Penghujung tahun 2015 masehi. Seperti biasa. Setiap bulannya kusisihkan penghasilan serabutan untuk membeli buku ataupun kaset penambah ilmu pengetahuan. Seringkali ku beli secara online ataupun menitipkan kepada teman yang sedang bepergian ke kota besar.
Awal desember kudapatkan sms dari akademi siroh yang menginformasikan bahwa kaset cd siroh dalam Al -Qur'an sudah ready. Tak perlu berpikir panjang segera ku balas sms tersebut untuk transaksi pembelian. Dan beberapa hari kemudian paket berisi kaset siroh dalam Al Qur'an pun telah sampai di genggaman tangan :D Alhamdulillah.
"Al Qur'anul karim lebih dari sepertiganya adalah kisah dan itu adalah kisah sejarah yang terjadi jauh sebelum Nabi Muhammad dilahirkan.apa hikmah besar di balik itu semua? Sepertiga itulah yang membentuk Rasul dan para sahabat menjadi umat yang terbaik" (ust. Budi Ashari, Lc)
Dan berselang beberapa hari kemudian. Pak pos kembali mengantarkan paket berupa buku yang telah ku pesan.
Jadi, bulan ini ceritanya sedang bersemangat melahap tentang kisah, siroh dan sejarah :D semoga dapat mengambil pembelajaran yang bermakna dari kaset dan buku tersebut untuk kehidupan yang lebih baik lagi . :)
obrolan di siang hari
Siang hari yang terik, saat matahari tengah menunjukkan kegarangannya menyinari bumi. Ku kebut kuda besi kesayangan tuk segera pulang kerumah setelah hampir setengah hari berwira wiri ria di seputaran kota untuk berbagai keperluan hari ini.
Setiba di rumah sperti biasa ayah telah berbaring di karpet tempat kami sekeluarga biasa berkumpul. Terlihat peluh dan lelahnya, namun seketika kulihat semburat senyum lembut ketika aku mengucapkan salam. Dan tak lama kemudian salam berbalas sambil diiringi dengan pertanyaan.
" Dari mana yan?"
"Hehe habis kesana kemari, lalu terakhir ke bank ngisi tabungan buat umroh"
" oh iya? Sdah terisi brpa banyak?"
"Sekian yah"
"Wah Alhamdulillah. Itu semua dari orderan souvenir?"
"Iya. Alhamdulillah. Kalau orderan banyak kayak gini terus nanti bisa ikut paket ramadhan di tanah suci yah" (wajah sumringah)
"Kamu mau bermuhrim sama siapa yan?"
" ya... Sama ayah lah!"
"Hahahahaa aamiin semoga ada rizkiNya buat kesana lagi"
.......
Aku sedang berusaha yah.. semoga diijinkan olehNya :)
Setiba di rumah sperti biasa ayah telah berbaring di karpet tempat kami sekeluarga biasa berkumpul. Terlihat peluh dan lelahnya, namun seketika kulihat semburat senyum lembut ketika aku mengucapkan salam. Dan tak lama kemudian salam berbalas sambil diiringi dengan pertanyaan.
" Dari mana yan?"
"Hehe habis kesana kemari, lalu terakhir ke bank ngisi tabungan buat umroh"
" oh iya? Sdah terisi brpa banyak?"
"Sekian yah"
"Wah Alhamdulillah. Itu semua dari orderan souvenir?"
"Iya. Alhamdulillah. Kalau orderan banyak kayak gini terus nanti bisa ikut paket ramadhan di tanah suci yah" (wajah sumringah)
"Kamu mau bermuhrim sama siapa yan?"
" ya... Sama ayah lah!"
"Hahahahaa aamiin semoga ada rizkiNya buat kesana lagi"
.......
Aku sedang berusaha yah.. semoga diijinkan olehNya :)
sapaan di kala senja
# haaaiii
* iya ada apa?
# menyapa.. hihihi..
* hhaaa memang sudah berapa lama kita tak bertegur sapa (bertemu)?
# terakhir di kosku oktober 2013 sebelum kamu balik ke kalimantan
* ooh iya yang kamu maksa minta dibelikan chesee cake hha, eeeh sebentar tadi sore aku coret-coret
"send image"
#waah sama tadi aku juga liat senja.. sebentar ku tambah kata2
"send image"
Hamka : Dari Lembah Cita-Cita
Judul Buku : Dari Lembah Cita-Cita
Penulis : HAMKA
Penerbit : Bulan Bintang
Tahun Terbut : 1946
Tebal : 64 halaman
Pemuda.....! Tepat sekali perkataan Rasulullah SAW.: "Pemuda itu adalah satu bahagian dari gila" Dengan kegilaannya itu dia mengadakan yang belum ada, dipahatnya batu, dibelahnya gunung ; dan Rasulullah sendiri di dalam seruannya yang suci dan luhur senantiasa dikatakan oleh orang-orang tua pada masa itu bahwa ia gila
------------------
Hanya harus diingat, ada jauh perbedaan antara cita-cita dan angan-angan. Cita adalah buah pandangan yang timbul sesudah melihat barang yang nyata, walaupun bagaimna sukarnya untuk manfaat bagi diri dan masyarakat, sedang angan-angan yang di dalam bahasa Arab di sebut khayal, ialah mimpi di waktu bangun, laksana pungguk merindukan bulan.
Kurniawan Gunadi : Lautan Langit
Judul Buku : Lautan Langit
Penulis : Kurniawan Gunadi
Penerbit : CV IDS
Tahun Terbut : September 2015
Tebal : 203 halaman
Kategori : Kumpulan Cerita dan Prosa
Merupakan buku ke dua dari Kurniawan Gunadi setelah Hujan Matahari, covernya begitu syahdu begitu pertama kali melihat sudah terbayang akan dalamnya lautan dan langit yang tak dapat diukur. dan tak dapat bersatu, namun garis batas antara keduanya sungguh indah bukti akan betapa sempurna maha karyaNya.
Berbeda dengan Hujan Matahari yang memiliki 4 bab, Lautan Langit hanya memiliki 3 bab. Masih berupa kumpulan cerita dan prosa khas seperti Hujan Matahari dan dilengkapi dengan ilustrasi yang unik. Biar nggak penasaran langsung saja kita tengok beberapa cerita dan quote favorit saya di setiap babnya. :D
BAB I
Pagi
Ditengah Hujan Ibukota
Merupakan buku ke dua dari Kurniawan Gunadi setelah Hujan Matahari, covernya begitu syahdu begitu pertama kali melihat sudah terbayang akan dalamnya lautan dan langit yang tak dapat diukur. dan tak dapat bersatu, namun garis batas antara keduanya sungguh indah bukti akan betapa sempurna maha karyaNya.
Berbeda dengan Hujan Matahari yang memiliki 4 bab, Lautan Langit hanya memiliki 3 bab. Masih berupa kumpulan cerita dan prosa khas seperti Hujan Matahari dan dilengkapi dengan ilustrasi yang unik. Biar nggak penasaran langsung saja kita tengok beberapa cerita dan quote favorit saya di setiap babnya. :D
BAB I
Pagi
Ditengah Hujan Ibukota
Barangkali, aku adalah laki-laki yang paling bersyukur sebab hujan beberapa hari ini di ibukota. Hujan yang kata pemerintah setempat membuat genangan di jalan, hanya genangan. Padahal genangannya lebih dari setengah meter. Itu sudah seperti kolam lele.
