah di dalam Al Quran ada Surat Al Qashash? Maka apakah hubungan di antara keduanya?"

Ya.

Surat Yusuf mengisahkan seorang anak yang dibuang ke dalam sumur. Surat Al Qashash menceritakan seorang bayi yang dilarung ke dalam Sungai Nil.

Surat Yusuf menyebutkan sebab dibuangnya adalah bisik-bisik syaithan kepada sekelompok saudara sang bocah yang diamuk dengki. Surat Al Qashash mempersaksikan bahwa si mungil itu dibuang atas bimbingan wahyu Allah.

Surat Yusuf mengisahkan bahwa para kakak lelaki adalah sebab perpisahan dengan orangtua. Surat Al Qashash menceritakan bahwa kakak perempuan adalah sebab pertemuan kembali sang bayi dengan si ibu yang kan menyusui.

Surat Yusuf fokus menggambarkan sang Ayah; sedihnya, tangisnya, aduannya kepada Allah, bahkan sejak sang bocah mengisahkan mimpi yang dia tahu akan menyebabkan masalah jika didengar anak-anaknya yang lain. Surat Al Qashash konsentrasi melukiskan Sang Ibu; dukanya, galaunya, doanya; sejak dia melahirkan di suasana adanya Raja yang membunuh bayi-bayi, juga karena mimpi.

Di Surat Yusuf kita bertanya, "Di mana ibunya?", dan di Surat Al Qashash kita bertanya, "Di mana ayahnya?" Seakan keduanya bergabung memberi pelajaran berpasangan pada para ayah dan para ibu.

Dalam Surat Yusuf, perpisahan dengan ayah akan berlangsung bertahun-tahun lamanya. Dalam Surat Al Qashash perpisahan dengan sang ibu hanya akan terjadi beberapa saat saja.

Dalam Surat Yusuf, yang menemukan si bocah di pasar budak adalah seorang Pria Bangsawan, Al 'Aziz. Dalam Surat Al Qashash yang menemukan si bayi adalah Sang Permaisuri, Imra'atu Fir'aun.

Kedua penemu, baik di Surat Yusuf maupun Surat Al Qashash sama-sama berkata, "'Asaa an yanfa'anaa aw nattakhidzahu walada... Boleh jadi dia akan bermanfaat bagi kita, atau kita ambil saja dia sebagai anak." Yusuf menjadi manfaat dengan dijadikan budak. Musa menjadi Pangeran dengan dijadikan anak.

Kedua anak itu akhirnya tumbuh dewasa, dan keduanya diuji oleh Allah. Yusuf diuji di dalam istana tuannya, dengan ujian nafsu syahwat. Musa diuji di luar istana ayah angkatnya, dengan nafsu amarah.

Yusuf tidak bersalah dalam peristiwa yang menimpanya, sedang Musa dalam Surat Al Qashash bersalah hingga membunuh dalam kejadian yang dialaminya. Keduanya punya saksi. Saksinya Yusuf meringankannya dengan menunjuk baju yang sobek di belakang. Saksinya Musa justru menariknya untuk khilaf nyaris kedua kalinya. Tapi akhirnya Yusuf yang tak bersalah justru masuk penjara, sementara Musa yang bersalah lolos melarikan diri ke Madyan.

Kisah Yusuf bermula di luar Mesir, dan berakhir di Mesir. Kisah Musa bermula di Mesir, dan berakhir di luar Mesir.

Masyaallah. Saya tulis tadabbur menakjubkan ini dalam bahasa bebas dengan penambahan dengan pengurangan, seiring dengan kekaguman Syaikh Fahd Al Kandary yang telah menghafal Al Quran sejak usia 15 tahun.

Tabaarakarrahman, aktsarallaahu amtsalak ya Ustadz Nouman Ali Khan.

Dari kaitan kisah Si Tampan Yusuf dan Si Gagah Musa, tiadakah kita tergerak untuk kian menyimak kisah dan perumpamaan dari Kitab yang menakjubkan?

============================
sebenarnya ada bagian yang paling sering menjadi catatan penting dalam hidup saya yang terdapat dalam dua surah menakjubkan ini. sebuah bab yang sangat penting bagi kaum hawa yaitu bab "malu".

Disurah Al Qashash ada perempuan mulia nan bersifat malu karena iman di dalam dada, di surah Yusuf ada perempuan bertahta emas dan permata yang menanggung malu karena telah menjadi tawanan oleh nafsunya. [yAn]

Perempuan dalam surah Al Qashash itu ialah anak Nabi Syua'ib yang dikemudian hari menjadi istri Nabi Musa 'alaihisallam. hal ini diterangkan dalam surah Al Qashash ayat 25

Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan, ia berkata: "Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami". Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu'aib) dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya), Syu'aib berkata: "Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu". (QS : Al-Qashash ayat : 25)

Sedangkan perempuan dalam surah Yusuf adalah istri sang Al 'Aziz yang mengasuh Nabi Yusuf setalah lepas dari perbudakan. Zulaikha mempunyai ketertarikan khusus kepada Nabi Yusuf 'Alaihissallam hingga ingin melakukan perbuatan tercela itu, hal ini diterangkan dalam surah Yusuf ayat 23.

Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: “Marilah ke sini”. Yusuf berkata: “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung.

(QS: Yusuf Ayat: 23)


Saya Bahkan Lupa

Rabu, 19 April 2017

| | | 0 komentar
"Cintaaa, IG (media sosial Instagram) kamu udah kayak rumah hantu, banyak sarang laba-laba, gak pernah update"

Hahaha seorang sahabat baik mengingatkan saya kalau saya mempunyai akun media sosial Instagram. Hampir setahun belakangan ini saya memang mengurangi banyak porsi untuk waktu main dimedia sosial, rasanya lumayan damai dan segar saja ketika tidak terlalu candu dengan medsos paling hanya whatsapp karena wa lebih ke personal chat atau twitter ketika saya sedang penasaran berita apa yang sedang hangat. Dan disisi lain yang menjadi alasan paling tepatnya sinyal di tempat saya masih 3G kawan, agak malas juga menunggu putaran loading ketika membuka facebook misalnya yaah cukup memakan banyak waktu.

