Sebuah Rasa Berbalut Sejuta Rindu

Jumat, 07 November 2014

| | |
Siang itu selepas diskusi 1 jam yang aku ikuti dengan teman-teman seperjuangan IBD 2 dan Pak Mulyono selaku mentorship kita selama 3 bulan ini, Dengan berjalan kecil sambil kulihat hp di genggaman tangan dan satu pikiran yang menghantui dari kemarin “ingin telpon orang rumah” sudah 2 minggu tak mendengar suara-suara riang orang-orang di rumah. Baru saja mencari nomer kontak “aya” yang merupakan singkatan dari aa’ lia satu-satunya kakakku yang cantik itu.

Tiba-tiba.

“tes… tes…tes…bressss….”

Hujan…… jemurankuuuuuu…….

Bergegas lari ke arah mess putri dan menaiki tangga hingga loteng lantai 3 menyelamatkan jemuran. 2 minggu ini Bogor sudah memasuki musim penghujan, setiap hari hujan. Alhamdulillah, Allahumma shioban naafi'an. namanya juga Bogor kota hujan sebuah Kota di sebelah barat pulau Jawa yang memiliki curah hujan tinggi. 



Seusai tragedi penyelamatan jemuran kuraih lagi hp yang telah menemani 14 bulan perjalanan hidupku ini. Wuiii ada satu miscall dari “aya”

Ternyata kita memiliki satu rasa yang sama. Sebuah rasa berbalut sejuta rindu. Tepat 8 tahun sudah aku  merantau meninggalkan ayah, mamak dan sanak saudara. Berharap ini adalah perjalanan terakhir di tanah perantauan dan akan pulang ke kampung halaman pada suatu saat nanti untuk mengabdikan dari. Iya, nanti. Pada saat aku benar-benar telah siap dengan berbagai macam ilmu yang telah ku dapat untuk mejadi pribadi bermanfaat, berkarya, dan menebar kebaikan sebagai bentuk bakti kepada Yang Maha Kuasa dan kedua orang tua. Sebelum kewajiban berbakti dan taat kepada kedua orang tua berpindah kepada orang lain yang entah siapa. Semoga diberikan yang terbaik olehNya. 

“Assalamu’alaykum.. haloo”
“Wa’alaykum salam. Sibuk kah yan?”
“nggk, hujan tiba-tiba jadi angkat jemuran dulu”
“ooh. Disini juga hujan, barusan aja..”
Suara di ujung sana “itu siapa mak? A’ni kah” (yaya keponakanku umur 3 tahun)
                                  “iya a’ni. Sini gendong nini” (ah. Ini suara mamakku)
                                  “ini lemari taruh dimana?” (ini suara ayahku)
…………………………………………………………………………………………………………………………………
Sebuah Rasa Berbalut Sejuta Rindu
Sesungguhnya Engkau tahu, Bahwa hati ini telah berpadu, Berhimpun dalam naungan cintaMu, Bertemu dalam ketaatan, Bersatu dalam perjuangan, Menegakkan syariat dalam kehidupan, Maka, Kuatkanlah ikatannya, Kekalkanlah cintanya, Tunjukilah jalan-jalannya, Terangilah dengan cahayamu, yang tiada pernah padam, Ya Rabbi bimbinglah kami, Lapangkanlah dada kami, dengan karunia iman, dan indahnya tawakal padaMu, hidupkan dengan ma’rifatMu, matikan dalam syahid di jalan Mu, Engkaulah pelindung dan pembela.

0 komentar: