Kurniawan Gunadi : Hujan Matahari

Kamis, 20 Agustus 2015

| | | 0 komentar
Judul Buku          : Hujan Matahari
Penulis                 : Kurniawan Gunadi
Penerbit              : Canting Press
Tahun Terbut     : 2014
Tebal                     : 205 halaman                   
Kategori               : Kumpulan Cerita dan Prosa

Buku ini termasuk “easy reading”  yang bertema besar “Cinta” cinta kepada Yang Maha Kuasa, orang tua, saudara, anak-anak, sahabat, pasangan hidup. juga kepada seseorang yang namanya masih menjadi Rahasia besar dalam hidup. Tentang nilai-nilai kehidupan yang dianut, harapan, komitmen serta pemahaman-pemahaman baik akan kebijaksaan.

Buku ini terdiri dari 4 bab, setiap bab dilengkapi dengan Ilustrasi yang unik. Saya tidak akan bercerita panjang lebar membahas buku ini. Karena sering  munculnya quotes dari Mas Gun sang pengarang buku ini di wall-wall fb sudah menunjukkan bahwa buku ini sangat menarik terutama buat kaum muda mudi yang sedang galau gundah gulana. 



Bab I
Sebelum Hujan

“Selamat hujan-hujanan. Jangan menghindar. Hujan itu rahmat”
(Kurniawan Gunadi)




Bab II
Gerimis

“Tuhanlah yang berkuasa penuh membolak balikkan perasaan itu dalam sekejap. Cinta atau benci itu perbedaannya tipis, cukup ‘Kun Faya Kun’. Maka kamu bisa mencintai seseorang dan percayalah, Tuhan selalu memiliki alasan yang tepat mengapa melakukannya pada hatimu. Seringkali kita dipertemukan pada seseorang yang baik melalui cara-cara yang tidak kita pikirkan. Dan alasan sesederhana itu ternyata mampu mengantarkan kita pada tujuan akhir”
(Kurniawan Gunadi)
“Jika Tuhan menghendaki sebuah pertemuan, bagaimanapun caranya itu pasti terjadi, bukan?. Ada banyak cara untuk mengawali pertemuan dan Tuhan memiliki seluruh caranya”
(Kurniawan Gunadi)





Bab III
Hujan

“Bersamaku, kamu tidak perlu repot-repot berdandan berjam-jam. Toh make up-mu akan kalah oleh hujan. Kita akan hujan-hujanan. Toh nanti make-upmu akan hilang dibasuh wudhu. Sederhana saja, kan lebih enak. Mau bersamaku?”
(Kurniawan Gunadi)





Bab IV
Reda

“Kamu tahu? Kukira di perjalanan ini tidak akan ada pembicaraan. Terima kasih telah membuka pembicaraan. Aku paham. Tujuan yang sama akan mempertemukan orang-orang dalam perjalanan”

(Kurniawan Gunadi)

Zaynur Ridwan : The Khilafa

| | | 1 komentar
Judul Buku          : The Khilafa
Penulis                 : Zaynur Ridwan               
Penyunting         : Artawija (pernah ketemu sama ustadz ini sewaktu ikut Sekolah pemikiran Islam, sosok teduh, bersahaja dan berwawasan luas sekali)
Penerbit              : Salsabila
Tebal                     : 311 halaman                   
Kategori               : Novel
Genre                   : Konspirasi

Buku ini merupakan Novel ke lima Zaynur yang telah saya baca setelah emapat novel bergenre konspirasi lainnya, novel-novel tersebut antara lain ialah The Greatest Design, Novus Ordo Seclorum, Indonesia Incorporated dan The book of codes. The Khilafa ini merupakan Novel terakhir dari seri trilogi  novel bergenre konspirasi sebelumnya yaitu The Greatest Design dan Novus Ordo Seclorum. Seperti biasanya Zaynur dengan piawai mampu mengungkapkan fakta-fakta tersembunyi berdasarkan hasil riset melalui alur cerita yang membuat penasaran hingga pembaca dapat merasakan sensasi menggebu pada saat membaca lembaran demi lembaran novelnya. Seringkali penjelasan-penjelasan yang rumit memang lebih gampang dicerna otak lewat cerita yang beralur.

