Tanah Laut adalah salah satu Kabupat3n di Kalimantan Selatan yang memiliki kontur unik, dimulai dari
pegunungan, perbukitan hingga pantai terdapat di Kabupaten ini. Itulah sebabnya kenapa Kabupaten
ini disebut dengan Kabupaten Tanah Laut, karena terdapat Tanah dan juga Laut. Tanah terhampar dengan view pegunungan, perbukitan, kota desa, lahan pertanian, perkebunan karet dsb. Terdapat laut yang berada di bagian Selatan Kalimantan Selatan berbatasan
langsung dengan Laut Jawa. Pada
umumnya penamaan Kabupaten di Kalimantan Selatan kalau saya cermati menunjukkan ciri
khas topografi di daerah tersebut seperti Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kab.
Hulu Sungai Selatan, Kab. Hulu Sungai Tengah adalah daerah-daerah yang di
lewati oleh sungai besar.
Kabupaten Tanah Laut
merupakan salah satu dari 8 Kabupaten yang termasuk kawasan Pegunungan Meratus. Kawasan pegunungan meratus tersebut melintang panjang mulai dari selatan hingga utara Kalimanyan Selatan. Salah satu wisata gunung yang merupakan bagian dari kawasan pegunungan meratus di Kabupaten Tanah Laut adalah Gunung Bajuin dimana terdapat Air
Terjun Bajuin dan Goa Marmer. Sebenarnya ada beberapa perbukitan yang juga menjadi tempat wisata namun hanya Gunung Bajuin inilah yang menurut saya "pantas" mendapat julukan gunung karena selain lebih tinggi dari pada yang lainnya, juga kondisi alamnya yang lebat dengan pepohonan dan bebatuan besar. Selainnya menurut saya lebih cocok jika disebut perbukitan karena tingginya yang masih berbilang ratusan meter saja diatas permukaan laut, jiga kondisi alamnya yang berupa hamparan padang ilalang, atau sabana walaupun penduduk lokal juga menamainya dengan gunung (Gunung keramaian, gunung raja, gunung khayangan , gunung tembak, gunung rimpi). Terakhir kali saya kesana sewaktu kelas 3 Madrasah Tsanawiyah bersama ayah. Berjarak sekitar 10 km dari Kota Pelaihari kurang lebih 2,5 jam
perjalanan melalui jalan beraspal hingga Desa Sungai Bakar terdapat
persimpangan dan jalan berganti dengan tanah. Menuju tempat parkir dan membayar
karcis (pada masa itu karcisnya 2000 rupiah). Saya dan ayah mulai melakukan trekking
menuju air terjun Bajuin. Telah ada jalan berundak dari bebatuan yang
memudahkan pengunjung di mulai dari tempat parkir hingga setengah perjalanan
menuju air terjun. Selanjutnya jalan
telah berganti dengan jalan setapak. Pemandangan samping kiri dan kanan adalah
pepohonan akasia yang lebat, pisang pohon lebat lain yang tidak saya kenali serta bebatuan yang besar-besar banyak pula monyet-monyet
yang bergelantungan, kicauan burung parkit dan sesekali terlihat burung elang
yang terbang menukik.
Setengah jam perjalanan telah terdengar gemuruh suara air
terjun. Langkahpun semakin di percepat jalan menanjak di tapaki dengan penuh
semangat. Ternyata tidak sulit untuk mencintai tanah kelahiran, bukan hanya
karena saya lahir dan besar di tanah Borneo ini. Namun, karena setiap saya
keluar rumah sungguh banyak kecantikan alam yang tersembunyi, kini terbentang
di depan mata Air Terjun Bajuin. Ternyata disana juga telah banyak orang-orang
yang menikmati keindahan dan kesegaran air terjun. Saya dan ayah berjalan
perlahan menuju sisi kanan tebing, kami ingin melihat the fall water from the top. Tiba-tiba saja
ayah yang berjalan di depan terperanjat kaget karena dari arah pepohonan di
samping kanan mendesis ular hijau dengan bentuk kepala seperti sendok yang
sedang menganga lebar. Dalam bahasa lokal ular jenis ini biasa disebut dengan
ular sendok atau ular pucuk. Saya dan ayah sudah tidak asing dengan ular di
rumah kami sering kedatangan ular di dapur, pohon jambu, di rumpun serai bahkan
di bawah meja belajar kakak ular satu bulan berganti kulit tidak ketahuan hanya
ada kulitnya saja yang tertinggal ketika kakak membersihkan kamarnya. Seketika ayah
segera mengambil ranting kayu dan menghalau-halau ular tersebut hingga pergi.
Dikawasan ini terdapat 4 buah air terjun dengan ketinggian
yang berbeda. Air terjun yang terdekat yang baru saja saya kunjungi tadi
memiliki ketinggian sekitar 25 meter, yang kedua sekitar 17 meter, yang ke 3
(37 meter) dan yang keempat (18 meter).
Salah satu dari 4 Air Terjun Bajuin
Tidak jauh dari lokasi air terjun terdapat wisata Goa
Marmer. Dengan perjalanan sekitar 30 menit. Goa ini memiliki batu yang
berukuran besar dan mengkilap berwarna pucat seperti marmer yaitu putih, kuning
dan krem. Gelap menuju ke dalam Goa dan terlihat mata-mata menyilaukan dari
kelelawar yang bergentungan di atas Goa. Yang di sayangkan adalah telah banyak
terdapat lubang bekas galian di sana sini, sepertinya warga sekitar mengambil
batu-batu tersebut untuk di jual.
Batu ini seakan melayang
Matahari mulai meninggi karena kami berangkat di pagi hari. Akhirnya
kami pun menyudahi wisata ke Gunung Bajuin, padahal ingin sekali ke puncaknya
melihat Kota Pelaihari dari puncak Gunung Bajuin Tentu menyenangkan yah
walaupun Gunung ini hanya memiliki ketinggian mungkin di bawah 2000 mdpl (tidak
ada keterangan yang pasti tingginya berapa) mungkin lain kali akan ke Gunung
Bajuin lagi untuk melihat puncaknya. karena dari setiap penjuru Kota Pelaihari dari arah manapun dapat melihat Puncak Gunung Bajuin. Setiba di parkiran ayah menanyakan kepada
warga berapa waktu yang dibutuhkan jika ingin melakukan pendakian ke puncak
gunung, bukannya menjawab pertanyaan ayah orang yang di tanya malah bergidik
ngeri sambil berkata “wah saya aja gak berani pak ke puncaknya kemarin wagra
sini di serang beruang di daerah dekat puncak sampai robek-robek badannya”.
Itu adalah pengalaman pertama kali mendaki gunung bersama
ayah 9 tahun yang lalu. Ah mendaki sejak saat itu menjadi candu selalu menyenangkan terucap nikmat dan syukur saat memandang tak jemu akan tanda-tanda kebesaranNya
0 komentar:
Posting Komentar