Baiklah, karena sahabat baik saya menyinggung nyinggung masalah IG saya rasa tak ada salahnya membuka IG sejenak. Apalah IG saya postingannya hanya 2 foto hehe.

Dan tak disangkanya di IG yang saya anggap sepi itu ternyata ada sekitar 5  tag foto dari kawan2 saya. Ada yang tentang informasi Kalimantan, beberapa pesanan design yang telah saya buat, ada yang hanya sekedar iseng foto meme, dan hey.. ada 1 tag yang menarik dari adik tingkat saya.


Setelah membaca tulisan ini saya terdiam sesaat. Rasanya terharu sekali T_T Terima Kasih kembali, Terima Kasih sudah mengingat dengan baik. saya bahkan lupa atas apa yang telah saya lakukan terhadap adik tingkat ini.

Saya jadi teringat beberapa hari yang lalu seorang kawan mengupload status di whatsapp yang berbunyi "Bahwa perempuan itu adalah pengingat yang baik" sepertinya statment itu tidak berlaku untuk saya. Saya lebih banyak lupa, lebih tepatnya saya segera melupakannya.

Berbuat baiklah yang banyak, kemudian segera lupakan. - itu pesan mamak saya sejak saya masih kecil


Pekuburan Baqi’ di Madinah : Bolehkah Perempuan Memasukinya?

Rabu, 05 April 2017

| | | 1 komentar
Dimasa Nabi wilayah pekuburan itu terletak di Timur Madinah dekat dengan tanah vulkanik waqim, bernama Baqi’ Al-Gharqad, terlihat sederhana. Fadhalah menuturkan, “Rasulullah memerintahkan kita meratakan kuburan” diriwayatkan oleh Muslim dan Ahmad. Adapun Nabi suka membuat tanda di atas kuburan berupa batu. “Tanda memang tidak mendatangkan manfaat juga mudarat. Tetapi, ia dapat menyejukkan mata yang hidup. Lagi pula, bila seorang hamba mengerjakan sesuatu, Allah senang ia menyempurnakannya” begitulah sabda Beliau.

Pada saat ini Baqi’ menempel dengan halaman Haram (Masjid Nabawi) dari arah timur, dan telah mengalami perluasan berkali-kali. Sehingga mudah sekali bagi jamaah untuk berziarah ke makam Baqi’. 

Catatan sejarah menuliskan bahwa terdapat  sekitar sepuluh ribu Sahabat Mulia, kemudian para Tabi’in, serta keluarga Rasulullah yang di makamkan disana, itulah yang yang membuat Baqi’ begitu istimewa pun mendapatkan do’a serta jaminan dari Rasulullah agar para penghuni Baqi’ dapat berkumpul bersama Beliau dan Abu Bakar serta Umar radhiyallahu ‘anhuma pada hari kiamat. 

Adapun Nabi bersabda “Akulah orang pertama yang dikeluarkan dari belahan bumi pada hari Kiamat kemudian Abu Bakar kemudian Umar kemudian aku mendatangi penghuni Baqi’ merekapun dikumpulkan bersamaku. Kemudian aku menanti penduduk Mekkah, maka aku akan dikumpulkan di antara dua Tanah Haram” dalam riwayat lain Rasulullah juga bersabda “Apakah Kamu melihat pekuburan ini yakni Baqi’, Allah akan membangkitkan darinya tujuh puluh ribu pada hari Kiamat dalam rupa bulan purnama, mereka masuk surga tanpa hisab”

Inilah kiranya yang membuat hati kaum muslimin yang mengetahui dan memahaminya condong hatinya kepada tempat ini. Demikian juga dengan ayah saya yang memiliki cita-cita dapat meninggal di Madinah dan dimakamkan di Baqi.

Pekuburan Baqi'

“Jadi ayah sudah ke Baqi?” saya bertanya kepada ayah disela makan siang kami. “Iya, sudah. Dua hari ini ba’da ashar ayah selalu ke Baqi” jawab ayah. Waah sayapun berkeinginan untuk kesana menziarahi Khalifah Utsman bin Affan yang terkenal dengan kelembutan hatinya, Sahabat Abdurrahman bin Auf sang pedagang sukses nan dermawan, Saad bin Abi Waqqash sang pemanah ulung serta ingin mengucapkan salam kepada  Ummahatul Mukminin para istri-istri Nabi nan Shalihah. “Perempuan boleh tak Yah masuk kesana?” mengingat saya pernah mendengar selentingan kabar bahwa di Arab perempuan tidak diijinkan untuk masuk ke wilayah pekuburan sayapun bertanya kembali. “Kayaknya nggak ada, tapi nanti bisa kita liat, kalau mau, ayah tunggu setelah sholat ashar di bawah payung di dekat pintu 35”. Baiklah, tak ada salahnya mencoba. Belum apa-apa hati saya sudah bergetar membayangkan bisa mengucapkan salam kepada para Sahabat mulia.

Setelah sholat ashar saya bersama kakak perempuan saya bergegas menuju pintu 35, pintu bagi jamaah laki-laki. Dan ternyata ayah sudah menunggu dibawah payung. Tak jauh dari pintu 35 kami menuju Baqi’ yang dekat dari tempat tersebut. Mendekati jalan menanjak menuju Baqi’ dua orang askar sudah berjaga disana terlihat sedang berdebat dengan ibu-ibu asal Pakistan dan Arab, saya mengenali dari pakaian mereka. Kemudian askar tersebut dengan gerakan mengusir sepertinya tidak memperbolehkan mereka untuk memasuki Baqi’. Saya pun mendekati perempuan Arab yang berabaya hitam tersebut mencoba bertanya dengan bahasa arab seadanya apakah perempuan boleh memasuki Baqi? Kamis sa’ah ila nisa’?(jam berapa untuk perempuan), dan celakanya beliau menjawab dengan menggunakan bahasa arab logat Mesir yang saya tak dapat mengerti. Maafkan saya ya ibu T.T

Masih penasaran dengan Baqi’ setelah kembali ke Masjid Nabawi saya kembali mencoba bertanya dengan orang Pakistan di samping saya, kebetulan dia terlihat terpelajar dan dapat berbahasa inggris dengan baik. Do you ever go to Baqi’? // yes, I have gone to Baqi’ ini the morning today at seven o’clock // Really? Baqi' open for ladies? // Yes. You can go to Baqi' until ten o'clock in the morning // Great. Wuah mata saya seketika langsung berbinar. Perempuan Pakistan ini sudah ke Baqi’ ternyata, baiklah saya akan coba besok pagi dan mengajak ayah untuk kembali ke Baqi’ setelah sholat shubuh. Dan keesokan harinya saya baru mengerti kawan, ternyata saya memiliki persepsi yang berbeda dengan perempuan Pakistan tersebut tentang yang kami maksud “go to Baqi”.

