Inilah kota Nabi itu! Sebuah hamparan bumi bekas
gunung merapi aktif yang kemudian padam, lalu meninggalkan dua tanah vulkanik
yang subur; waqim disebelah timur dan wabrah musyarrafah
disebelah barat, dilembah aqiq. Kemudian disebelah utara terdapat Gunung
Uhud yang menjadi benteng pengaman bagi Madinah dan sekitarnya. Gunung itu
terletak empat mil jaraknya dari jantung kota Madinah. Jika kita mendaki ke
puncaknya, melalui celah-celah tempat dimana Rasulullah dan para Sahabat
menyelamatkan diri pada saat terdesak olah pasukan kafir Quraisy pada saat
perang uhud. Maka kita dapat tepat di jantung Kota
berdirilah Masjid Nabawi.
Ada tujuh puluh delapan pintu atau gate di
Masjid Nabawi. Pertama kali menjejakkan kaki ke Masjid Mulia kedua sejagat Raya
ini kita akan dibuat takjub dengan payung-payung raksasa di teras masjid yang
berjajar rapi, serta secara otamatis dapat membuka dan menutup sendiri disetiap
pagi dan petangnya. Masih di kawasan teras masjid Nabawi tak jauh dari pintu
masuk masjid akan kita jumpai bangunan kotak bertuliskan hamam atau
toilet yang juga terdapat tempat wudhu disana.
Rombongan kami datang tepat pukul 09.00 waktu
setempat. Setelah chek in hotel segera saja kami meluncur ke Masjid
Nabawi. Tak ingin tertinggal waktu dhuha. Kebetulan Hotel kami hanya
berjarak 100 meter dari gate 25 pintu Masjid Nabawi. Gate 25 ini
memiliki nama lain yaitu Utsman Bin Affan Gate. Nanti akan kuceritakan padamu
kawan, betapa istimewanya pintu 25 ini.
Nuansa sejuk sangat terasa saat kaki ini melangkah
untuk yang pertama kalinya ke teras Masjid Nabawi. Bagaimana tidak,
payung-payung besar dan rapat itu memiliki dua buah kipas angin disetiap
tiangnya dan ini tentunya bukan kipas angin biasa, kipas angin ini
sewaktu-waktu bisa nyiramkan air sejuk jika dirasa temperatur udara sudah mulai
agak panas. Canggih ya.
Dan pada saat menaiki tangga masjid kita sudah
harus bersiap untuk melepas alas kaki dan memasukkannya kedalam plastik atau
kresek. Plastik berisi sendal itu bisa kita taruh di loker atau kita masukkan
dalam tas kita. Di depan pintu masjid ada 2 orang wanita penjaga berpakaian
serba hitam serta memakai cadar, mereka ini biasa kami sebut dengan askar.
Askar bertugas untuk memeriksa tas karena apabila masuk kedalam masjid
nabawi di larang membawa kamera, mainan atau botol berlebih untuk mengambil air
zam-zam. Biasanya mereka akan memanggil jamaah asal Indonesia dengan sebutan “ibu..ibu..
periksa..periksa” dengan logat yang khas.
Bismillah menjejakkan kaki di Masjid Nabawi untuk
pertama kalinya, jangan lupa langkahkan kaki yang kanan terlebih dahulu sambil
lantunkan shalawat atas nabi. Nyyyesss... rasa sejuk itu mengalir tak
hanya hawa masjidnya saja yang memang sejuk karena di setiap tiang masjid
terdapat AC. Namun, entahlah rasa damai, tenang dan sejuk itu juga mengalir
dalam hati ini, mungkin perasaan rindu itu sedikit terobati. Assalamu’alaika
yaa Rasulallah... Assalamu’alaika yaa Habiballah....
Mau tambah sejuk lagi? Yuk kita nikmati air zam-zam yang tersedia di kiri kanan kita sekarang. Setelah melewati pintu utama kita akan disuguhi pemandangan bergentong-gentong air zam-zam di kiri kanan jalan. Biasanya para jamaah duduk sejenak untuk minum, kemudian mengisi botol yang mereka bawa sebagai perbekalan air untuk i’tikaf di dalam masjid. Karena Masjid ini luas sekali kawan. Untuk jamaah perempuannya saja mungkin ada jarak sekitar 200an meter untuk menuju shaf terdepannya.
Semakin memasuki ke dalam masjid hati ini semakin
rindu dengan Sang Utusan. Terlihat semua orang berlomba-lomba untuk beribadah,
mengagungkan sunnah Rasul untuk memakmurkan masjidnya. Disudut kiri ramai saya
lihat ibu-ibu berpakaian ala-ala hindustan, maksudnya baju kurung selutut
dengan belahan panjang disamping kiri dan kanannya berikut dengan celananya
yang seragam, kemudian berbalut kepalanya dengan kerudung panjang
berwarna-warni dengan berbagai macam motif dan corak. Itulah jamaah perempuan
yang berasal dari Pakistan. Mereka biasanya terlihat sedang berdzikir
menggunakan tasbih panjang mungkin sekitar 99 biji tasbih, bahkan ada yang
lebih panjang lagi. Pernah suatu ketika saya masuk diantara shaf mereka pada
saat i’tikaf, tak sengaja setelah shalat dzuhur karena saya tidak beranjak dari
tempat shalat saya. Salah seorang dari mereka mencolek saya sambil berkata “Tasbih?”
dengan raut muka bertanya serta gelengan kepala yang khas. Saya terheran, apa
maksudnya ya? Apakah maksudnya beliau menanyakan mana tasbih saya? karena pada
saat itu saya memang sedang berdzikir. Kemudian saya menjawab dengan menjulurkan
tangan kanan dengan maksud saya berdzikir menggunakan hitungan jari saja. Ibu
pakistan itu pun hanya mengangguk ragu dengan mengucapkan “Acha.....”.... hehe
maafkan saya bu. Jika saya kurang mengerti maksud ibu...