Tokoh-tokoh dalam novel ini yang pertama adalah Bumi pemuda cerdas dan pemberani asal Indonesia yang berdomisili di Mesir, Bumi hadir di semua seri trilogy. Dan di seri yang terakhir ini Bumi bertemu dengan seorang perempuan yang mampu menggetarkan hatinya yaitu Dokter Mayra seorang gadis asal Palestina yang mengabdikan hidupnya untuk negri tercinta, dokter Mayra telah kehilangan ibunya dan merelakan adik satu-satunya Faisal untuk menjalankan misi bom bunuh diri sebagai wujud perlawanan terhadap Israel. Selanjutnya juga ada Syaikh Naggar yang juga hadir pada Novel The Greatest Design, Syaikh Naggar diceritakan sebagai tokoh yang dekat dengan para pejuang Palestina dan sering membantu dalam misi perlawanan terhadap Israel. Aurora Bulan, adalah ibunya Bumi yang memiliki profesi sebagai professor dan peneliti di bidang sains.

Novel ini berlatar Gaza, Palestina yang merupakan tanah suci bagi tiga agama di muka bumi ini yaitu Islam, Kristen dan juga Yahudi sejak dulu kala.  Buku ini memaparkan dengan gamblang apa yang terjadi disana, bahwa konflik berdarah yang terjadi sejak tahun 1946 itu bukan hanya konflik antar dua Negara. Ini adalah pembumi hangusan umat manusia yang ditujukan pada umat Islam dan penghancuran Masjid Al-Aqsha yang merupakan kiblat kaum muslimin yang pertama. Perlahan dengan pasti masjid tersebut sedang dalam proyek penghancuran oleh Israel untuk membangun haekal Sulaeman untuk menyambut datangnya Raja Yahudi yaitu Dajjal.  

“Kita tidak boleh terjebak dengan upaya ‘devide et impera’  ini. Umat Islam tumbuh dalam satu kesatuan yang sama, berpijak pada garis yang sama di bawah kalimat tauhid yang sama, sayangnya umat yang begitu besar dalam jumlah kuantitas ini seperti ranting kering yang begitu mudah dipotong dan dipatahkan lalu pecah menjadi beberapa aliran, sekte, ajaran, mahzhab dan lain sebagainya. Upaya-upaya pemecahbelahan ini yang kemudian diperkuat oleh kelemahan umat islam sendiri dalam merapatkan shaf membuat Yahudi yang sebenarnya begitu lemah menjadi musuh yang sangat kuat. Ini bukan zamannya lagi kita dipermainkan seperti ini, umat islam harus bersatu. Tanah suci menjerit mengorbankanbegitu banyak darah dan sebentar lagi Masjid Kiblat akan dihancurkan sementara kita masih bisa tidur dan bermimpi dengan begitu indah.”
(The Khilafa : Zaynur Ridwan, pg 102)

Buku ini juga menyibak tentang peranan propaganda media yang dikuasai barat yang telah bertekuk lutut terhadap Yahudi. Televisi di Negara-negara berpenduduk mayoritas muslim seperti Indonesia telah dipenuhi oleh hiburan yang mengumbar syahwat, kontes-kontes yang hanya menilai fisik, isu terorisme, berita kejahatan yang bebas di tonton anak-anak, Isu pemanasan global (dalam Buku Indonesia Incorporated dan Novus Ordo Seclorum di jelaskan bahwa isu ini hanyalah permainan yahudi). Semua isu itu hanya untuk mengalihkan perhatian terhadap tensi pemanasan global yang sesungguhnya di Al-Quds.