Syukur ini mungkin bertentangan dengan banyak orang yang mengeluh karena banjir. Hari ini aku melihat hikmah lain dibalik hujan yang banyak dikutuk orang ini. Istriku tadi pagi iseng sekali, dia mengirimkan pesan melalui SMS padahal kami serumah.
“Aku senang kamu tidak harus pergi bekerja beberapa hari ini, biasanya kita berkumpul hanya di akhir pekan. Itu pun kamu sudah sibuk mengistirahatkan badan. Biasanya kamu pergi pagi pulang larut malam, hari ini aku bahagia karena kamu di rumah seharian. Seperti kemarin, bisa bercengkerama dengan anak tanpa beban kerjaan. Terima kasih. Juga terima kasih karena hujan ini menahanmu di rumah”
Aku tersenyum sekaligus menyadari bertapa berharganya waktu bersama keluarga. Aku bekerja, siang malam di ibukota ini untuk memenuhi kebutuhan materi keluarga ini. Ditengah biaya hidup yang semakin meningkat, harga kebutuhan pokok yang naik padahal harga BBM turun. Aku harus bekerja ekstra untuk menjaga kestabilan perekonomian keluarga ini. Untuk istriku yang cantik dan anak perempuanku yang masih kecil.
Aku membalas pesan itu dengan emote saja:
“:)”
Hari ini, di tengah genangan air yang mulai masuk ke lantai pertama rumah kami. Kami duduk di balkon lantai dua. Menikmati dunia yang sunyi, dunia yang langka di tengah riuhnya ibu kota. Tanpa listrik dan menjauhkan handphone, kami berdua berbicara lebih banyak dari hari-hari biasanya.
Tentang banyak hal yang lupa kami bicarakan diakhir pekan, tentang rencana menjadi wirausaha yang tertelan rutinitas dan ketakutan pada ketidakmapanan.
Hujan ini memberiku kesempatan untuk menjadi ayah yang baik, membersamai puteriku siang malam, melihat bagaimana dia jam 8 pagi hingga 5 sore setiap senin sampai jumat yang tak pernah kusaksikan. Betapa lucunya ia.
Aku berpikir untuk membesarkannya tidak di sini, tidak di ibukota.
“Bagaimana kalau kita pindah kota?”
“Kamu serius, bagaimana dengan pekerjaanmu?”
“Kalian lebih berharga daripada pekerjaan ini, kalian harus tinggal ditempat yang aman dan tenteram. Kita hijrah”
“Kemana pun, asal aku ikut”
Aku tidak pernah memiliki pembicaraan hangat seperti ini beberapa tahun terakhir setelah berkeluarga dan sibuk bekerja. Hari ini aku bersyukur karena hujan benar-benar menurunkan rahmat untuk orang-orang yang bersyukur.
BAB II
Siang
Ujian Kesempatan
Tidak semua kesempatan datang untuk diambil, ada kalanya dan mungkin sering jika kesempatan itu datang sebagai ujian. Ujian untuk keteguhan hati kita pada sesuatu yang lebih pertama kita putuskan, lebih pertama kita pilih.
Kesempatan itu ujian yang mungkin paling tidak kita sadari, kesempatan-kesempatan ‘emas’ yang datang, yang membuat kita menjadi ragu pada pilihan kita sebelumnya. Kesempatan yang membuat kita berpikir ulang tentang pilihan-pilihan kita sendiri. Menggoyang prioritas kita, menyelisih hati kita.
Seandainya semua kesempatan itu kita ambil, mungkin kita akan menjadi orang yang terus terombang ambing. Kita akan belajar tentang keteguhan hati dari setiap kesempatan yang datang.
Tidak semua kesempatan yang datang itu harus diambil. Hati-hatilah mengenali kesempatan, karena bisa jadi itu adalah ujian.
BAB III
Sore
Hidupmu adalah sebuah alasan
Dia merencanakan sesuatu pada kita saat kita diciptakan. Ada alasan mengapa kita diciptakan, ada alasan mengapa kita harus ada. Ada sesuatu yang ingin Dia lakukan melalui tangan kecil kita ini, melalui akal ini, melalui hati kita ini.
:')
Selalu suka dengan kata-kata ini :
Cinta itu indah. Kerena ia bekerja dalam ruang kehidupan yang luas. Dan inti pekerjaannya adalah memberi. Memberi apa saja yang diperlukan oleh orang-orang yang kita cintai untuk tumbuh menjadi lebih dan berbahagia karenanya.
Para pencinta sejati hanya mengenal satu pekerjaan besar dalam hidup mereka: memberi. Terus menerus memberi. Dan selamanya begitu. Menerima? Mungkin atau bisa jadi pasti! Tapi itu efek. Hanya efek. Efek dari apa yang mereka berikan. Seperti cermin kebajikan yang memantulkan kebajikan yang sama. Sebab, adalah hakikat di alam selalu mengajak saudara-saudara kebajikan yang lain untuk dilakukan juga.
Itu juga yang membedakan para pencinta sejati dengan para pencinta palsu. Kalau kamu mencintai seseorang dengan tulus, ukuran ketulusan dan kesejatian cintamu adalah apa yang kamu beikan padanya untuk membuat kehidupannya menjadi lebih baik. Maka kamu adalah air. Maka kamu adalah matahari. Ia tumbuh dan berkembang dari siraman airmu. Ia besar dan berbuah dari sinar cahayamu.
Para pencinta sejati tidak suka berjanji. Tapi begitu mereka memutuskan mencintai seseorang, mereka segera membuat rencana memberi. Setelah itu mereka bekerja dalam diam dan sunyi untuk mewujudkan rencana-rencana mereka. Setiap satu rencana memberi terealisasi, setiap itu satu bibit cinta muncul bersemi dalam hati orang yang dicintai. Janji menerbitkan harapan. Tapi pemberian melahirkan kepercayaan.
Cinta itu indah. Kerena ia bekerja dalam ruang kehidupan yang luas. Dan inti pekerjaannya adalah memberi. Memberi apa saja yang diperlukan oleh orang-orang yang kita cintai untuk tumbuh menjadi lebih dan berbahagia karenanya.
Para pencinta sejati hanya mengenal satu pekerjaan besar dalam hidup mereka: memberi. Terus menerus memberi. Dan selamanya begitu. Menerima? Mungkin atau bisa jadi pasti! Tapi itu efek. Hanya efek. Efek dari apa yang mereka berikan. Seperti cermin kebajikan yang memantulkan kebajikan yang sama. Sebab, adalah hakikat di alam selalu mengajak saudara-saudara kebajikan yang lain untuk dilakukan juga.
Itu juga yang membedakan para pencinta sejati dengan para pencinta palsu. Kalau kamu mencintai seseorang dengan tulus, ukuran ketulusan dan kesejatian cintamu adalah apa yang kamu beikan padanya untuk membuat kehidupannya menjadi lebih baik. Maka kamu adalah air. Maka kamu adalah matahari. Ia tumbuh dan berkembang dari siraman airmu. Ia besar dan berbuah dari sinar cahayamu.
Para pencinta sejati tidak suka berjanji. Tapi begitu mereka memutuskan mencintai seseorang, mereka segera membuat rencana memberi. Setelah itu mereka bekerja dalam diam dan sunyi untuk mewujudkan rencana-rencana mereka. Setiap satu rencana memberi terealisasi, setiap itu satu bibit cinta muncul bersemi dalam hati orang yang dicintai. Janji menerbitkan harapan. Tapi pemberian melahirkan kepercayaan.
(Al Ustadz Anis Matta)
Terima kasih kepada teman-teman yang telah berbagi cinta untuk adik -adik disini. Mengajarkan makna memberi dan kebaikan. Semoga Allah membalas kebaikan kalian.
Satu kardus buku dari cepu. Beberapa paket buku dari surabaya, balikpapan dan mojokerto. Alat-alat mewarnai dari bekasi. Sungguh saya tidak bisa membalas kebaikan semua. Semoga Allah menjadikan apa yang telah kalian perbuat menjadi pemberat amal di akhirat kelak :')
Cerita Sobat Cakrawala
“kak, hari ahad ini kita bikin prakarya apalagi?” Seorang gadis
kecil bertanya padaku sembari mengerjakan pr matematika. Aku berpikir sejenak,
mau meneruskan celengan ayam yang kemarin sepertinya tidak memungkinkan karena
sudah sekitar 4 hari ini 4 anggota sobat cakrawala sakit. Sayang kalau tidak
diteruskan bersama-sama prakaryanya feel nya kurang dapet.
“hmm.. gini aja kita nanti sepeda santai sambil menjenguk
teman-teman yang sakit” seruku setelah berpikir cepat mengambil keputusan. Segera
saja disusul teriakan “horeee!! Ahad sepeda santai” oleh para sobat cakrawala.
Oh iya. Aku menamai mereka sobat cakrawala, sekumpulan anak
yang duduk dibangku kelas 5 SD yang merupakan pengunjung setia Rumah Baca
Cakrawala. Biasanya mereka minta diajari matematika, mengaji Iqro ataupun
surah-surah pendek, kadang juga meminjam buku, membaca ataupun mewarnai.
“kak, aku gak punya sepeda” celetuk salah seorang anak.
“ya. Nanti bisa kakak pinjamkan sepeda keponakan kakak. Jangan
lupa bawa air minum masing-masing ya”
“siap kak!”
……………………………………………………….
Hari yang ditunggupun tiba, pukul 09.00 tidak kurang dari 10
sobat cakrawala telah berkumpul di rumah baca. Padahal aku menjadwalkan pukul
09.30 untuk berkumpul haha bersemangat sekali mereka. Segera kukeluarkan
sepedaku yang telah berumur 11 tahun. Setelah persiapan pompa memompa ban
sepeda kemudian disusul dengan membaca do’a Bismillahittawakaltu ‘alallah laa
haula wala quwata illabillah kami pun melaju diantara bebatuan menuju rumah
Nurul yang kabarnya terserang sakit demam sudah 5 hari lamanya. Selanjutnya disusul
menuju rumah Mahlida, Mahmudah dan Halimatus.
Hai sobat cakrawala, kakak hanya ingin agar kalian mengerti
dan mengamalkan bahwa mengunjungi orang sakit adalah salah satu kewajiban
seorang muslim atas saudaranya.
…………………………………………………
Setelah mengunjungi serta mendo’akan teman-teman yang sakit
kamipun duduk di bawah pohon besar untuk sekedar melepas penat dan menuntaskan
dahaga. “kak, kita ke taman Minta Tirta yuuuk” sahut Mujid. “iya, boleh”
sahutku riang. Segera saja tanpa dikomando mereka langsung menaiki sepeda
menuju Taman Mina Tirta, yaitu sebuah tempat rekreasi berupa waduk buatan di
pulau kami.
…………………………………………….
“Mampir Hutan Kota dulu ya!” seruku mengomando arah
perjalanan. Menuju kawasan mina tirta sebelumnya haruslah melewati daerah hutan
kota. Sayang kalau dilewatkan kebetulan akupun sudah lama tak kesana. Sesampai di
Hutan Kota ternyata tak seperti yang kubayangkan tempat itu seperti tidak
terurus. Sangkar burung raksasa penghuninya hanya ada sepasang burung dara
saja. Dan pohon-pohon yang dulu lebat hanya tinggal sedikit dan bisa dihitung
jari. Ternyata sudah banyak yang berubah dari Kota ini setelah kutinggalkan
sekian lama.
…………………………………………………….
Selanjutnya ke tempat rekreasi Mina Tirta dan keadaannya
sebelah dua belas dengan kawasan hutan kota. Tidak terurus. Sepeda air mangkrak
di ujung dermaga, sepertinya tidak dapat digunakan lagi. Dan waduk buatan
banyak sampah yang terserak. Akhirnya bersama sobat cakrawala kami punguti
sampah tersebut. Sedikit berbuat dari pada tidak sama sekali untuk lingkungan
yang lestari.
...................................................................
Berikut foto-foto seadanya dari sobat cakrawala, seadaya karena kakak tukang fotonya ngos-ngosan udah lama gak sepedaan hhhee
capek kakak... di tuntun saja ya sepeda nya.
ayo kumpulkan sampah..
masukkan sampah ke dalam karung
lalu, buang sampah pada tempatnya. beres deh. pekerjaan yang mudah sebenarnya :D
Inilah kami sobat cakrawala. ayo semua teriak cakrawalaaaaa! XD
Aksi Rumah Baca
belum genap dua minggu keluarga kami menyulap perpustakaan keluarga ini menjadi semacam taman baca masyarakat.
bertempat di Jl. Ambawang RT 015 RW 001 Kelurahan Sarang Halang, Kecamatan Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan ruangan berukuran 8 x 5 m itu kini telah berjejer rapi koleksi buku-buku yang memang rutin dikirim keluarga di Jawa sejak saya kecil, hal tersebut didasari karena di kota saya tidak ada toko buku yang lengkap. jangankan semacam togamas ataupun gramedia, kios yang menjual buku bisa hitung dengan jari, mungkin hanya sekitar 2-3 toko saja itupun hanya terbatas buku pelajaran.
dilatarbelakangi dengan semangat berbagi dan dukungan dari keluarga besar tak kurang dari 12 kardus buku kembali dipaketkan dari Depok pada bulan juli yang lalu untuk menambah koleksi perpustakaan kami.
tetangga samping rumah yang berprofesi sebagai tukang kayu juga turut ambil bagian bersama ayah membuat rak-rak buku. dan beberapa hari kemudian tetangga tersebut kembali membuatkan kaki / sandaran papan tulis. Alhamdulillah, Semoga Allah membalas kebaikanmu pak :)
"biar anak-anak yang belajar enak liatnya" kata beliau
dan hari ini keharuan semakin bertambah, 2 gadis kecil kelas 5 SD tergopoh-gopoh membawa meja kecil.
"kak ini mejanya kami berikan untuk rumah baca, biar enak belajarnya" seru mereka riang dengan nafas memburu karena ngos-ngosan. selama ini meja-meja kecil memang baru tersedia 5 buah saja.
"Masya Allah, kalian bawa ini dari mana?" sahutku yang sempat terkejut dengan kedatangan mereka
"dari gang 45 kak!"
MasyaAllah gang 45 itu jaraknya sekitar 500 m dari rumah baca. begitu semangatnya mereka. kebaikan mengalir dari tangan-tangan mungil itu.
fabiayyi ala irobbikuma tukadziban...
