Selamat datang.
Sekarang kita berada di luar
Yatsrib bersama para sahabat, menunggu kedatangan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wassalam. Sudah beberapa hari lalu beliau meninggalkan bumi Makkah. Mestinya
hari ini beliau tiba. Ini sudah hari ketiga atau keempat kami meninggalkan rumah pagi-pagi
sekali. Sebagian berdiri di loteng-loteng rumah, sebagian lagi berlindung di
bawah bayang-bayang pohon kurma. Mata kami lepas ke ufuk jauh, menatap hingga perih. Tetapi, yang tampak hanyalah
hamparan gurun pasir yang mendidih. Gamang hati kami, gelisah jiwa kami
menantikan kedatangan Sang Rasul.
Ucapan selamat
datang itu pertama kali saya dapatkan dari sebuah buku yang berjudul Ketika
Nabi di Kota. Senang sekali membacanya, kita bagaikan diajak berwisata ke kota Madinah pada awal hijrahnya
Nabi dan Para Sahabat, mendatangi hingga detail pelosok Madinah untuk menarik
benang-benang simpulan antara sejarah dan hikmah.
5 tahun berlalu
dan kali ini saya benar-benar ditakdirkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk
mengunjungi Kota yang penuh cahaya ini. Madinah Al-Munawarroh pada Jumadil
Akhir 1438 H/Maret 2017 M.
Dan sekali lagi
ucapan hangat itu kembali menyapa
saya “Selamat Datang di Kota Nabi” kali ini yang mengucapkannya adalah pembimbing perjalanan kami atau yang
sering kami sebut sebagai Mutawwif. Satu Rombongan bus akan dibimbing
oleh seorang mutawwif, beruntungnya mutawwif kami ini sangat menguasai sejarah
Nabi dan selalu mengajak kami turut membayangkan berbagai macam peristiwa yang
telah terjadi apabila kami melewati suatu tempat bersejarah.
“Para tetamu Allah dan tetamu Rasulullah
sekalian di sebelah kanan kita. Dapat kita lihat sebuah bukit batu. Itulah yang
dinamakan Jabal Tsur. Nah jika kita telah melihat Jabal Tsur ini menandakan bahwa
kita telah memasuki wilayah haram yaitu Kota Madinah Al-Munawarroh. Mari kita
lantunkan Shalawat atas nabi kita bayangkan kita
sedang menyambut Nabi tercinta pada saat beliau hijrah” demikian penjelasan Mutawwif
kami, seketika kami pun satu bus
melantunkan Shalawat sambil berderai air mata. Lihatlah kawan padang
tandus dan bukit-bukit batu terjal itu, Rasulullah beserta Sahabat tercinta Abu
Bakar mengarunginya hampir satu minggu dalam perjalanan hijrah dari Makkah ke
Madinah. Sedangkan kita sekarang dapat menempuhnya hanya dalam bilangan 8 jam
perjalanan itupun menggunakan bus ber-AC. Nikmat Allah mana lagi yang kami dustakan.
“Allahu Akbar.. Allahu Akbar... Telah datang Sang
Utusan... Telah Datang Sang Untusan...!”
Telah terbit bulan purnama diatas kami //
Thola’al Badru ‘alaina
Dari Celah bukit ke tengah-tengah kita //
Min Tsaniyatil Wada’
Kita Wajib bersyukur senantiasa // Wajaba
syukru ‘alaiana
Dengan Do’a kepada Allah semata // Ma da’a
lillahi da’
Kami mencintaimu Duhai Rasulullah......
0 komentar:
Posting Komentar