“Ekalasi Perang semakin membesar dan kita tidak bisa menunggu, apalagi untuk waktu yang terlalu lama. Anda tahu bagaimnan perundingan-perundingan tingkat tinggi yang dimotori Amerika Serikat dan PBB tidak pernah membuahkan hasil. Mereka hanya membuat agenda untuk memperpanjang waktu dan mengambil kesempatan dari sana sementara anak-anak kita satu persatu mati sebelum tahu bagaimana cara memanggul senapan”
(The Khilafa : Zaynur Ridwan, pg 87)

Saya jadi membayangkan seandainya televisi di Indonesia menyiarkan satu jam saja liputan khusus apa yang terjadi di Tanah Palestina tentu akan membuat umat ini berkecamuk untuk segera melantunkan gelora jihad. Bagaimana tidak?! Saudara kita menjerit, berteriak dalam siksaan dan penindasan untuk mempertahankan Bumi Al-Aqsha sedangkan kita disini tengah terbuai terlena dengan keadaan negri yang sengaja dicarut marutkan dari sisi ekonomi, politik, sosial dan lain sebagainya.

Yang menarik ialah fakta kehidupan di bawah lorong-lorong tanah Palestina digambarkan secara mendetail oleh Zaynur. Tentang lorong-lorong pipa, terowongan bawah tanah yang sedikit diketahui bahwa tanah di Israel dan Palestina memiliki struktur yang unik karena tersusun bertingkat-tingkat. Lorong-lorong tersebut menjadi wilayah perlindungan terbaik warga Palestina dan tempat para pejuang Hamas memetakan gerakan perjuangan mereka dan menyimpan stok bom, rudal, granat, hinnya kebutuhan pokok seperti makanan dan pakaian.

“Bila ada kisah tentang orang-orang yang hidup di dalam perut bumi maka tidak ada cerita seindah Gaza”
(The Khilafa : Zaynur Ridwan, pg 188)

Novel ini endingnya “menggantung” kebanyakan novel bergenre konspirasi yang saya baca memang seperti itu, apalagi dalam trilogy ini semua endingnya masih menyimpan teka-teki. Mungkin karena menyingkap fakta-fakta tersembunyi sehingga Zaynur tak ingin berandai-andai dengan ending yang “happy” hmmmm saya rasa begitu. Namun demikian, trilogy ini tetaplah sebuah novel yang menarik dan cerdas terutama untuk anda yang menyukai hal-hal berbau konspirasi. Dan mengaduk-ngaduk isi hati tentang kenyataan bahwa yang bisa kita lakukan hanya sedikit untuk membantu saudara kita, mempertahankan Rumah Allah. Allahummansur Ikhwanal muslimin fii Filistiin.

Terakhir, Zaynur memaparkan solusi dari semua kekacauan di muka bumi pada hari ini terutama di Bumi Palestina adalah persatuan umat Islam yang harus selalu siap untuk berperan serta menyambut sebuah janji Nubuwah yaitu akan tegaknya suatu pemerintahan Islam yang dikomandoi atas satu Khalifah yaitu Fase Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah.

“Masjid itu menangis, dan kita umat Islam bahkan tidak mendengar rintihannya. Al-Aqsha memanggilmu, Nak. Hari ini juga, saat ini…Sekarang!”
(Zaynur Ridwan)






Yoyoh Yusroh : Mutiara yang Telah Tiada

Minggu, 16 Agustus 2015

| | | 1 komentar
Judul Buku        : Yoyoh Yusroh Mutiara yang Telah Tiada
Penulis             : Tim GIP
Penerbit            : Gema Insani 
Tebal                : 208 Halaman
Tahun Terbit      : 2011
Kategori            : Biografi