.........................................................
tetaplah berbuat baik
karena kebaikan itu mengalir..
tetap tebarkan ketulusan
karena ketulusan itu menular
(yAn)
.......................................................
bertempat di Jl. Ambawang RT 015 RW 001 Kelurahan Sarang Halang, Kecamatan Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan ruangan berukuran 8 x 5 m itu kini telah berjejer rapi koleksi buku-buku yang memang rutin dikirim keluarga di Jawa sejak saya kecil, hal tersebut didasari karena di kota saya tidak ada toko buku yang lengkap. jangankan semacam togamas ataupun gramedia, kios yang menjual buku bisa hitung dengan jari, mungkin hanya sekitar 2-3 toko saja itupun hanya terbatas buku pelajaran.
dilatarbelakangi dengan semangat berbagi dan dukungan dari keluarga besar tak kurang dari 12 kardus buku kembali dipaketkan dari Depok pada bulan juli yang lalu untuk menambah koleksi perpustakaan kami.
tetangga samping rumah yang berprofesi sebagai tukang kayu juga turut ambil bagian bersama ayah membuat rak-rak buku. dan beberapa hari kemudian tetangga tersebut kembali membuatkan kaki / sandaran papan tulis. Alhamdulillah, Semoga Allah membalas kebaikanmu pak :)
"biar anak-anak yang belajar enak liatnya" kata beliau
dan hari ini keharuan semakin bertambah, 2 gadis kecil kelas 5 SD tergopoh-gopoh membawa meja kecil.
"kak ini mejanya kami berikan untuk rumah baca, biar enak belajarnya" seru mereka riang dengan nafas memburu karena ngos-ngosan. selama ini meja-meja kecil memang baru tersedia 5 buah saja.
"Masya Allah, kalian bawa ini dari mana?" sahutku yang sempat terkejut dengan kedatangan mereka
"dari gang 45 kak!"
MasyaAllah gang 45 itu jaraknya sekitar 500 m dari rumah baca. begitu semangatnya mereka. kebaikan mengalir dari tangan-tangan mungil itu.
fabiayyi ala irobbikuma tukadziban...
.........................................................
tetaplah berbuat baik
karena kebaikan itu mengalir..
tetap tebarkan ketulusan
karena ketulusan itu menular
(yAn)
.......................................................
Belajar B. Arab bisa sambil bermain sembari menghapal kosa kata dan susunan bahasanya :)
Membuat pajangan nan elok dari bunga kering di sekitar, tak perlu mahal untuk berkarya :)
serunya membaca untuk menambah pengetahuan :)
pencil warna, crayon yak semua sudah siap untuk memadukan warna :)
saatnya belajar mengerjakan PR dan latihan tugas-tugas di sekolah
ssstttt jangan berebutan buku yak :)
Kurniawan Gunadi : Hujan Matahari
Judul Buku : Hujan Matahari
Penulis : Kurniawan Gunadi
Penerbit : Canting Press
Tahun Terbut : 2014
Tebal : 205 halaman
Kategori : Kumpulan Cerita dan Prosa
Buku ini termasuk “easy reading” yang bertema besar “Cinta” cinta kepada Yang
Maha Kuasa, orang tua, saudara, anak-anak, sahabat, pasangan hidup. juga kepada
seseorang yang namanya masih menjadi Rahasia besar dalam hidup. Tentang nilai-nilai
kehidupan yang dianut, harapan, komitmen serta pemahaman-pemahaman baik akan
kebijaksaan.
Buku ini terdiri dari 4 bab, setiap bab dilengkapi dengan Ilustrasi yang unik. Saya tidak akan bercerita
panjang lebar membahas buku ini. Karena sering
munculnya quotes dari Mas Gun sang pengarang buku ini di wall-wall fb
sudah menunjukkan bahwa buku ini sangat menarik terutama buat kaum muda mudi
yang sedang galau gundah gulana.
Bab I
Sebelum Hujan
“Selamat
hujan-hujanan. Jangan menghindar. Hujan itu rahmat”
(Kurniawan Gunadi)
Bab II
Gerimis
“Tuhanlah yang
berkuasa penuh membolak balikkan perasaan itu dalam sekejap. Cinta atau benci
itu perbedaannya tipis, cukup ‘Kun Faya Kun’. Maka kamu bisa mencintai
seseorang dan percayalah, Tuhan selalu memiliki alasan yang tepat mengapa
melakukannya pada hatimu. Seringkali kita dipertemukan pada seseorang yang baik
melalui cara-cara yang tidak kita pikirkan. Dan alasan sesederhana itu ternyata
mampu mengantarkan kita pada tujuan akhir”
(Kurniawan Gunadi)
“Jika Tuhan
menghendaki sebuah pertemuan, bagaimanapun caranya itu pasti terjadi, bukan?. Ada
banyak cara untuk mengawali pertemuan dan Tuhan memiliki seluruh caranya”
(Kurniawan Gunadi)
Bab III
Hujan
“Bersamaku, kamu
tidak perlu repot-repot berdandan berjam-jam. Toh make up-mu akan kalah
oleh hujan. Kita akan hujan-hujanan. Toh nanti make-upmu akan hilang
dibasuh wudhu. Sederhana saja, kan lebih enak. Mau bersamaku?”
(Kurniawan Gunadi)
Bab IV
Reda
“Kamu tahu? Kukira
di perjalanan ini tidak akan ada pembicaraan. Terima kasih telah membuka
pembicaraan. Aku paham. Tujuan yang sama akan mempertemukan orang-orang dalam
perjalanan”
(Kurniawan Gunadi)
Zaynur Ridwan : The Khilafa
Penulis : Zaynur Ridwan
Penyunting : Artawija (pernah ketemu sama ustadz ini sewaktu ikut
Sekolah pemikiran Islam, sosok teduh, bersahaja dan berwawasan luas sekali)
Penerbit : Salsabila
Tebal : 311 halaman
Kategori : Novel
Genre : Konspirasi
Buku ini merupakan Novel ke lima
Zaynur yang telah saya baca setelah emapat novel bergenre konspirasi lainnya, novel-novel tersebut antara lain ialah The Greatest
Design, Novus Ordo Seclorum, Indonesia Incorporated dan The book of codes. The
Khilafa ini merupakan Novel terakhir dari seri trilogi novel bergenre konspirasi sebelumnya yaitu The
Greatest Design dan Novus Ordo Seclorum. Seperti biasanya Zaynur dengan piawai
mampu mengungkapkan fakta-fakta tersembunyi berdasarkan hasil riset melalui
alur cerita yang membuat penasaran hingga pembaca dapat merasakan sensasi
menggebu pada saat membaca lembaran demi lembaran novelnya. Seringkali
penjelasan-penjelasan yang rumit memang lebih gampang dicerna otak lewat cerita
yang beralur.
Tokoh-tokoh dalam novel ini yang
pertama adalah Bumi pemuda cerdas dan pemberani asal Indonesia yang berdomisili
di Mesir, Bumi hadir di semua seri trilogy. Dan di seri yang terakhir ini Bumi
bertemu dengan seorang perempuan yang mampu menggetarkan hatinya yaitu Dokter
Mayra seorang gadis asal Palestina yang mengabdikan hidupnya untuk negri
tercinta, dokter Mayra telah kehilangan ibunya dan merelakan adik satu-satunya Faisal
untuk menjalankan misi bom bunuh diri sebagai wujud perlawanan terhadap Israel.