Di sebelah Selatan dekat dengan rak Al-Qur’an dan
rakel dibawahnya, duduk melingkar jamaah perempuan dengan berpakaian abaya
hitam lengkap dengan cadarnya. Masing-masing dari mereka memegang Al-Qur’an
salah seorang yang berada paling dekat dengan rak Al-Qur’an memberikan tausiyah
dengan bahasa arab. MasyaAllah, Tabaarakallah andai saya ini fasih dan mengerti
bahasa arab ingin rasanya nimbrung dengan majelis ilmu mereka. Tak jauh di
sudut kiri tampak jamaah perempuan Indonesia yang telah duduk berjejer pada shaf dengan rapinya, mereka
mengenakan mukena putih-putih dan tenggelam dalam bacaan Al-Qur’annya
masing-masing.
Dan hey lihatlah di ujung Timur tampak
menggerombol para jamaah perempuan asal turki, mereka kompak mengenakan abaya
hitam dengan kurudung hijau tosca pun sedang asyik mendengarkan Ustadzah mereka
yang sedang memberikan tausiyah dalam bahasa Turki. Pada awalnya saya sering
tertukar antara jamaah Turki atau AlJazair. postur tubuh dan wajah mereka hampir
sama menurut saya, besar dan putih-putih. Namun jika mereka
berbicara aksennya jelas berbeda. Jamaah turki melafalkan kalimat berbahasa arab sering terdengar
seperti “Elhamdulillah, Allahu Ekbar, Febieyi Ala.....”
Inilah masjid Nabi! Siapa saja yang rindu akan
Rasulullah pastilah berkeinginan kuat untuk mengunjungi tempat ini dari
berbagai bangsa, berbagai suku berbagai bahasa. Bukankah kita memang diciptakan
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal. Seringkali saya dapati
mereka berbalas salam untuk orang yang ada disamping mereka walaupun tak saling
kenal, berbagi kurma, coklat, roti ataupun gula-gula. Dan permen gula-gula dari
ibu-ibu Turki itu yang paling
berkesan, permen rasa jeruk bulat sebesar cilok atau pentol baso 500an kalau di
Indonesia hehe lama ngabisinnya. Makasih ya bu. Semoga Allah Subhanahu
Wa Ta’ala membalas kebaikan ibu. Pernah juga saya mendapatkan permen kopiko 2
bungkus dari orang arab yang ada di sebelah saya. Lah ini kan permen Indonesia
hehe, mungkin ibu-ibu arab tadi dikasih banyak permen kopiko dari jamaah asal
Indonesia.
Beberapa
kali saya pun mencoba melakukan pendekatan (eaaa pendekatan katanya >.< )
saya mencoba untuk menggengam erat
tangan mereka sambil tersenyum dan mengucapkan salam. Pernah suatu kali jamaah
samping saya berasal dari sudan saya gengam erat tangannya saya ucapkan salam,
dengan bahasa arab sebisanya saya tanyakan dari mana dia jawab dari sudan.
Kemudian dia berbalas tanya dari mana saya apakah pakistan? “Laa, ana min
indunisiya” saya jawab tidak, saya dari Indonesia, kemudian dia jawab Masya
Allah, semoga Allah mempertemukan kita kembali di Jannahnya sambil merangkul
saya dan ditambah lagi dengan do’anya yang panjang, ada yang saya mengerti, ada
juga bagian yang tidak saya mengerti, intinya semuanya adalah do’a tentang
kebaikan. Tak terasa air mata saya menetes saya balas rangkulannya sambil
berseru “Aamiin”. Hangat rasanya inikah yang dinamakan persaudaraan atas
dasar iman? Atas dasar kecintaan kita pada Allah dan RasulNya?. Semoga saja
Allah benar-benar mengabulkan do’a kita di tempat yang Istijabah ini
saudariku. Aamiin.
Tak terasa adzan untuk sholat Dzuhur berkumandang.
MasyaAllah berdesir hati ini mendengarnya, teringat akan sabda Rasulullah “Shalat
di masjidku lebih utama 1000 sholat di tempat lainnya, kecuali Masjidil Haram.
Shalat di Masjidil Haram lebih utama 100.000 kali sholat di tempat lainnya”.
Alhamdulillah ala kulli hal, atas kuasaMu Yaa Allah, atas ijinMu, atas TakdirMu
saya bisa sholat di Masjid Nabi tecinta ini, terbayang lantunan adzan dari
Sahabat Bilal bin Rabah. Terbayang saat ini saya sedang berada diantara shaf
para shohabiyah, para ummahatul mukminin, istri-istri Rasul pikiran saya
melesat jauh pada 1438 tahun yang lalu dan pada saat Takbiratul Ihram ALLAHU
AKBAR... terbayang rasanya sedang di-Imami oleh Rasulullah. Kami rindu padamu
yaa Rasulullah....
0 komentar:
Posting Komentar