Buku Biografi tentang Almarhummah Ummi Yoyoh Yusroh yang merupakan wanita luar biasa dalam mendidik ke 13 anaknya, berkontribusi penuh untuk Agama dan juga Negara, seorang da'iyah,anggota DPR/MPR, pengasuh yayasan tahfidzul Al-Qur'an putri. sosok yang sangat dicintai dan juga menginspirasi sungguh merupakan teladan yang luar biasa. Allahummagfirlaha warhamha wa 'afihi wa' fu'anha

Dalam buku ini diceritakan tentang kehidupan beliau sejak kecil, masa remaja, perjuangan jilbab di masa orde baru, uniknya cerita pernikahan dengan abi, berbagai perjuangan dakwah hingga bumi palestina, juga pendidikan anak-anak hingga menjadi generasi Rabbani pecinta Al-Qur'an. dan juga akhir hayat yang beliau jemput dengan senyuman indah wujud kerinduan dengan Rabbnya.

Berikut beberapa quotes dari buku ini :

"Kematian merupakanhak penuh Allah SWT tidak bisa diduga oleh siapapun,
tak bisa di tunda sedikitpun atau dipercepat"
(Yoyoh Yusroh)

"Selalu lah menggantungkan harapan kepada Sang Pewujud Harapan"
(Yoyoh Yusroh)

Salah satu cara untuk menjaga harmonisasi hubungan ummi dan abi adalah bergandengan tangan di tempat tidur.
 Ini adalah ide Abi. Pernah Abi berkata :
 “Ummi! Kalau kita ingin langgeng sampai tua, kalau tidur harus sambil bergandengan tangan.”
"Ah Abi  Lucu. Masa tidur gandengan tangan ?" Kata Ummi malu-malu.
"Ya, itu kalau ummi mau," kata abi pura-pura pasrah.
ummi pun setuju. Malam-malam selanjutnya bahkan Ummilah yang mengingatkan Abi untuk melakukan praktik gandeng tangan Ummi akan meraih tangan abi dan berkata,"Mana kok nggak dipakai resepnya?"
(Yoyoh Yusroh)

Pendidikan harus dilakukan sedini mungkin. Sewaktu di dalam kandungan pendengaran bayi sudah dapat berfungsi. Seorang wanita yang sedang hamil hendaknya membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an.
(Yoyoh Yusroh)






Inspiring Book Quotes

| | | 0 komentar
Sebenarnya saya punya hobi lama yaitu mengumpulkan kalimat-kalimat yang saya anggap menginspirasi  (Bahasa kerennya kalau zaman sekarang adalah qoutes) dari buku-buku yang telah saya baca. Dan rasanya sangat disayangkan jika quotes itu hanya saya simpan sendiri. Oleh karena itu saya akan mencoba berbagi melalui blog ini setiap harinya. One day one book. Semoga bisa istiqomah dan Semoga bermanfaat.





Sudut Lain Bumi Pertiwi

Rabu, 12 Agustus 2015

| | | 0 komentar
Tengoklah sejenak kawan
Ini adalah kisah tentang sebuah perjuangan dan juga harapan.
Agar bumi pertiwi terbebas dari kerusakan
Oleh mereka yang mengaku Memajukan peradaban
Namun tujuan utamanya adalah uang
Tidak adakah keinginan untuk selaras dengan alam?

Atau mungkin mereka sudah tak takut lagi dengan azab Tuhan.

Tengoklah sejenak saja kawan
Ini tentang sebuah kenyataan
Makna akan sejengkal tanah kelahiran
Yang tengah diperebutkan..[yAn]

-----------------------------------------
Terimakasih kepada Tim Ekspedisi Indonesia Biru
Yang telah membuka cakrawala
Tentang sudut lain Bumi Pertiwi ini









Pesona Pelaihari : Pantai Takisung

Selasa, 04 Agustus 2015

| | | 0 komentar
Hari ketiga dibulan Syawal yang lalu saya kedatangan tamu dari Banjarmasin seorang kawan ketika menempuh pendidikan sarjana di ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) Surabaya dulu, tepatnya dia adalah adik junior saya di kampus walaupun berbeda jurusan tetapi kami sering bertemu dalam beberapa event kampus. Sebenarnya sayalah yang mengundangnya untuk berkunjung kerumah saya mengingat kawan tersebut tak bisa pulang ke Kampung halamannya di Kota Kediri Jawa Timur akibat dari Bandara yang di tutup sebab Erupsi Gunung Raung beberapa saat yang lalu.