Selanjutnya juga ada Syaikh Naggar yang juga hadir pada Novel The Greatest
Design, Syaikh Naggar diceritakan sebagai tokoh yang dekat dengan para pejuang
Palestina dan sering membantu dalam misi perlawanan terhadap Israel. Aurora
Bulan, adalah ibunya Bumi yang memiliki profesi sebagai professor dan peneliti
di bidang sains.
Novel ini berlatar Gaza, Palestina yang merupakan tanah suci bagi tiga
agama di muka bumi ini yaitu Islam, Kristen dan juga Yahudi sejak dulu kala. Buku ini memaparkan dengan gamblang apa yang
terjadi disana, bahwa konflik berdarah yang terjadi sejak tahun 1946 itu bukan
hanya konflik antar dua Negara. Ini adalah pembumi hangusan umat manusia yang
ditujukan pada umat Islam dan penghancuran Masjid Al-Aqsha yang merupakan
kiblat kaum muslimin yang pertama. Perlahan dengan pasti masjid tersebut sedang
dalam proyek penghancuran oleh Israel untuk membangun haekal Sulaeman untuk
menyambut datangnya Raja Yahudi yaitu Dajjal.
“Kita tidak boleh
terjebak dengan upaya ‘devide et impera’ ini. Umat Islam tumbuh dalam satu kesatuan yang
sama, berpijak pada garis yang sama di bawah kalimat tauhid yang sama,
sayangnya umat yang begitu besar dalam jumlah kuantitas ini seperti ranting
kering yang begitu mudah dipotong dan dipatahkan lalu pecah menjadi beberapa
aliran, sekte, ajaran, mahzhab dan lain sebagainya. Upaya-upaya pemecahbelahan
ini yang kemudian diperkuat oleh kelemahan umat islam sendiri dalam merapatkan
shaf membuat Yahudi yang sebenarnya begitu lemah menjadi musuh yang sangat
kuat. Ini bukan zamannya lagi kita dipermainkan seperti ini, umat islam harus
bersatu. Tanah suci menjerit mengorbankanbegitu banyak darah dan sebentar lagi
Masjid Kiblat akan dihancurkan sementara kita masih bisa tidur dan bermimpi
dengan begitu indah.”
(The Khilafa : Zaynur
Ridwan, pg 102)
Buku ini juga menyibak tentang peranan propaganda media yang
dikuasai barat yang telah bertekuk lutut terhadap Yahudi. Televisi di Negara-negara
berpenduduk mayoritas muslim seperti Indonesia telah dipenuhi oleh hiburan yang
mengumbar syahwat, kontes-kontes yang hanya menilai fisik, isu terorisme,
berita kejahatan yang bebas di tonton anak-anak, Isu pemanasan global (dalam
Buku Indonesia Incorporated dan Novus Ordo Seclorum di jelaskan bahwa isu ini
hanyalah permainan yahudi). Semua isu itu hanya untuk mengalihkan perhatian
terhadap tensi pemanasan global yang sesungguhnya di Al-Quds.
“Ekalasi Perang
semakin membesar dan kita tidak bisa menunggu, apalagi untuk waktu yang terlalu
lama. Anda tahu bagaimnan perundingan-perundingan tingkat tinggi yang dimotori
Amerika Serikat dan PBB tidak pernah membuahkan hasil. Mereka hanya membuat
agenda untuk memperpanjang waktu dan mengambil kesempatan dari sana sementara
anak-anak kita satu persatu mati sebelum tahu bagaimana cara memanggul senapan”
(The Khilafa : Zaynur
Ridwan, pg 87)
Saya jadi membayangkan seandainya
televisi di Indonesia menyiarkan satu jam saja liputan khusus apa yang terjadi
di Tanah Palestina tentu akan membuat umat ini berkecamuk untuk segera
melantunkan gelora jihad. Bagaimana tidak?! Saudara kita menjerit, berteriak
dalam siksaan dan penindasan untuk mempertahankan Bumi Al-Aqsha sedangkan kita
disini tengah terbuai terlena dengan keadaan negri yang sengaja dicarut
marutkan dari sisi ekonomi, politik, sosial dan lain sebagainya.
Yang menarik ialah fakta
kehidupan di bawah lorong-lorong tanah Palestina digambarkan secara mendetail
oleh Zaynur. Tentang lorong-lorong pipa, terowongan bawah tanah yang sedikit
diketahui bahwa tanah di Israel dan Palestina memiliki struktur yang unik
karena tersusun bertingkat-tingkat. Lorong-lorong tersebut menjadi wilayah
perlindungan terbaik warga Palestina dan tempat para pejuang Hamas memetakan
gerakan perjuangan mereka dan menyimpan stok bom, rudal, granat, hinnya
kebutuhan pokok seperti makanan dan pakaian.
“Bila ada kisah
tentang orang-orang yang hidup di dalam perut bumi maka tidak ada cerita
seindah Gaza”
(The Khilafa : Zaynur
Ridwan, pg 188)
Novel ini endingnya “menggantung” kebanyakan novel bergenre
konspirasi yang saya baca memang seperti itu, apalagi dalam trilogy ini semua
endingnya masih menyimpan teka-teki. Mungkin karena menyingkap fakta-fakta
tersembunyi sehingga Zaynur tak ingin berandai-andai dengan ending yang “happy”
hmmmm saya rasa begitu. Namun demikian, trilogy ini tetaplah sebuah novel yang
menarik dan cerdas terutama untuk anda yang menyukai hal-hal berbau konspirasi.
Dan mengaduk-ngaduk isi hati tentang kenyataan bahwa yang bisa kita lakukan hanya
sedikit untuk membantu saudara kita, mempertahankan Rumah Allah. Allahummansur
Ikhwanal muslimin fii Filistiin.
Terakhir, Zaynur memaparkan
solusi dari semua kekacauan di muka bumi pada hari ini terutama di Bumi
Palestina adalah persatuan umat Islam yang harus selalu siap untuk berperan
serta menyambut sebuah janji Nubuwah yaitu akan tegaknya suatu pemerintahan Islam
yang dikomandoi atas satu Khalifah yaitu Fase Khilafah ‘Ala Minhajin
Nubuwwah.
“Masjid itu
menangis, dan kita umat Islam bahkan tidak mendengar rintihannya. Al-Aqsha
memanggilmu, Nak. Hari ini juga, saat ini…Sekarang!”
(Zaynur Ridwan)
Yoyoh Yusroh : Mutiara yang Telah Tiada
Judul Buku :
Yoyoh Yusroh Mutiara yang Telah Tiada
Penulis :
Tim GIP
Penerbit : Gema Insani
Tebal : 208 Halaman
Tahun Terbit :
2011
Kategori :
Biografi
Buku Biografi tentang Almarhummah Ummi Yoyoh Yusroh yang merupakan wanita luar biasa dalam mendidik ke 13 anaknya, berkontribusi penuh untuk Agama dan juga Negara, seorang da'iyah,anggota DPR/MPR, pengasuh yayasan tahfidzul Al-Qur'an putri. sosok yang sangat dicintai dan juga menginspirasi sungguh merupakan teladan yang luar biasa. Allahummagfirlaha warhamha wa 'afihi wa' fu'anha
Dalam buku ini diceritakan tentang kehidupan beliau sejak kecil, masa remaja, perjuangan jilbab di masa orde baru, uniknya cerita pernikahan dengan abi, berbagai perjuangan dakwah hingga bumi palestina, juga pendidikan anak-anak hingga menjadi generasi Rabbani pecinta Al-Qur'an. dan juga akhir hayat yang beliau jemput dengan senyuman indah wujud kerinduan dengan Rabbnya.