Setelah sholat shubuh dengan berjalan cepat saya menuju pintu 35, kali ini saya hanya seorang diri tanpa di temani kakak karena kakak sedang mendapat tugas untuk menemani jama’ah pergi ke Jabal Magnet. Kakak memang bekerja di agen travel haji dan umroh. Saya dan ayah tidak mengikuti tour ke Jabal Magnet kami lebih memilih untuk ke Baqi’. Setelah bertemu ayah segera saja kami berjalan di area menajak menuju Baqi’ ada 4 askar yang berjaga di sana dua di depan gerbang dan dua lainnya berjaga di persimpangan setelah gerbang tak ada yang aneh semua berjalan dengan normal, saya pun melihat banyak ibu-ibu Pakistan yang mengenakan pakaian pajang selutut dengan celana seragam serta tak lupa khimar panjang mereka yang membalut kepala dan menutup rambut.

Alhamdulillah ala Kulli hal. Jantung saya berdegup kencang kali ini saya merasakan begitu dekat dengan Sahabat-Sahabat Mulia yang selama ini saya hanya mengenal mereka dari buku sejarah Nabi, dari ceramah Ustadz Budi Ashari dan Khalid Basalamah. Kali ini tak terbayang rasanya saya mengunjungi mereka di tempat mulia ini Assalamu’alaikum yaa ahlil baqi’, Assalamu’alaikum yaa Ummahatul Mu’minin, Assalamu’alaika yaa dzanuraini Utsman bin Affan. , Assalamu’alaika yaa Abdurrahman bin Auf, Assalamu’alaika yaa Sa’ad bin Abi Waqqash.  Saya sampaikan salam sejahtera untuk mereka menarik kembali detail perjuangan para Sahabat Mulia, meneladani keshalihan Ummahatul Mu’minin menarik simpulan atara sejarah dan hikmah dari batu-batu tanpa nama yang berjajar rapi ini. Saya dan ayah terus berjalan hingga akhirnya kami tiba di depan papan yang tertulis dalam bahasa Arab, Inggris dan Indonesia “Sebentar yah, saya mau baca dulu” saya yang tertarik dengan papan besar itu memutuskan untuk berhenti sejenak. Ternyata papan besar itu berisi tentang Etika atau Adab ketika Berziarah ke Baqi’ diantaranya yang saya ingat diantarany ialah mengucapkan salam kepada para penghuni Baqi’ dengan do’a yang telah di ajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, mengingat kematian dan akhirat, menjauhi ratapan atas mereka yang telah meninggal, tidak boleh membacakan Al-Fatihah, surat Yassin karena Nabi tidak pernah mengajarkan hal tersebut, dilarang melakukan tindakan seperti mengambil tanahnya pekuburan, mengusap-ngusap batu Nissan, apalagi meminta kepada yang telah tiada.

Belum selesai saya membaca pengumuman tersebut tiba-tiba seorang askar mendekati saya dan ayah. Tidak terlalu jelas pada awalnya dia berbicara apa atau saya yang kurang mengerti karena masih khusyuk membaca papan etika tadi. Hingga dia berkata kepada saya maa fi nisa’? undzur yaa ukhti maa fi nisa’?. Jedeerrrrr rasanya seperti ada batu raksasa yang jatuh di belakang saya. Seketika saya menoleh ke kanan dan kiri benarkah yang disampaikan askar bahwa tidak ada perempuan di sini? Saya memahami betul perkataannya maa fi nisa’ berarti tidak ada perempuan. Lalu, apalah yang saya lihat tadi segerombolan ibu-ibu Pakistan? Astagfirullah ternyata saya salah lihat, karena hanya memperhatikan dari belakang, pada dasarnya mereka adalah segerombolan bapak-bapak Pakistan yang mengenakan selendang layaknya perempuan mereka, mungkin dikarenakan cuaca yang masih dingin jadi mereka mengenakan selendang tersebut. Dikemudian hari saya baru mengetahui bahwa pakaian mereka itu bernama Shalwar kameez dan merupakan pakian nasional negara Pakistan baik lelaki ataupun perempuan.

Memyadari sebagai satu-satunya perempuan di Baqi' pada saat itu, sayapun langsung beristighfar dan berbicara kepada askar “na'am, ana akhruju al’an” [baiklah, saya keluar sekarang]. Dengan memegang baju belakang ayah, bermaksud agar tidak diketahui bahwa saya perempuan bergegas kami keluar dari Baqi’ padahal kami sudah masuk lumayan jauh kedalamnya. Tak apalah, dalam hati kecil saya teringat selentingan kabar lama itu bahwa benar ternyata di Arab perempuan memang tidak boleh ke wilayah pekuburan. Adapun saya yang telah melangkahkan kaki hingga kesini  tak lepas jua daripada Allah yang menakdirkannya seperti itu, memberikan kesempatan kepada saya untuk menyapa Sahabat-Sahabat mulia dan para Ummahatul Mu’minin.

Papan Etika yang saya baca sewaktu di dalam Baqi'. sekarang hanya bisa menatapnya dari jeruji pagar
Lalu apa yang dimaksud dengan perempuan Pakistan yang saya tanya kemaren kalau dia berkata sudah ke Baqi’. “Ooh mungkin maksudnya dia ke Baqi’ itu dia melihat dari balik pagar yang ada di seberang sana” jawab ayah. Laah ternyata ayah juga baru ingat kalau kaum perempuan memang biasanya hanya mengunjungi Baqi’ dengan mengintip di balik pagar ya mengelilingi Baqi’. Dan akhirnya kamipun berjalan kembali menuju balik pagar dan berdo’a untuk penghuni Baqi’ disana karena sewaktu di dalam belum sempat berdo’a keburu di usir oleh askar.

