Solahuddin Al Ayubi adalah panglima yang luar biasa, yang memimpin pasukan islam untuk membuka kembali Palestina. Keluhuran budinya sudah tak diragukan lagi, bahkan terhadap musuhnya, Richard the Lion Heart, beliau mengirimkan tabib ketika musuhnya itu sakit. Kecerdasannya luar biasa, terbukti dari strategi perang yang dia terapkan. Integritas yang tinggi sampai pada menjamin keamanan tawanan perang. Namun ada satu sifat yang kadang terlupakan, tenyata beliau punya kebiasaan unik.
Ketika perang akan dilangsungkan, Salahuddin Al Ayubi melihat keadaan lawan di seberang medan perang. Ternyata pasukan tentara salib jumlahnya sangat besar, karena diambil dari seluruh dataran Eropa. Melihat kenyataan kuantitas lawan, Shalahudin menjadi ragu hatinya dan kemudian kembali ke perkemahan. Beliau berjalan – jalan melihat kondisi pasukannya , ada yang tilawah, shalat, qiyamul lail, berdzikir dan melakukan amalan – amalan lainnya. Melihat pasukannya dengan kondisi demikian, keraguan Shalahudin menjadi sirna, optimisme muncul lagi. “Pasti pertolongan Allah akan datang, Allah tak akan membiarkan pejuang dakwahNya jika mereka benar – benar tulus, taat dan menjaga hatinya tetap terhubung dengan Allah” bisiknya dalam hati. Maka Shalahuddin mencatat siapa – siapa yang sedang beribadah malam itu, dan secara kontinu mengontrol siapa yang istiqomah ibadahnya.
Ketika hari H perang, sebelum pemberangkatan pasukan berkumpul sesuai dengan batalion dan pimpinanannya masing – masing dengan Shalahuddin sebagai panglima perang. Sebelum berangkat, ada fenomena yang lain. Secara tiba – tiba Shalahuddin menyebutkan nama – nama yang tidak boleh turun jihad ke medan perang. Otomatis kebijakan yang tidak biasa ini menimbulkan banyak pertanyaan dan protes, baik dari nama – nama yang disebutkan dan pemimpin batalionnya. Maka sang panglima perang yang pemberani ini menjawab “Aku takut mereka akan menghalangi turunnya pertolongan Allah, karena ketaatan mereka tidak selevel dengan kalian “. Ternyata, nama – nama tersebut berasal dari hasil investigasi amalan yaumi yang dilakukan tiap hari oleh Shalahuddin terhadap masing – masing pasukannya dan dicatat dengan rapi (padahal dulu belum ada mata kuliah statistika). Dan nama – nama tersebut adalah pasukan yang ibadahnya kurang dibandingkan dengan yang lain.
Sebagaimana seorang pemimpin, ternyata jundi atau pasukan sangat berperan penting. Karena mereka berjamaah, maka jika ada satu saja yang “tak beres” maka akan berimbas pada semuanya, terlebih jika yang tak beres itu berhubungan dengan urusan jiwa , maka ancamannya lebih hebat lagi, yakni lepasnya jaminan janji kemenangan Allah. Shalahuddin sepenuhnya menyadari itu semua, mungkin sudah cukup bagi Shalahuddin belajar dari kegagalan masa lalu, dimana urusan ketaatan ini menjadi penentu utama. Sebagaimana kita pun tahu dengan kisah itu, yakni peperangan di bukit Uhud.
Tragedi kekalahan perang Uhud memang cukup memilukan, banyak sahabat yang syahid bahkan nabi sendiri terluka. Janji kemenangan dari Allah seketika berubah menjadi kekalahan yang pahit. Hal ini tak berhubungan dengan strategi perang, karena strategi Rasulullah sudah sangat jitu. Beliau sudah meletakkan pasukan pemanah berjumlah 70 orang diatas bukit dan berpesan “jangan turun sampai ada perintah dariku, apapun yang teerjadi dibawah sana jangan sekalipun turun sampai ada perintah dariku”. Namun para pasukan pemanah yang dipimpin Abdullah bin Jubay ini lalai. Mereka melihat dibawah bukit pasukan mulsim memenangkan perang dan mengumpulkan harta rampasan perang. Akhirnya mereka tergiur dan terjadi perdebatan, “perang sudah usai”, “tapi belum ada perintah dari Rasul”, “nanti kita tak kebagian harta rampasan perang”, akhirnya mereka turun karena silau melihat harta dan takut tidak kebagian. Tinggallah Abdullah bin Jubay dan 5 orang pemanah yang masih taat. Tiba – tiba kaum Quraisy yang dipimpin Khalid bin Walid memukul balik kaum muslimin dari belakang bukit, karena pasukan pemanah sudah tiada, hanya tersisa sebagian kecil, maka dimulailah tragedi kekalahan.
Lihatlah betapa kelalaian sebagaian kecil memberikan efek pada semuanya. Allah mencabut kemenangan karena kesalahan dari sebagian sahabat.Dosa sebagian kelompok akan menghalangi turunnya pertolongan Allah.
Maka ketika kita sudah berkomitmen bergabung pada sebuah komunitas atau jamaah kita sebaiknya istighfar terus menerus, bertaubat agar tak mengganggu jamaah, Jangan dikira sikap kita, apapun itu, baik buruknya, lurus bengkoknya, jelas gejenya , tidak berimbas pada jamaah. Walaupun itu jamaah manusia yang tentu saja anggotanya pasti pernah dan akan akan berbuat salah, tapi jangan dipakai pembenaran untuk membenarkan kesalahan yang diperbuat. Janganlah mencemari tujuan mulia dengan sikap yang tidak mulia.
Bisa jadi kondisi saat ini dimana jamaah berada dalam kondisi peralihan adalah karena ulah kegejean kita. Tak segera dimenangkan karena masih banyak anggotanya yang tidak jelas, berbuat aneh – aneh yang cukup mencemari ikhlasnya dalam berjuang. Namun tak juga perjuangan ini kalah (naudzubillah) karena mungkin masih banyak juga yang tulus ikhlas dan menjaga kemurnian niat dan perjuangannya ditengah beratnya jalan dakwah, hanya untuk Allah, senantiasa beribadah dan mendekatkan diri padaNya.
Jadi kalau mau bersikap yang menyerempet ke arah yang tidak – tidak atau mau berbuat geje, maka ingatlah “apakah kau hendak menjadi penghalang turunnya pertolongan Allah?”
Wallahualam
Inspired by Dr Amir Faishol. diceritakan oleh ustadzah
udah deh, jangan sampai dosa-dosamu itu mengotori dan menambah keruh jama'ah ini, jangan membebani jama'ah karena kelakuanmu yang tidak jelas. Astagfirullah .. dengan segala kerendahan hati aku memohon ampun kepadaMU ya Robb
1 komentar:
subhanallah
Posting Komentar