Berikut beberapa quotes dari buku ini :
Dalam buku ini diceritakan tentang kehidupan beliau sejak kecil, masa remaja, perjuangan jilbab di masa orde baru, uniknya cerita pernikahan dengan abi, berbagai perjuangan dakwah hingga bumi palestina, juga pendidikan anak-anak hingga menjadi generasi Rabbani pecinta Al-Qur'an. dan juga akhir hayat yang beliau jemput dengan senyuman indah wujud kerinduan dengan Rabbnya.
Berikut beberapa quotes dari buku ini :
"Kematian merupakanhak penuh Allah SWT tidak bisa diduga oleh siapapun,
tak bisa di tunda sedikitpun atau dipercepat"
(Yoyoh Yusroh)
"Selalu lah menggantungkan harapan kepada Sang Pewujud Harapan"
(Yoyoh Yusroh)
Salah satu cara untuk menjaga harmonisasi
hubungan ummi dan abi adalah bergandengan tangan di tempat tidur.
Ini adalah
ide Abi. Pernah Abi berkata :
“Ummi! Kalau kita ingin langgeng sampai tua,
kalau tidur harus sambil bergandengan tangan.”
"Ah Abi Lucu. Masa tidur gandengan tangan ?" Kata Ummi malu-malu.
"Ya, itu kalau ummi mau," kata abi pura-pura pasrah.
ummi pun setuju. Malam-malam selanjutnya bahkan Ummilah yang mengingatkan Abi untuk melakukan praktik gandeng tangan Ummi akan meraih tangan abi dan berkata,"Mana kok nggak dipakai resepnya?"
(Yoyoh Yusroh)
Pendidikan harus dilakukan sedini mungkin. Sewaktu di dalam kandungan pendengaran bayi sudah dapat berfungsi. Seorang wanita yang sedang hamil hendaknya membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an.
(Yoyoh Yusroh)
"Ya, itu kalau ummi mau," kata abi pura-pura pasrah.
ummi pun setuju. Malam-malam selanjutnya bahkan Ummilah yang mengingatkan Abi untuk melakukan praktik gandeng tangan Ummi akan meraih tangan abi dan berkata,"Mana kok nggak dipakai resepnya?"
(Yoyoh Yusroh)
Pendidikan harus dilakukan sedini mungkin. Sewaktu di dalam kandungan pendengaran bayi sudah dapat berfungsi. Seorang wanita yang sedang hamil hendaknya membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an.
(Yoyoh Yusroh)
Inspiring Book Quotes
Sebenarnya saya punya hobi lama yaitu mengumpulkan
kalimat-kalimat yang saya anggap menginspirasi (Bahasa kerennya kalau zaman sekarang adalah
qoutes) dari buku-buku yang telah saya baca. Dan rasanya sangat disayangkan
jika quotes itu hanya saya simpan sendiri. Oleh karena itu saya akan mencoba
berbagi melalui blog ini setiap harinya. One day one book. Semoga bisa istiqomah dan Semoga bermanfaat.
Sudut Lain Bumi Pertiwi
Tengoklah sejenak kawan
Ini adalah kisah tentang sebuah perjuangan dan juga harapan.
Agar bumi pertiwi terbebas dari kerusakan
Oleh mereka yang mengaku Memajukan peradaban
Namun tujuan utamanya adalah uang
Tidak adakah keinginan untuk selaras dengan alam?
Atau mungkin mereka sudah tak takut lagi dengan azab Tuhan.
Tengoklah sejenak saja kawan
Ini tentang sebuah kenyataan
Makna akan sejengkal tanah kelahiran
Yang tengah diperebutkan..[yAn]
-----------------------------------------
Terimakasih kepada Tim Ekspedisi Indonesia Biru
Yang telah membuka cakrawala
Tentang sudut lain Bumi Pertiwi ini
Ini adalah kisah tentang sebuah perjuangan dan juga harapan.
Agar bumi pertiwi terbebas dari kerusakan
Oleh mereka yang mengaku Memajukan peradaban
Namun tujuan utamanya adalah uang
Tidak adakah keinginan untuk selaras dengan alam?
Tengoklah sejenak saja kawan
Ini tentang sebuah kenyataan
Makna akan sejengkal tanah kelahiran
Yang tengah diperebutkan..[yAn]
-----------------------------------------
Terimakasih kepada Tim Ekspedisi Indonesia Biru
Yang telah membuka cakrawala
Tentang sudut lain Bumi Pertiwi ini
Pesona Pelaihari : Pantai Takisung
Hari ketiga dibulan Syawal yang lalu saya kedatangan tamu
dari Banjarmasin seorang kawan ketika menempuh pendidikan sarjana di ITS
(Institut Teknologi Sepuluh Nopember) Surabaya dulu, tepatnya dia adalah adik
junior saya di kampus walaupun berbeda jurusan tetapi kami sering bertemu dalam
beberapa event kampus. Sebenarnya sayalah yang mengundangnya untuk berkunjung kerumah saya mengingat
kawan tersebut tak bisa pulang ke Kampung halamannya di Kota Kediri Jawa Timur
akibat dari Bandara yang di tutup sebab Erupsi Gunung Raung beberapa saat yang
lalu.
“Nenek bagaimana jalan ke rumahmu? Aku di km 4,5 jl. A. Yani
Banjarmasin” tanyanya melalui chatting whatsapp. Abaikan tentang panggilan “nenek”
entah saya lupa telah punya julukan apa saja sewaktu kuliah dulu. Kembali dengan jalan A. Yani sangat
familiar di provinsi Kalimantan Selatan. Bagaimana tidak jalan ini adalah jalan
terpanjang di Kalimantan Selatan merupakan jalan lurus melintang sepanjang lebih
dari 400 km dengan nama yang sama yaitu A.Yani mulai dari ujung selatan
Kalimantan Selatan yaitu Kota Pelaihari hingga melewati Banjarbaru,
Banjarmasin, hingga Tanjung dan perbatasan Kalimantan Timur. Jadi kalau mencari
alamat di Kalimantan Selatan jika keterangannya hanya Jl. A.Yani saja tanpa ada
petunjuk km (kilo meternya) bisa-bisa kesasar dengan menyusuri jalan yang
memiliki panjang lebih dari 400 km ini. Walau pun jalannya lurus saja bukan
berarti datar karena Kalimantan Selatan merupakan Kawasan yang di lintasi
pegunungan yang dinamai Pegunungan Meratus, karena ada ratusan Gunung jalannya
sudah pasti naik turun.