“Nenek bagaimana jalan ke rumahmu? Aku di km 4,5 jl. A. Yani Banjarmasin” tanyanya melalui chatting whatsapp. Abaikan tentang panggilan “nenek” entah saya lupa telah punya julukan apa saja sewaktu kuliah dulu.  Kembali dengan jalan A. Yani sangat familiar di provinsi Kalimantan Selatan. Bagaimana tidak jalan ini adalah jalan terpanjang di Kalimantan Selatan merupakan jalan lurus melintang sepanjang lebih dari 400 km dengan nama yang sama yaitu A.Yani mulai dari ujung selatan Kalimantan Selatan yaitu Kota Pelaihari hingga melewati Banjarbaru, Banjarmasin, hingga Tanjung dan perbatasan Kalimantan Timur. Jadi kalau mencari alamat di Kalimantan Selatan jika keterangannya hanya Jl. A.Yani saja tanpa ada petunjuk km (kilo meternya) bisa-bisa kesasar dengan menyusuri jalan yang memiliki panjang lebih dari 400 km ini. Walau pun jalannya lurus saja bukan berarti datar karena Kalimantan Selatan merupakan Kawasan yang di lintasi pegunungan yang dinamai Pegunungan Meratus, karena ada ratusan Gunung jalannya sudah pasti naik turun.

“Oke dari km 4,5 Jl. Ayani lurus ada pertigaan belok kiri nanti ada pertigaan Liang anggang belok kiri lagi udah lurus aja sampai ada bank kalsel itu sudah Pelaihari nanti saya jemput” Yah, jalanan di Kalimantan memang lurus-lurus saja tak banyak cabang tak banyak belokan. Sama seperti saya yang berhati lurus ini (XD). Dari km 4,5 Jl. A. Yani Banjarmasin menuju Kota Pelaihari harus ditempuh dengan perjalanan maksimal 2 jam, jarak tempuh sekitar 60 km.

Benar saja pukul 10.00 kawan tadi telah sampai di depan Bank Kalsel. Dari rumah saya lumayan dekat sekitar 3 km. “nenek, aku menikmati perjalanannya pemandangan hijau di sisi kiri dan kanan dengan jalan lurus naik turun kayak di Malang kalau lewat jalur Ngantang tapi ini gak berkelok curam, lurruuss aja” ceritanya rizka histeris (oh. Iya kawan saya bernama Rizka). Okeh, masih semangat lanjut berpetualang! Kebetulan sekali karena hari ini ayah telah berjanji untuk mengajak jalan-jalan kepada adik, kakak, keponakan serta anak tetangga di tambah saya dan juga Rizka (dan kesemuanya adalah perempuan kecuali ayah saya hoho).

Pertama kami ke pantai Takisung, Pantai terdekat dari kota Pelaihari yang hanya berjarak 22 km, ini adalah Pantai yang terdapat di pucuk paling Selatan Provinsi Kalimantan Selatan (Kalau liat di Peta dari kecil yang saya bayangkan ketika melihat Peta Provinsi Kalimantan Selatan itu seperti pantat ayam yang telah matang di goreng, ah mungkin imajinasi saya saja yang berlebihan). Pantai Takisung adalah pantai berpasir merah dan memiliki tebing tinggi dengan tangga berundak untuk bisa melihat pantai dari atas dengan angin laut jawa yang kencang luar biasa. Di pantai bisa menyewa payung besar yang telah tertancap di pasir untuk duduk-duduk sambil memakan bekal. Payung disewa dengan harga 15.000 rupiah. 

awan di Kalimantan itu berasa dekat dan sering beriringan

Ada banyak wisata Pantai lainnya dengan petunjuk arah yang sangat jelas dari Kota Pelaihari, antara lain Pantai Batu Lima, Pantai Batu Dewa, Pantai Batakan, Pantai Swarangan, Pantai Pegatan dsb. satu hari tak cukup rasanya berkeliling semua pantai di Pelaihari.