“Salam sejahtera atas kamu hai penghuni tempat kaum beriman! Apa yang dijanjikan kepadamu yang masih ditangguhkan besok itu, pasti akan dating kepadamu, dan kami Insya Allah akan menyusulmu”

Kami pun segera kembali di hotel, hingga melalui pintu 25 ayah menunjukkan toko buku yang tak jauh dari situ. “Kalau masih penasaran sama Baqi’ di toko buku itu kayaknya ada buku tentang Baqi’” waah ayah memang selalu tau apa yang masih saya pikirkan setelah kejadian di Baqi’ tadi. Baiklah, mengunjungi toko buku sepertinya akan menjadi obat mujarab untuk rasa penasaran.

Nah ini dia bukunya, berisi sejarah daftar nama dan letak makam Sahabat-Sahabat Mulia yang berada di Baqi, cukup mengobati rasa penasaran saya



Toko buku itu tidak terlalu besar namun menyediakan buku-buku yang berbahasa Arab, Inggris, Urdu dan Indonesia. Juga menyediakan Al-Qur’an untuk waqaf dan kursi untuk waqaf, yah lumayan lengkaplah. Dan benar saja, saya menemukan buku yang bagus tentang Baqi’ berbahasa Indonesia dan harganya juga hanya 10 riyal. Dan hey, apa itu di rak tumpukan atasnya sebuah buku bersampul hitam hardcover dengan tulisan emas Qhasashul Anbiya karya Ibnu Katsir, waah saya yang penggemar Ibnu Katsir ini segera ingin mengambil buku itu apalagi Qhasashul Anbiya ini adalah ringkasan tentang cerita Nabi dari kitab Al-Bidayah wan Nihayah yang 22 jilid itu, namun mengingat saya dan ayah belum makan pagi sedangkan hari mulai beranjak siang dan buku itu berada di rak tumpukan atas saya putuskan untuk kembali lagi nanti ke toko buku ini dengan harapan buku itu masih tersisa untuk saya beli. Tunggu kisah selanjutnya ya kawan.

Ayah saya yang bercita-cita dapat menjadi bagian dari penghuni Baqi'

Tips Agar Tidak Ngantuk Saat I’tikaf di Masjid Nabawi

Senin, 03 April 2017

| | | 0 komentar
Adalah menjadi hal yang lumrah jika ketika beri’tikaf kita menjadi terserang rasa kantuk karena sejuknya hawa di dalam Masjid. Padahal telah diriwayatkan bahwa Rasulullah pernah mengusir sejumlah orang keluar dari masjid. “Jangan tidur di Masjidku ini,” Sabda Beliau. Nah tentunya kita tidak ingin kan membuat beliau kecewa atas adab dan tata karma kita yang kurang berkenan di Masjid beliau ini. Oleh sebab itu ada beberapa tips dari saya untuk menghilangkan rasa kantuk ketika sedang beri’tikaf.

Satu, ambilah air zam-zam di dalam botol yang sudah kita sediakan dari hotel. Pada saat mengantuk kita bisa menuang air tersebut dan mengusapkannya pada wajah kita. Dinginnya air zam-zam cukup dapat membuat rasa kantuk sirna.

Dua, gerakan mengunyah sebenarnya cukup dapat mengurangi rasa kantuk, bawa bekal kue-kue ataupun kurma dari hotel juga bisa. Energy kembali full lagi dan ibadah tambah kenceng juga InsyaAllah.

Tiga, mungkin terlalu fokus melihat ke suatu titik dan badan yang berpose sama dalam hitungan jam dapat membuat kita semakin mengantuk. Buatlah badan rileks sejenak goyang-goyangkan leher, tangan dan pinggang. Setelah itu perhatikan sekitar anda ada yang sedang khusyuk berdzikir, ada yang sedang sholat dan ada yang sedang semangat-semangatnya membaca Al-Qur’an. Nah kalau sudah melihat mereka-mereka yang semangat beribadah dijamin kantuk bakalan hilang dan kita bisa jadi semangat lagi. Apalagi jika di tambah dengan berpikir “ya ampun sudah jauh-jauh kesini masak mau tidur. Ayo semangat lagi Ibadahnya…!”


Keempat, ini sudah cara yang paling akhir kalau masih ngantuk juga. Ajak orang disampingmu untuk berbicara ringan. Yang pasti orang tersebut bukan jamaah Indonesia ya. Kurang menantang rasanya hehe. Bisa diajak dengan berbicara bahasa arab, bahasa inggris ataupun melayu kalau bisa bahasa urdu atau bahasa turki boleh juga dicoba. Pertanyaan klise  saja seperti Min aina anti? Atau dari mane mak cik ni? Sudah ke Mekkah ke? Buat saya yang bahasanya masih amatir ini cukup membangunkan fokus mata, otak, telinga dan mulut karena pada saat itu saya mencoba untuk benar-benar mencerna apa yang dibicarakan lawan bicara saya. Pernah suatu kali pada saat menunggu adzan Maghrib saya merasa ngantuk sekali dan ternyata gadis pakistan yang di samping saya juga mengantuk akhirnya saya mulai lah pembicaran basa basi untuk menghilangkan kantuk. Dan hey dia jago bahasa Inggris baiklah kita lanjut bercakap tentang studynya ternyata dia adalah mahasiswa Psikolog. Saya tau bendera pakistan warnanya hijau dan ada bulan sabit dengan bintang berwarna putihnya kan. catatan jika berbicara dengan orang luar keluarkan semuaa semuaanya yang kamu tau tentang negaranya, dia akan senang dan melihat dia tertawa itu,, duuh manis sekali melihatnya dengan hidung bangir mirip artis india itu hihihi....   kemudian saya tanya lagi dia pakistan di sebelah mananya? Dia jawab Kashmir.. ooh saya tau, itu daerah indah pegunungan seperti switzerland kan? Ada salju-salju putih diatas gunungnya ada bagian padang rumput hijau yang indah.. oooh iya benar, matanya semakin membulat ketika tau bahwa saya mengetahui tempat kediamannya. Dari mana kamu tau? Dia bertanya. Sambil tertawa saya menjawab bahwa saya mengetahuinya dari film India berjudul Bajrangi Bhaijaan ya kisah yang menarik tentang konflik negara india pakistan serta ada unsur agama juga dalam film itu terutama Islam dan hindu dan akhirnya happy ending itu menyenangkan. Dan diapun ternyata juga mengetahui film itu. Ya jelas saja itu film kan berlatar tempat kediamannya hahaha. Dan akhirnya kantuk pun hilang dengan sendirinya, tapi jurus keempat ini jangan terlalu sering digunakan ya kawan, sayang waktu kita jika kita habiskan untuk ngobrol.. huhu Maafkan hambaMu ini Yaa Allah. yang pasti kita sewaktu berniat untuk i'tikaf berdo'alah kepada Allah untuk diberikan kekuatan dan juga kemudahan serta kelancaran dalam Ibadah.

