Adalah Shofura yang menjauh dari antrian para penggembala lelaki saat hendak memberikan minum ternak-ternaknya. Shofura beserta Laya saudara perempuannya rela menepi menunggu antrian penggembala lelaki memuaskan dahaga ternak mereka. Hingga tiba saat Nabi Musa as mewakilkan antrian mereka.
Adalah Shofura yang berjalan dengan malu dan berkata-kata singkat sesuai pesan Bapaknya untuk mengundang Nabi Musa as kerumahnya sebagai balasan pertolongan yang telah dilakukan Nabi Musa as.
Adalah Shofura yang ketika mengantarkan Nabi Musa as, ia berjalan di belakang Nabi Musa as. Kerikil demi kerikil ia lemparkan sebagai penunjuk jalan tanpa menggunakan kata-kata demi menjaga lisannya dari fitnah.
Adalah Shofura perempuan mulia nan bersifat malu inilah yang telah menjadi perantara atas jawaban do'a Nabi Musa, juga dikemudian hari menjadi istri Sang Nabi.
Terima kasih Shofura, Engkau telah mengajarkan kami bagaimana selayaknya perempuan memiliki rasa malu dalam bersikap. [yAn]
==========================
Entah mengapa satu minggu ini sekelebat surah Al-Qashash ayat 25 begitu sering "menyapa" saya. Berawal dari postingan di akun facebook ustadz Salim A Fillah yang sempat saya tuliskan disini, ketika mendengar kajian rutin rekaman suara Ustadz Budi Ashari pun membahas tentang sifat malunya perempuan yang di bahas di surah Al-Qashash ayat 25, saat iseng buka-buka majalah lama Muslimah ketemunya juga tentang kisah Shofura dan Laya ini. kemudian waktu baca kitabnya Ibnu Katsir Rahimahullah ketemunya juga kisah Al-Qashash ayat 23-25. Ada apa ini ya? Apakah Allah Subhanallahu Wa Ta'ala sedang memperingatkan saya untuk bersifat malu? kalau saya pikir-pikir sepertinya saya sudah cukup pemalu kok, walaupun lebih sering malu-maluin hehehe.
0 komentar:
Posting Komentar