Selanjutnya kami pergi ke Taman Labirin. Nantikan tulisan berikutnya tentang Taman Labirin, Masih di Pesona Pelaihari =D

untuk dapat memfoto dengan view seperti ini saya  memanjat menara pantau setinggi 4 meter dengan tangga kayu yang tegak lurus 90 derajat fufufu




Pesona Pelaihari Kabupaten Tanah Laut : MT. Bajuin & Goa Marmer

Senin, 03 Agustus 2015

| | | 0 komentar
Tanah Laut adalah salah satu Kabupat3n di Kalimantan Selatan yang memiliki kontur unik, dimulai dari pegunungan, perbukitan hingga pantai terdapat di Kabupaten ini. Itulah sebabnya kenapa Kabupaten ini disebut dengan Kabupaten Tanah Laut, karena terdapat Tanah dan juga Laut. Tanah terhampar dengan view pegunungan, perbukitan, kota desa, lahan pertanian, perkebunan karet dsb. Terdapat laut yang berada di bagian Selatan Kalimantan Selatan berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Pada umumnya penamaan Kabupaten di Kalimantan Selatan kalau saya cermati menunjukkan ciri khas topografi di daerah tersebut seperti Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kab. Hulu Sungai Selatan, Kab. Hulu Sungai Tengah adalah daerah-daerah yang di lewati oleh sungai besar.

Kabupaten Tanah Laut merupakan salah satu dari 8 Kabupaten yang termasuk kawasan Pegunungan Meratus. Kawasan pegunungan meratus tersebut melintang panjang mulai dari selatan hingga utara Kalimanyan Selatan. Salah satu wisata gunung yang merupakan bagian dari kawasan pegunungan meratus di Kabupaten Tanah Laut adalah Gunung Bajuin dimana terdapat Air Terjun Bajuin dan Goa Marmer. Sebenarnya ada beberapa perbukitan yang juga menjadi tempat wisata namun hanya Gunung Bajuin inilah yang menurut saya "pantas" mendapat julukan gunung karena selain lebih tinggi dari pada yang lainnya, juga kondisi alamnya yang lebat dengan pepohonan dan bebatuan besar. Selainnya menurut saya lebih cocok jika disebut perbukitan karena tingginya yang masih berbilang ratusan meter saja diatas permukaan laut, jiga kondisi alamnya yang berupa hamparan padang ilalang, atau sabana walaupun penduduk lokal juga menamainya dengan gunung (Gunung keramaian, gunung raja, gunung khayangan , gunung tembak, gunung rimpi). Terakhir kali saya kesana sewaktu kelas 3 Madrasah Tsanawiyah bersama ayah. Berjarak sekitar 10 km dari Kota Pelaihari kurang lebih 2,5 jam perjalanan melalui jalan beraspal hingga Desa Sungai Bakar terdapat persimpangan dan jalan berganti dengan tanah. Menuju tempat parkir dan membayar karcis (pada masa itu karcisnya 2000 rupiah). Saya dan ayah mulai melakukan trekking menuju air terjun Bajuin. Telah ada jalan berundak dari bebatuan yang memudahkan pengunjung di mulai dari tempat parkir hingga setengah perjalanan menuju air terjun.  Selanjutnya jalan telah berganti dengan jalan setapak. Pemandangan samping kiri dan kanan adalah pepohonan akasia yang lebat, pisang pohon lebat lain yang tidak saya kenali serta bebatuan yang besar-besar banyak pula monyet-monyet yang bergelantungan, kicauan burung parkit dan sesekali terlihat burung elang yang terbang menukik.