..........................................................................................................................................

Dengan memperhatikan sekeliling akan membuat semangat beribadah naik lagi, Indahnya melihat mereka belomba-lomba dalam beribadah. MASYAALLAH. TABAARAKALLAH






========================
Spoiler dari Film Bajrangi Bhaijaan : Recomended lhoh hihi







tuuh adiknya imutkan.. cantiik hehe

Gate 25 : Pintu Gerbang Utama Menuju Raudhah bagi Jamaah Perempuan

| | | 0 komentar
Adalah Raudhah lokasi yang fenomenal dan sangat bersejarah itu. Letaknya terdapat di dalam Masjid Nabawi yaitu diantara mihrab Rasul yang dulunya merupakan rumah Aisyah ra dan Mimbar Rasul, luasnya kurang lebih 144 m2 yang sekarang ditandai dengan kubah hijau, tiang menara, ornament yang khas mulai dari tiang hingga langit-langitnya dan ditambah dengan karpet hijau muda yang memiliki wangi yang khas, hingga di luar masjid pun ada yang jual minyak wangi Raudhah namanya, baunya mirip dengan yang ada pada karpet di Raudhah. Konon Raudhah ini dipercaya sebagai salah satu tempat istijabah yaitu terkabulnya do’a, hingga wajar jika berebut orang-orang untuk memasukinya. Riwayat shahih yang saya dapatkan mengenai Raudhah adalah hadits  Nabi yang berbunyi “Di antara rumahku dan mimbarku adalah sebagian taman surga” (Muttafaq, Alaih). Itulah sebabnya banyak sekali yang menginginkan untuk beribadah ataupun berdo’a di Raudhah  ini, ingin merasakan beribadah di taman surga? Siapa yang tidak penasaran dengan tempat ini bukan? Setidaknya kita bisa melihat taman surga sewaktu di dunia hehe.

Kubah hijau itulah lokasi Rhaudhah
Bagi jamaah laki-laki Raudhah dibuka setiap saat 24 jam. Sedangkan bagi jamaah perempuan ada waktu-waktu khusus untuk dapat ke Raudhah yaitu setelah sholat shubuh, setelah sholat dzuhur dan setelah sholat isya, waktunya terbatas dan haruslah mengikuti tata cara dan prosedur dari askar. Baiklah berikut saya berikan beberapa  trik untuk dapat melaju mulus menuju Raudhah karena Alhamdulillah selama 8 hari di madinah setiap hari saya ke Raudhah bahkan ada yang sehari 2 kali saya mendatangi Raudhah, dan tempat ini benar-benar membuat rindu kawan, selalu ingin kesana dan kesana lagi.

Pertama, bagi jamaah perempuan jika ingin ke Raudhah haruslah kita perhatikan fisik kita, makan yang banyak dulu di hotel sebelum ke Masjid bila tidak sempat bawalah bekal roti atau kurma karena memang diperlukan waktu yang lumayan cukup lama untuk ke Raudhah ini. Pengalaman saya jika saya ke Raudhah setelah shubuh kita akan keluar dari Raudhah pukul 09.00 pagi, jika setelah Dzuhur selesai atau pulang dari Raudhah adalah pukul 15.00 dan itu mepet dengan waktu ashar apabila kita ingin kembali ke hotel. Dan jika ke Raudhah setelah Isya, beberapa kawan saya sempat pulang dulu untuk makan malam biasanya kemudian kembali lagi ke gate 25 karena hotel kami memang dekat dengan gate 25, setelah Isya adalah waktu banyak-banyaknya jamaah membludak ingin ke Raudhah lebih banyak dari pada setelah shubuh ataupun dzuhur hingga akhirnya paling cepat kita dapat pulang pada pukul 23.00 atau paling malam pukul 01.00 dini hari. So, makan yang lahap ya guys perhatikan waktu-waktunya, apalagi kalau hari jum’at karena hari jum’at ini penduduk lokal Saudi juga membludak mereka berdatangan dari Jeddah, Makkah, Riyadh, Thaif bahkan Madinah sendiri. Kalau menurut saya waktu yang paling lapang, paling khusyuk beribadah di Raudhah adalah pada saat setelah Dzuhur karena orang-orangnya tidak sebanyak di waktu shubuh dan Isya, ya memang sih kita akan mengorbankan jatah makan siang kita di hotel. Tapi tak apalah minum air zam-zam saja buat sahabat Abu Dzar Al-Gifari sudah sangat mengenyangkan loh.

