Oleh : Rosmayani Nor Latifah
Pada dasarnya keyakinan seseorang berawal dari
bagaimana dia mengenal konsep Tuhan yang dia yakini. Karena segala aspek
kehidupan seseorang seperti halnya pandangan hidup, tujuan hidup dan cara-cara
pencapaiannya tersebut sangat dipengaruhi oleh keyakinan akan konsep ketuhanan.
Para pemeluk Agama seyogyanya memiliki keyakinan
bahwa Tuhanlah yang mengatur dan paling berpengaruh terhadap apa yang telah
terjadi terhadap dirinya dan alam semesta di dunia ini. Sedangkan yang tidak
mengakui adanya Tuhan atau atheis pada dasarnya mereka sangatlah mencintai
Tuhan. Karena mereka secara lisan berkata tidak percaya dengan Tuhan, namun
pikiran mereka selalu memikirkan Tuhan.
Tuhan dalam Perhelatan peradaban Barat memang problematic.
Sejak awal era modern, Francis Bacon (1561-1626) menggambarkan mindset manusia Barat begini : Theology is known by faith but philosophy
should depend only upon reason. Maknanya, teologi di Barat tidak masuk akal
dan berfilsafat tidak bisa melibatkan keimanan pada Tuhan. [1]
Pengalaman Barat yang traumatis dengan hegemoni
gereja dalam urusan doktrin ilmu pengetahuan dan inkuisisi telah mengakibatkan
ilmu pengetahuan melesat jauh melalui epistimologi sekulernya tanpa adanya
pegangan Wahyu. Sehingga wajar saja jika aktifitas ilmu yang dihasilkan
merupakan buah dari perenungan, spekulasi dan kajian filosofis semata yang
sewaktu-waktu bisa berubah dengan mudahnya.
Syed Muhammad Naquib al-Attas mengatakan,
Westernisasi ilmu yang bersumber kepada akal dan panca-indera belaka telah
melahirkan berbagai macam faham pemikiran seperti rasionalisme, empirisme,
skeptisisme, relatifisme, ateisme, agnostisme, humanisme, sekularisme,
eksistensialisme, materialisme, sosialisme, kapitalisme dan liberalisme.
Westernisasi ilmu bukan saja telah menceraikan hubungan antara alam dan Tuhan,
namun juga telah melenyapkan Wahyu sebagai sebagai sumber ilmu.[2]
Islam mengajarkan cara mengenal Tuhan melalui tiga
aspek, yaitu panca indera, akal dan wahyu. Ketiga aspek inilah yang tidak
dimiliki oleh keyakinan yang lain, karena sebagian besar keyakinan hanya
memiliki paradigm berdasarkan spekulasi yang berubah-ubah. Sedangkan Islam
lebih unggul karena memiliki wahyu Tuhan yang masih murni terjaga keasliannya.
Pada konsep
“sains Islam” mengadopsi tiga sumber ilmu, yaitu (1) panca indra (al-hawasul khamsu), (2) akal dan (3) khabar
shadiq (true report), sebagaimana
disebutkan dalam pembukaan Kitab al-Aqaid an-Nasafiyah. Sains Islam
melihat fenomena alam sebagai ayat-ayat Allah, yang harus dijadikan sebagai
petunjuk untuk “menemukan” Allah SWT. Alam juga harus diperlakukan sesuai
dengan ketentuan Allah, bukan untuk dieksploitasi dengan semena-mena, sesuai
dengan keinginan manusia semata. Al-Quran menyebut manusia yang gagal menemukan
Allah melalui ayat-ayat-Nya di alam semesta dan dalam diri manusia (ayat kauniyah), adalah laksana binatang
ternak (kal-an’am), bahkan lebih sesat
dari binatang ternak (QS al-A’raf:179).[3]
Panca indera dan akal seyogyanya digunakan untuk
membuktikan kebenaran Allah dengan memikirkan dan mengamati segala kejadian
alam semesta, sedangkan Wahyu sebagai penuntun untuk mengerti sifat dan dzat
Allah. Islam memiliki jati diri Tuhan yang jelas, memiliki nama dan sifat-sifat
yang jelas. Tak perlu penjelasan panjang lebar dan berbelit-belit, penjelasan
tentang Tuhan dalam Islam tergambar gamblang dalam Al-Qur’an pada surah Al-Ikhlas.
Katakanlah, "Dia-lah Allâh, Yang Maha Esa.
Allâh adalah Rabb yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, Dia tiada beranak
dan tidak pula diperanakkan,dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
[1] Hamid
Fahmy Zarkasyi, Misykat, Refleksi tentang Islam, Westernisasi dan
Liberalisasi, Jakarta: INSISTS, Cet. I, 2012, hlm. 17
[2]
Kholili Hasib, “Prinsip Epistemologi
Sebagai Asas Islamisasi Ilmu Pengetahuan” 29 November 2103 http://inpasonline.com/new/prinsip-epistemologi-sebagai-asas-islamisasi-ilmu-pengetahuan/
[ONLINE], HTML, 26 Maret 2015
[3] Dr. Adian
Husaini, “Sains Islam: Sarana
Membentuk Manusia Beriman, Bertakwa, dan Berakhlak Mulia” 12 Mei 2014 http://inpasonline.com/new/sains-islam-sarana-membentuk-manusia-beriman-bertakwa-dan-berakhlak-mulia/
[ONLINE], HTML, 26 Maret 2015
0 komentar:
Posting Komentar