“Oke dari km 4,5 Jl. Ayani lurus ada pertigaan belok kiri nanti
ada pertigaan Liang anggang belok kiri lagi udah lurus aja sampai ada bank
kalsel itu sudah Pelaihari nanti saya jemput” Yah, jalanan di Kalimantan memang
lurus-lurus saja tak banyak cabang tak banyak belokan. Sama seperti saya yang
berhati lurus ini (XD). Dari km 4,5 Jl. A. Yani Banjarmasin menuju Kota
Pelaihari harus ditempuh dengan perjalanan maksimal 2 jam, jarak tempuh sekitar
60 km.
Benar saja pukul 10.00 kawan tadi telah sampai di depan Bank
Kalsel. Dari rumah saya lumayan dekat sekitar 3 km. “nenek,
aku menikmati perjalanannya pemandangan hijau di sisi kiri dan kanan dengan
jalan lurus naik turun kayak di Malang kalau lewat jalur Ngantang tapi ini gak
berkelok curam, lurruuss aja” ceritanya rizka histeris (oh. Iya kawan saya
bernama Rizka). Okeh, masih semangat lanjut berpetualang! Kebetulan sekali
karena hari ini ayah telah berjanji untuk mengajak jalan-jalan kepada adik,
kakak, keponakan serta anak tetangga di tambah saya dan juga Rizka (dan
kesemuanya adalah perempuan kecuali ayah saya hoho).
Pertama kami ke pantai Takisung, Pantai terdekat dari kota
Pelaihari yang hanya berjarak 22 km, ini adalah Pantai yang terdapat di pucuk
paling Selatan Provinsi Kalimantan Selatan (Kalau liat di Peta dari kecil yang
saya bayangkan ketika melihat Peta Provinsi Kalimantan Selatan itu seperti
pantat ayam yang telah matang di goreng, ah mungkin imajinasi saya saja yang
berlebihan). Pantai Takisung adalah pantai berpasir merah dan memiliki tebing
tinggi dengan tangga berundak untuk bisa melihat pantai dari atas dengan angin
laut jawa yang kencang luar biasa. Di pantai bisa menyewa payung besar yang
telah tertancap di pasir untuk duduk-duduk sambil memakan bekal. Payung disewa
dengan harga 15.000 rupiah.
awan di Kalimantan itu berasa dekat dan sering beriringan
Ada banyak wisata Pantai lainnya dengan petunjuk arah yang sangat jelas dari Kota Pelaihari, antara lain Pantai Batu Lima, Pantai Batu Dewa, Pantai Batakan, Pantai Swarangan, Pantai Pegatan dsb. satu hari tak cukup rasanya berkeliling semua pantai di Pelaihari.
Selanjutnya kami pergi ke Taman Labirin. Nantikan tulisan berikutnya tentang Taman Labirin, Masih di Pesona Pelaihari =D
untuk dapat memfoto dengan view seperti ini saya memanjat menara pantau setinggi 4 meter dengan tangga kayu yang tegak lurus 90 derajat fufufu
Pesona Pelaihari Kabupaten Tanah Laut : MT. Bajuin & Goa Marmer
Tanah Laut adalah salah satu Kabupat3n di Kalimantan Selatan yang memiliki kontur unik, dimulai dari
pegunungan, perbukitan hingga pantai terdapat di Kabupaten ini. Itulah sebabnya kenapa Kabupaten
ini disebut dengan Kabupaten Tanah Laut, karena terdapat Tanah dan juga Laut. Tanah terhampar dengan view pegunungan, perbukitan, kota desa, lahan pertanian, perkebunan karet dsb. Terdapat laut yang berada di bagian Selatan Kalimantan Selatan berbatasan
langsung dengan Laut Jawa. Pada
umumnya penamaan Kabupaten di Kalimantan Selatan kalau saya cermati menunjukkan ciri
khas topografi di daerah tersebut seperti Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kab.
Hulu Sungai Selatan, Kab. Hulu Sungai Tengah adalah daerah-daerah yang di
lewati oleh sungai besar.
Kabupaten Tanah Laut
merupakan salah satu dari 8 Kabupaten yang termasuk kawasan Pegunungan Meratus. Kawasan pegunungan meratus tersebut melintang panjang mulai dari selatan hingga utara Kalimanyan Selatan. Salah satu wisata gunung yang merupakan bagian dari kawasan pegunungan meratus di Kabupaten Tanah Laut adalah Gunung Bajuin dimana terdapat Air
Terjun Bajuin dan Goa Marmer. Sebenarnya ada beberapa perbukitan yang juga menjadi tempat wisata namun hanya Gunung Bajuin inilah yang menurut saya "pantas" mendapat julukan gunung karena selain lebih tinggi dari pada yang lainnya, juga kondisi alamnya yang lebat dengan pepohonan dan bebatuan besar. Selainnya menurut saya lebih cocok jika disebut perbukitan karena tingginya yang masih berbilang ratusan meter saja diatas permukaan laut, jiga kondisi alamnya yang berupa hamparan padang ilalang, atau sabana walaupun penduduk lokal juga menamainya dengan gunung (Gunung keramaian, gunung raja, gunung khayangan , gunung tembak, gunung rimpi). Terakhir kali saya kesana sewaktu kelas 3 Madrasah Tsanawiyah bersama ayah. Berjarak sekitar 10 km dari Kota Pelaihari kurang lebih 2,5 jam
perjalanan melalui jalan beraspal hingga Desa Sungai Bakar terdapat
persimpangan dan jalan berganti dengan tanah. Menuju tempat parkir dan membayar
karcis (pada masa itu karcisnya 2000 rupiah). Saya dan ayah mulai melakukan trekking
menuju air terjun Bajuin. Telah ada jalan berundak dari bebatuan yang
memudahkan pengunjung di mulai dari tempat parkir hingga setengah perjalanan
menuju air terjun. Selanjutnya jalan
telah berganti dengan jalan setapak. Pemandangan samping kiri dan kanan adalah
pepohonan akasia yang lebat, pisang pohon lebat lain yang tidak saya kenali serta bebatuan yang besar-besar banyak pula monyet-monyet
yang bergelantungan, kicauan burung parkit dan sesekali terlihat burung elang
yang terbang menukik.
Setengah jam perjalanan telah terdengar gemuruh suara air
terjun. Langkahpun semakin di percepat jalan menanjak di tapaki dengan penuh
semangat. Ternyata tidak sulit untuk mencintai tanah kelahiran, bukan hanya
karena saya lahir dan besar di tanah Borneo ini. Namun, karena setiap saya
keluar rumah sungguh banyak kecantikan alam yang tersembunyi, kini terbentang
di depan mata Air Terjun Bajuin. Ternyata disana juga telah banyak orang-orang
yang menikmati keindahan dan kesegaran air terjun. Saya dan ayah berjalan
perlahan menuju sisi kanan tebing, kami ingin melihat the fall water from the top. Tiba-tiba saja
ayah yang berjalan di depan terperanjat kaget karena dari arah pepohonan di
samping kanan mendesis ular hijau dengan bentuk kepala seperti sendok yang
sedang menganga lebar. Dalam bahasa lokal ular jenis ini biasa disebut dengan
ular sendok atau ular pucuk. Saya dan ayah sudah tidak asing dengan ular di
rumah kami sering kedatangan ular di dapur, pohon jambu, di rumpun serai bahkan
di bawah meja belajar kakak ular satu bulan berganti kulit tidak ketahuan hanya
ada kulitnya saja yang tertinggal ketika kakak membersihkan kamarnya. Seketika ayah
segera mengambil ranting kayu dan menghalau-halau ular tersebut hingga pergi.