Gate 25
Kedua, perhatikan waktunya seperti yang telah saya sebutkan tadi, apakah saudari akan ke Raudhah setelah shubuh, dzuhur atau Isya’ ? kalau bisa saudari sudah persiapkan diri untuk sholat berjamaah di waktu yang saudari pilih menuju ke Raudhah dan pastikan tempatnya adalah gate 25 atau Utsman bin Affan Gate karena di shaf pintu 25 ini setelah sholat kita akan di buat kelompok-kelompok oleh askar yang akan membimbing kita menuju jalan ke Raudhah. Setelah sholat askar  akan membawa papan untuk pengelompokan grup. Kelompok ini berdasarkan suku ada Arab untuk arab adalah mereka kelompok yang berbahasa arab seperti mereka yang dari Arab Saudi sendiri, Yaman, Sudan, Nigeria, Mesir dan bangsa yang menggunakan bahasa arab lainnya. Kemudian ada juga Turkiye Grup, ini adalah kelompok untuk orang turki. Hidustan grup untuk kelompok Pakistan, Bangladesh dan India. Dan untuk kita jamaah Indonesia ada kumpulan berbahasa melayu namanya, kita tergabung dengan Malaysia, Singapura dan Brunai, kadang juga askar  menyelipkan beberapa warga negara Amerika  dalam kumpulan berbahasa melayu ini alasannya karena jamaah kita dinilai sebagai jamaah yang paling tertib dan sabar. Alhamdulillah ya. Oh iya kumpulan berbahasa melayu ini tempat berkumpulnya jika dari gate 25 maka kita akan berjalan lurus saja ke depan hingga mendekati shaf terdepan, lewatnya jalan tengah ya. Nah sebelum sampai shaf terdepan perhatikan sebelah kiri jalan, jika terdapat rak Al-Qur’an saudari bisa ambil shaf yang di belakang rak tersebut karena disitulah kumpulan berbahasa melayu akan dikelompokkan. Waah. Seharusnya ini sudah masuk trik yang ketiga ya,, hampir lupa. Baiklah.
Kumpulan berbahasa melayu kumpul disini dulu ya

Ketiga. Ambillah shaf untuk sholat berjamaah seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya di dekat kumpulan berbahasa melayu akan di kumpulkan paling aman ya di belakang rak Al-Qur’an. Karena setelah sholat askar yang membawa papan yang bertuliskan kumpulan berbahasa melayu akan berteriak-teriak “ibu sini... milayu sini...milayu sini... ibuuuu... sini sini” dan apabila ternyata dikelompok kita ada orang hindustan askar tersebut akan berteriak ”bajiii.... taraf.. taraf...” hehe saya senang sekali memperhatikan askar apabila sedang berteriak teriak.

"Ibu milayu sini"

Keempat. Ikutilah askar dengan patuh dan tertib karena memang kelompok kita biasanya diberikan kesempatan yang terakhir dengan tujuan kita bisa lebih tenang dan khusyuk beribadah di Raudhah. Jika askar berkata “ibu dhudhuk” maka duduklah kita. Jika askar berkata “ibu jalan...” maka jalan lah kita. Ikuti saja maka InsyaAllah kita akan sampai ketujuan.

yak ikuti saja askarnya sampai ke Taman Surga
Ada kawan yang pernah mencoba menyelinap ke grup Turki tak ayal beliau yang kalah postur dengan mereka terjepit diantara tubuh mereka yang besar-besar. Ada pula kawan yang sengaja menggunakan abaya hitam lengkap dengan cadar agar bisa masuk ke grup arab karena memang grup arab lah yang di dahulukan. Tapi lagi-lagi bagi saudari yang bertubuh mungil macam saya jangan sekali-sekali untuk mencobanya, biarlah kita bersabar menunggu giliran sambil membaca Al-Qur’an ataupun berdzikir pada saat menunggu itu, lebih menenangkan, hati menjadi lebih lapang dan InsyaAllah akan dipermudah Allah jalannya, Bukankah beribadah di Masjid ini menjadi berlipat ganda pahalanya, beribadah sambil menunggu tak ada salahnya bukan?. 

Alhamdulillah atas pertolongan Allah Subhanahu Wa Ta’ala kita telah sampai di Raudhah. Walaupun terhalang pembatas putih tapi kita dapat melihat sedikit bagian atasnya. Lihatlah di sebelah kiri kawan bagian atas yang berwarna hijau itu adalah Makam Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wassalam, kemudian juga berjejer di sebelahnya makam Sabahat Mulia Abu Bakar Rhadiallahu’anhu sebelahnya lagi Makam Sahabat Mulia  Umar Rhadiallahu’anhu juga terdapat Makam Bilal Rhadiallahu’anhu. Sebelah kanannya adalah Mimbar Rasul yang terdapat kisah sejarah kurma menangis itu, Assalamu’alaika yaa Rasulallah... Assalamu’alaika yaa Habiballah....


Masjid Nabawi : Kami Rindu denganmu Yaa Rasul

| | | 0 komentar
Inilah kota Nabi itu! Sebuah hamparan bumi bekas gunung merapi aktif yang kemudian padam, lalu meninggalkan dua tanah vulkanik yang subur; waqim disebelah timur dan wabrah musyarrafah disebelah barat, dilembah aqiq. Kemudian disebelah utara terdapat Gunung Uhud yang menjadi benteng pengaman bagi Madinah dan sekitarnya. Gunung itu terletak empat mil jaraknya dari jantung kota Madinah. Jika kita mendaki ke puncaknya, melalui celah-celah tempat dimana Rasulullah dan para Sahabat menyelamatkan diri pada saat terdesak olah pasukan kafir Quraisy pada saat perang uhud. Maka kita dapat tepat di jantung Kota berdirilah Masjid Nabawi.



Ada tujuh puluh delapan pintu atau gate di Masjid Nabawi. Pertama kali menjejakkan kaki ke Masjid Mulia kedua sejagat Raya ini kita akan dibuat takjub dengan payung-payung raksasa di teras masjid yang berjajar rapi, serta secara otamatis dapat membuka dan menutup sendiri disetiap pagi dan petangnya. Masih di kawasan teras masjid Nabawi tak jauh dari pintu masuk masjid akan kita jumpai bangunan kotak bertuliskan hamam atau toilet yang juga terdapat tempat wudhu disana.



Rombongan kami datang tepat pukul 09.00 waktu setempat. Setelah chek in hotel segera saja kami meluncur ke Masjid Nabawi. Tak ingin tertinggal waktu dhuha. Kebetulan Hotel kami hanya berjarak 100 meter dari gate 25 pintu Masjid Nabawi. Gate 25 ini memiliki nama lain yaitu Utsman Bin Affan Gate. Nanti akan kuceritakan padamu kawan, betapa istimewanya pintu 25 ini.