Setengah jam perjalanan telah terdengar gemuruh suara air terjun. Langkahpun semakin di percepat jalan menanjak di tapaki dengan penuh semangat. Ternyata tidak sulit untuk mencintai tanah kelahiran, bukan hanya karena saya lahir dan besar di tanah Borneo ini. Namun, karena setiap saya keluar rumah sungguh banyak kecantikan alam yang tersembunyi, kini terbentang di depan mata Air Terjun Bajuin. Ternyata disana juga telah banyak orang-orang yang menikmati keindahan dan kesegaran air terjun. Saya dan ayah berjalan perlahan menuju sisi kanan tebing, kami ingin melihat  the fall water from the top. Tiba-tiba saja ayah yang berjalan di depan terperanjat kaget karena dari arah pepohonan di samping kanan mendesis ular hijau dengan bentuk kepala seperti sendok yang sedang menganga lebar. Dalam bahasa lokal ular jenis ini biasa disebut dengan ular sendok atau ular pucuk. Saya dan ayah sudah tidak asing dengan ular di rumah kami sering kedatangan ular di dapur, pohon jambu, di rumpun serai bahkan di bawah meja belajar kakak ular satu bulan berganti kulit tidak ketahuan hanya ada kulitnya saja yang tertinggal ketika kakak membersihkan kamarnya. Seketika ayah segera mengambil ranting kayu dan menghalau-halau ular tersebut hingga pergi.
Dikawasan ini terdapat 4 buah air terjun dengan ketinggian yang berbeda. Air terjun yang terdekat yang baru saja saya kunjungi tadi memiliki ketinggian sekitar 25 meter, yang kedua sekitar 17 meter, yang ke 3 (37 meter) dan yang keempat (18 meter).

Salah satu dari 4 Air Terjun Bajuin


Tidak jauh dari lokasi air terjun terdapat wisata Goa Marmer. Dengan perjalanan sekitar 30 menit. Goa ini memiliki batu yang berukuran besar dan mengkilap berwarna pucat seperti marmer yaitu putih, kuning dan krem. Gelap menuju ke dalam Goa dan terlihat mata-mata menyilaukan dari kelelawar yang bergentungan di atas Goa. Yang di sayangkan adalah telah banyak terdapat lubang bekas galian di sana sini, sepertinya warga sekitar mengambil batu-batu tersebut untuk di jual.

Batu ini seakan melayang 

Matahari mulai meninggi karena kami berangkat di pagi hari. Akhirnya kami pun menyudahi wisata ke Gunung Bajuin, padahal ingin sekali ke puncaknya melihat Kota Pelaihari dari puncak Gunung Bajuin Tentu menyenangkan yah walaupun Gunung ini hanya memiliki ketinggian mungkin di bawah 2000 mdpl (tidak ada keterangan yang pasti tingginya berapa) mungkin lain kali akan ke Gunung Bajuin lagi untuk melihat puncaknya. karena dari setiap penjuru Kota Pelaihari dari arah manapun dapat melihat Puncak Gunung Bajuin. Setiba di parkiran ayah menanyakan kepada warga berapa waktu yang dibutuhkan jika ingin melakukan pendakian ke puncak gunung, bukannya menjawab pertanyaan ayah orang yang di tanya malah bergidik ngeri sambil berkata “wah saya aja gak berani pak ke puncaknya kemarin wagra sini di serang beruang di daerah dekat puncak sampai robek-robek badannya”.

Itu adalah pengalaman pertama kali mendaki gunung bersama ayah 9 tahun yang lalu. Ah mendaki sejak saat itu menjadi candu selalu menyenangkan terucap nikmat dan syukur saat memandang tak jemu akan tanda-tanda kebesaranNya