Dikawasan ini terdapat 4 buah air terjun dengan ketinggian
yang berbeda. Air terjun yang terdekat yang baru saja saya kunjungi tadi
memiliki ketinggian sekitar 25 meter, yang kedua sekitar 17 meter, yang ke 3
(37 meter) dan yang keempat (18 meter).
Salah satu dari 4 Air Terjun Bajuin
Tidak jauh dari lokasi air terjun terdapat wisata Goa
Marmer. Dengan perjalanan sekitar 30 menit. Goa ini memiliki batu yang
berukuran besar dan mengkilap berwarna pucat seperti marmer yaitu putih, kuning
dan krem. Gelap menuju ke dalam Goa dan terlihat mata-mata menyilaukan dari
kelelawar yang bergentungan di atas Goa. Yang di sayangkan adalah telah banyak
terdapat lubang bekas galian di sana sini, sepertinya warga sekitar mengambil
batu-batu tersebut untuk di jual.
Batu ini seakan melayang
Matahari mulai meninggi karena kami berangkat di pagi hari. Akhirnya
kami pun menyudahi wisata ke Gunung Bajuin, padahal ingin sekali ke puncaknya
melihat Kota Pelaihari dari puncak Gunung Bajuin Tentu menyenangkan yah
walaupun Gunung ini hanya memiliki ketinggian mungkin di bawah 2000 mdpl (tidak
ada keterangan yang pasti tingginya berapa) mungkin lain kali akan ke Gunung
Bajuin lagi untuk melihat puncaknya. karena dari setiap penjuru Kota Pelaihari dari arah manapun dapat melihat Puncak Gunung Bajuin. Setiba di parkiran ayah menanyakan kepada
warga berapa waktu yang dibutuhkan jika ingin melakukan pendakian ke puncak
gunung, bukannya menjawab pertanyaan ayah orang yang di tanya malah bergidik
ngeri sambil berkata “wah saya aja gak berani pak ke puncaknya kemarin wagra
sini di serang beruang di daerah dekat puncak sampai robek-robek badannya”.
Itu adalah pengalaman pertama kali mendaki gunung bersama
ayah 9 tahun yang lalu. Ah mendaki sejak saat itu menjadi candu selalu menyenangkan terucap nikmat dan syukur saat memandang tak jemu akan tanda-tanda kebesaranNya
ayah kesayangan
Sayangnya ayahku itu...
Ditunjukkannya dengan tiba-tiba ke kamarku dengan membawa palu paku serta balok kayu mungil untuk ganggang laci meja..
"Lihat yan. Sekarang jadi mudahkan untuk membuka lacinya"
Sayangnya ayahku itu...
Ditunjukkannya dengan memperbaiki lemari tua yang telah doyong menjadi kokoh kembali serta semakin cantik dengan di vernis. "Kau bisa menaruh buku-bukumu di lemari ini yan. Ayah sudah memberi roda juga sekarang jadi lebih mudah kalau ingin memindahnya"
Sayangnya ayahku itu...
Adalah ketika rumah paranet di kebun yang setengah jadi kemarin tiba-tiba sudah sudah selesai dan rapi jali di pagi hari ketika aku baru saja menyelesaikan semua pekerjaan rumah.
Sayangnya ayahku itu...
Adalah ketika memberikanku lampu bertenaga accu mungil ketika listrik padam di saat aku sedang tilawah.
Sayangnya ayahku itu...
Adalah ketika memberikanku segulungan kawat saat aku kehabisan kawat untuk membuat pot gantung.
Dan masih banyak bentuk sayangnya yang lain. Itulah ayahku. Tak banyak bertanya. Tak banyak berjanji. Namun aku telah belajar menjadi pengamat, pemerhati jeli dan cekatan dalam bertindak dari beliau sejak 20 tahun yang lalu.
Para pencinta sejati tidak suka berjanji. Tapi begitu mereka memutuskan mencintai seseorang, mereka segera membuat rencana memberi. Setelah itu mereka bekerja dalam diam dan sunyi untuk mewujudkan rencana-rencana mereka. Setiap satu rencana memberi terealisasi, setiap itu satu bibit cinta muncul bersemi dalam hati orang yang dicintai. Janji menerbitkan harapan. Tapi pemberian melahirkan kepercayaan.
Itu juga yang membedakan para pencinta sejati dengan para pencinta palsu. Kalau kamu mencintai seseorang dengan tulus, ukuran ketulusan dan kesejatian cintamu adalah apa yang kamu berikan padanya untuk membuat kehidupannya menjadi lebih baik. Maka kamu adalah air. Maka kamu adalah matahari. Ia tumbuh dan berkembang dari siraman airmu. Ia besar dan berbuah dari sinar cahayamu.
(Anis Matta)
Semoga cepat sembuh ayah :,) ayo kita berkebun lagi...
Ditunjukkannya dengan tiba-tiba ke kamarku dengan membawa palu paku serta balok kayu mungil untuk ganggang laci meja..
"Lihat yan. Sekarang jadi mudahkan untuk membuka lacinya"
Sayangnya ayahku itu...
Ditunjukkannya dengan memperbaiki lemari tua yang telah doyong menjadi kokoh kembali serta semakin cantik dengan di vernis. "Kau bisa menaruh buku-bukumu di lemari ini yan. Ayah sudah memberi roda juga sekarang jadi lebih mudah kalau ingin memindahnya"
Sayangnya ayahku itu...
Adalah ketika rumah paranet di kebun yang setengah jadi kemarin tiba-tiba sudah sudah selesai dan rapi jali di pagi hari ketika aku baru saja menyelesaikan semua pekerjaan rumah.
Sayangnya ayahku itu...
Adalah ketika memberikanku lampu bertenaga accu mungil ketika listrik padam di saat aku sedang tilawah.
Sayangnya ayahku itu...
Adalah ketika memberikanku segulungan kawat saat aku kehabisan kawat untuk membuat pot gantung.
Dan masih banyak bentuk sayangnya yang lain. Itulah ayahku. Tak banyak bertanya. Tak banyak berjanji. Namun aku telah belajar menjadi pengamat, pemerhati jeli dan cekatan dalam bertindak dari beliau sejak 20 tahun yang lalu.
Para pencinta sejati tidak suka berjanji. Tapi begitu mereka memutuskan mencintai seseorang, mereka segera membuat rencana memberi. Setelah itu mereka bekerja dalam diam dan sunyi untuk mewujudkan rencana-rencana mereka. Setiap satu rencana memberi terealisasi, setiap itu satu bibit cinta muncul bersemi dalam hati orang yang dicintai. Janji menerbitkan harapan. Tapi pemberian melahirkan kepercayaan.
Itu juga yang membedakan para pencinta sejati dengan para pencinta palsu. Kalau kamu mencintai seseorang dengan tulus, ukuran ketulusan dan kesejatian cintamu adalah apa yang kamu berikan padanya untuk membuat kehidupannya menjadi lebih baik. Maka kamu adalah air. Maka kamu adalah matahari. Ia tumbuh dan berkembang dari siraman airmu. Ia besar dan berbuah dari sinar cahayamu.
(Anis Matta)
Semoga cepat sembuh ayah :,) ayo kita berkebun lagi...
Langganan:
Postingan (Atom)