Nuansa sejuk sangat terasa saat kaki ini melangkah untuk yang pertama kalinya ke teras Masjid Nabawi. Bagaimana tidak, payung-payung besar dan rapat itu memiliki dua buah kipas angin disetiap tiangnya dan ini tentunya bukan kipas angin biasa, kipas angin ini sewaktu-waktu bisa nyiramkan air sejuk jika dirasa temperatur udara sudah mulai agak panas. Canggih ya.


Dan pada saat menaiki tangga masjid kita sudah harus bersiap untuk melepas alas kaki dan memasukkannya kedalam plastik atau kresek. Plastik berisi sendal itu bisa kita taruh di loker atau kita masukkan dalam tas kita. Di depan pintu masjid ada 2 orang wanita penjaga berpakaian serba hitam serta memakai cadar, mereka ini biasa kami sebut dengan askar. Askar bertugas untuk memeriksa tas karena apabila masuk kedalam masjid nabawi di larang membawa kamera, mainan atau botol berlebih untuk mengambil air zam-zam. Biasanya mereka akan memanggil jamaah asal Indonesia dengan sebutan “ibu..ibu.. periksa..periksa” dengan logat yang khas.

Bismillah menjejakkan kaki di Masjid Nabawi untuk pertama kalinya, jangan lupa langkahkan kaki yang kanan terlebih dahulu sambil lantunkan shalawat atas nabi. Nyyyesss... rasa sejuk itu mengalir tak hanya hawa masjidnya saja yang memang sejuk karena di setiap tiang masjid terdapat AC. Namun, entahlah rasa damai, tenang dan sejuk itu juga mengalir dalam hati ini, mungkin perasaan rindu itu sedikit terobati. Assalamu’alaika yaa Rasulallah... Assalamu’alaika yaa Habiballah....

Mau tambah sejuk lagi? Yuk kita nikmati air zam-zam yang tersedia di kiri kanan kita sekarang. Setelah melewati pintu utama kita akan disuguhi pemandangan bergentong-gentong air zam-zam di kiri kanan jalan. Biasanya para jamaah duduk sejenak untuk minum, kemudian mengisi botol yang mereka bawa sebagai perbekalan air untuk i’tikaf di dalam masjid. Karena Masjid ini luas sekali kawan. Untuk jamaah perempuannya saja mungkin ada jarak sekitar 200an meter untuk menuju shaf terdepannya.

                                                       gentong air zam-zam

Semakin memasuki ke dalam masjid hati ini semakin rindu dengan Sang Utusan. Terlihat semua orang berlomba-lomba untuk beribadah, mengagungkan sunnah Rasul untuk memakmurkan masjidnya. Disudut kiri ramai saya lihat ibu-ibu berpakaian ala-ala hindustan, maksudnya baju kurung selutut dengan belahan panjang disamping kiri dan kanannya berikut dengan celananya yang seragam, kemudian berbalut kepalanya dengan kerudung panjang berwarna-warni dengan berbagai macam motif dan corak. Itulah jamaah perempuan yang berasal dari Pakistan. Mereka biasanya terlihat sedang berdzikir menggunakan tasbih panjang mungkin sekitar 99 biji tasbih, bahkan ada yang lebih panjang lagi. Pernah suatu ketika saya masuk diantara shaf mereka pada saat i’tikaf, tak sengaja setelah shalat dzuhur karena saya tidak beranjak dari tempat shalat saya. Salah seorang dari mereka mencolek saya sambil berkata “Tasbih?” dengan raut muka bertanya serta gelengan kepala yang khas. Saya terheran, apa maksudnya ya? Apakah maksudnya beliau menanyakan mana tasbih saya? karena pada saat itu saya memang sedang berdzikir. Kemudian saya menjawab dengan menjulurkan tangan kanan dengan maksud saya berdzikir menggunakan hitungan jari saja. Ibu pakistan itu pun hanya mengangguk ragu dengan mengucapkan “Acha.....”.... hehe maafkan saya bu. Jika saya kurang mengerti maksud ibu...

Di sebelah Selatan dekat dengan rak Al-Qur’an dan rakel dibawahnya, duduk melingkar jamaah perempuan dengan berpakaian abaya hitam lengkap dengan cadarnya. Masing-masing dari mereka memegang Al-Qur’an salah seorang yang berada paling dekat dengan rak Al-Qur’an memberikan tausiyah dengan bahasa arab. MasyaAllah, Tabaarakallah andai saya ini fasih dan mengerti bahasa arab ingin rasanya nimbrung dengan majelis ilmu mereka. Tak jauh di sudut kiri tampak jamaah perempuan Indonesia yang telah duduk berjejer pada shaf dengan rapinya, mereka mengenakan mukena putih-putih dan tenggelam dalam bacaan Al-Qur’annya masing-masing.

Dan hey lihatlah di ujung Timur tampak menggerombol para jamaah perempuan asal turki, mereka kompak mengenakan abaya hitam dengan kurudung hijau tosca pun sedang asyik mendengarkan Ustadzah mereka yang sedang memberikan tausiyah dalam bahasa Turki. Pada awalnya saya sering tertukar antara jamaah Turki atau AlJazair. postur tubuh dan wajah mereka hampir sama menurut saya, besar dan putih-putih. Namun jika mereka berbicara aksennya jelas berbeda. Jamaah turki melafalkan  kalimat berbahasa arab sering terdengar seperti “Elhamdulillah, Allahu Ekbar, Febieyi Ala.....”

Inilah masjid Nabi! Siapa saja yang rindu akan Rasulullah pastilah berkeinginan kuat untuk mengunjungi tempat ini dari berbagai bangsa, berbagai suku berbagai bahasa. Bukankah kita memang diciptakan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal. Seringkali saya dapati mereka berbalas salam untuk orang yang ada disamping mereka walaupun tak saling kenal, berbagi kurma, coklat, roti ataupun gula-gula. Dan permen gula-gula dari ibu-ibu Turki itu yang paling berkesan, permen rasa jeruk bulat sebesar cilok atau pentol baso 500an kalau di Indonesia hehe lama ngabisinnya. Makasih ya bu. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala membalas kebaikan ibu. Pernah juga saya mendapatkan permen kopiko 2 bungkus dari orang arab yang ada di sebelah saya. Lah ini kan permen Indonesia hehe, mungkin ibu-ibu arab tadi dikasih banyak permen kopiko dari jamaah asal Indonesia.

 Beberapa kali saya pun mencoba melakukan pendekatan (eaaa pendekatan katanya >.< ) saya mencoba untuk  menggengam erat tangan mereka sambil tersenyum dan mengucapkan salam. Pernah suatu kali jamaah samping saya berasal dari sudan saya gengam erat tangannya saya ucapkan salam, dengan bahasa arab sebisanya saya tanyakan dari mana dia jawab dari sudan. Kemudian dia berbalas tanya dari mana saya apakah pakistan? “Laa, ana min indunisiya” saya jawab tidak, saya dari Indonesia, kemudian dia jawab Masya Allah, semoga Allah mempertemukan kita kembali di Jannahnya sambil merangkul saya dan ditambah lagi dengan do’anya yang panjang, ada yang saya mengerti, ada juga bagian yang tidak saya mengerti, intinya semuanya adalah do’a tentang kebaikan. Tak terasa air mata saya menetes saya balas rangkulannya sambil berseru “Aamiin”. Hangat rasanya inikah yang dinamakan persaudaraan atas dasar iman? Atas dasar kecintaan kita pada Allah dan RasulNya?. Semoga saja Allah benar-benar mengabulkan do’a kita di tempat yang Istijabah ini saudariku. Aamiin.


Tak terasa adzan untuk sholat Dzuhur berkumandang. MasyaAllah berdesir hati ini mendengarnya, teringat akan sabda Rasulullah “Shalat di masjidku lebih utama 1000 sholat di tempat lainnya, kecuali Masjidil Haram. Shalat di Masjidil Haram lebih utama 100.000 kali sholat di tempat lainnya”. Alhamdulillah ala kulli hal, atas kuasaMu Yaa Allah, atas ijinMu, atas TakdirMu saya bisa sholat di Masjid Nabi tecinta ini, terbayang lantunan adzan dari Sahabat Bilal bin Rabah. Terbayang saat ini saya sedang berada diantara shaf para shohabiyah, para ummahatul mukminin, istri-istri Rasul pikiran saya melesat jauh pada 1438 tahun yang lalu dan pada saat Takbiratul Ihram ALLAHU AKBAR... terbayang rasanya sedang di-Imami oleh Rasulullah. Kami rindu padamu yaa Rasulullah.... 

Selamat Datang di Kota Nabi

Minggu, 02 April 2017

| | | 0 komentar
Selamat datang. Sekarang kita berada di luar Yatsrib bersama para sahabat, menunggu kedatangan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam. Sudah beberapa hari lalu beliau meninggalkan bumi Makkah. Mestinya hari ini beliau tiba. Ini sudah hari ketiga atau  keempat kami meninggalkan rumah pagi-pagi sekali. Sebagian berdiri di loteng-loteng rumah, sebagian lagi berlindung di bawah bayang-bayang pohon kurma. Mata kami lepas ke ufuk jauh, menatap hingga perih. Tetapi, yang tampak hanyalah hamparan gurun pasir yang mendidih. Gamang hati kami, gelisah jiwa kami menantikan kedatangan Sang Rasul.
                                 
Ucapan selamat datang itu pertama kali saya dapatkan dari sebuah buku yang berjudul Ketika Nabi di Kota. Senang sekali membacanya, kita bagaikan diajak berwisata ke kota Madinah pada awal hijrahnya Nabi dan Para Sahabat, mendatangi hingga detail pelosok Madinah untuk menarik benang-benang simpulan antara sejarah dan hikmah.

    Buku Ketika Nabi di Kota doc. Pribadi

5 tahun berlalu dan kali ini saya benar-benar ditakdirkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk mengunjungi Kota yang penuh cahaya ini. Madinah Al-Munawarroh pada Jumadil Akhir 1438 H/Maret 2017 M.

Dan sekali lagi ucapan hangat itu kembali menyapa saya “Selamat Datang di Kota Nabi” kali ini yang mengucapkannya adalah pembimbing perjalanan kami atau yang sering kami sebut sebagai Mutawwif. Satu Rombongan bus akan dibimbing oleh seorang mutawwif, beruntungnya mutawwif kami ini sangat menguasai sejarah Nabi dan selalu mengajak kami turut membayangkan berbagai macam peristiwa yang telah terjadi apabila kami melewati suatu tempat bersejarah.

“Para tetamu Allah dan tetamu Rasulullah sekalian di sebelah kanan kita. Dapat kita lihat sebuah bukit batu. Itulah yang dinamakan Jabal Tsur. Nah jika kita telah melihat Jabal Tsur ini menandakan bahwa kita telah memasuki wilayah haram yaitu Kota Madinah Al-Munawarroh. Mari kita lantunkan Shalawat atas nabi kita bayangkan kita sedang menyambut Nabi tercinta pada saat beliau hijrah” demikian penjelasan Mutawwif kami, seketika kami pun satu bus melantunkan Shalawat sambil berderai air mata. Lihatlah kawan padang tandus dan bukit-bukit batu terjal itu, Rasulullah beserta Sahabat tercinta Abu Bakar mengarunginya hampir satu minggu dalam perjalanan hijrah dari Makkah ke Madinah. Sedangkan kita sekarang dapat menempuhnya hanya dalam bilangan 8 jam perjalanan itupun menggunakan bus ber-AC.  Nikmat Allah mana lagi yang kami dustakan.

Jabal Tsur tempat Nabi Muhammad SAW dan sahabat mulia Abu Bakar ra bersembunyi dari kejaran kafir Quraisy pada saat hijrah, masih ingat tidak kawan? keajaiban apa saja yang Allah SWT perlihatkan di jabal Tsur ini untuk mengecoh kafir Quraisy? hayooo ingat tak?



“Allahu Akbar.. Allahu Akbar... Telah datang Sang Utusan... Telah Datang Sang Untusan...!”

Telah terbit bulan purnama diatas kami // Thola’al Badru ‘alaina
Dari Celah bukit ke tengah-tengah kita // Min Tsaniyatil Wada’
Kita Wajib bersyukur senantiasa // Wajaba syukru ‘alaiana
Dengan Do’a kepada Allah semata // Ma da’a lillahi da’


Kami mencintaimu Duhai Rasulullah......