# Merangkak menuju
puncak dewa 3697 mdpl
Setelah makan dan masak. Kita ngobrol-ngobrol ringan dengan anak-anak
UMM mencoba mengenali lagi satu persatu nama dan wajah mereka untuk memudahkan
pendakian nanti malam, gawat saja kalau ternyata yang gandeng nanti malam adalah
mbak muka rata gimana?. Pukul 23.00 kita memulai pendakian, memakai jaket
tebal, dua lapis kaus kaki, sarung tangan dan senter. Terlihat iring-iringan
rombongan lain dalam kegelapan. Menuju arcopodo, pos penanda terakhir sebelum
mahameru. Melewati arcopodo jalan menanjak yang sangat terjal dipenuhi oleh
pohon-pohon cemara dengan bukit dan jurang di sisi kanan kirinya, sangat berbahaya
apalagi pendakian di malam hari. Ada juga beberapa rombongan yang membangun
tenda di arcopodo,namun hanya sedikit tidak sebanyak seperti di kalimati karena
tanah yang landai terbatas dan jauh dari sumber air.
Baru setengah perjalanan 3 orang dari rombongan UMM memutuskan untuk
pulang ke Kalimati. Sudah tak kuat katanya. Oh iya, sebelumnya rombongan anak
UMM ada 10 orang. 2 orang memutuskan untuk tidak ikut ke Mahameru. Jadi aku dan
vera malam itu ngetrack bersama 8 orang anak UMM. Sekarang 3 orang memutuskan
tidak melanjutkan perjalanan yang tersisa adalah 5 orang bersama aku dan vera.
Benar-benar track yang berbahaya hingga sampailah kami di cemoro
Tunggal. Cemoro tunggal adalah vegetasi terakhir setelah rimbunan pohon cemara
di Arcopodo, hanya terdapat satu pohon cemara terakhir yang besar dan setelahnya
tidak ada vegetasi lagi. Sekarang di hadapan kami adalah jalan menanjak gunung
pasir sepanjang 1,5 km dengan kemiringan sekitar 50 derajat. Huaaaa perjuangan
baru dimulai, perjalanan sebelumnya sungguh belum ada apa-apanya. Beristirahat
sejenak di dekat cemoro tunggal aku, vera, dan 3 anak laki-laki dari UMM tadi,
yang 2 kemana ya? Akhirnya kita memutuskan untuk menunggu. Tak lama kemudian datang
lah Mei dan Hari.
“kalian lanjut t rek?” Tanya hari
“yo lanjut lah, eman yoo wes nyampe kene mbalek” sahut temannya
“Mbak ITS yo lanjut t?”
Aku dan vera mengangguk mantap
“yo wes, aku nitip Mei yo.. tak mbalek nganterno arek-arek sing gak kuat,
hati-hati sukses sampai mahameru, mbak vera wes tau sampe puncak kan? Nitip konco-koncoku
ya mbak”
Setelah berpesan menitipkan temannya kepada Vera, Hari bergegas memutar
badan untuk segera menemui teman-temannya yang memutuskan pulang ke Kalimati. Hari
sudah 3 kali kepuncak Mahameru, dan
pendakian kali ini memang dia niatkan untuk mengantarkan teman-temannya yang belum
pernah kesini, bukan lagi mengejar matahari pagi di puncak Mahameru. Pelajaran kedua
yang kudapat dari gunung
#SEORANG PEMIMPIN
HARUS BERTANGGUNG JAWAB PENUH ATAS ORANG-ORANG YANG DIPIMPINNYA
dan di
gunung kata-kata ini benar-benar akan di uji bukan hanya sekedar teori.
# Naik 3 langkah
Mundur 1 langkah
14 Agustus 2013, pukul 02.00 dini hari. Rombongan yang tersisa 6 orang.
3 cowok dan 3 cewek. Huaaa bukit pasir berbatu sepanjang 1,5 km dan menanjak. Kalau
bukan karena tekad yang kuat sudah pasti orang akan malas bersusah payah
mendaki seperti itu. Tiba-tiba teringat perbincangan salah satu teman jurusan saat
ku ajak mendaki semeru.
“apa enaknya sih naik gunung itu? Susah, susah naik.. nanti juga turun
lagi” …
“He? ==”
“Sama kayak maen bola, apa asyiknya coba satu bola direbutin 20 orang,
kubelikan satu-satu dah biar senang semua. Hahahahahaha”
“he? ==”
Waah lupakan lupakan.. biarkan yang lain berkicau aku kan tetap berlalu.
Tapi ini kog gak sampai-sampai yaa. Pasirnya susah di naikin naik 3 Langkah eeh
langsung mundur satu langkah… ayo naik, naik, naik, biar bisa sholat subuh di
puncak..
# Mbak? Tuk.. tuk..
kog membeku?
“Belum mantap yan, kalau belum pernah merasakan sholat subuh di puncak
Mahameru” seseorang pernah berpesan seperti itu kepadaku. Okee. Okee akan
kucoba . tapi ini sudah pukul 03.30 perjalanan masih jauh hwaa~~~
Pukul 04.15 wib fajar sudah menyingsing. Waah harus segera sholat subuh
#clingak-clinguk vera sudah jauh diatas sana, disini tak ada yang di kenal. Kali
aja ada yang mau diajak jamaah. Looh yang lewat malah bule-bule, akupun menepi
duduk diatas batu yang datar. Segera saja aku tayamum dan sholat subuh sambil
duduk. Masih rakaat pertama tiba-tiba kakiku dicolek pakai tongkat kayu.
“mbak.( Tuk tuk sambil mencolek kaki ku dengan tongkat kayu). Mbak? Mbak
gak membeku kan?”
Ternyata salah seorang dari rombongan UMM mungkin mengira aku hypothermia
(kedinginan hingga membeku)
Aku tak bergeming, tetap melanjutkan sholat
“mbk… mbakk” tuk tuk (kali ini mencolek tanganku . masih pakai tongkat
kayu)
Kemudian aku rukuk. Baru lah mas UMM itu paham kalau aku sedang sholat. Dia
pun melanjutkan naik ke atas. Hadee ada ada saja orang lagi sholat di kira
membeku karena hypothermia. Walaupun tak bisa sholat subuh di puncak, kali ini
aku memiliki pengalaman sholat subuh yang sangat berkesan “dikira sedang
membeku” ==” .. selesai sholat aku melanjutkan
perjalanan tak jauh dari tempatku sholat subuh tadi ku lihat mas UMM yang
mencolek-colekku dengan tongkat kayu sedang sholat subuh. Hha aku hanya bisa
tersenyum..
pelajaran ketiga yang kudapat dari gunung
#JANGAN PERNAH NGAKU PECINTA ALAM, SEDANGKAN KAU LUPA DENGAN PEMILIK ALAM .
#JANGAN PERNAH NGAKU PECINTA ALAM, SEDANGKAN KAU LUPA DENGAN PEMILIK ALAM .
lupa disini dalam artian meninggalkan kewajiban sholat ketika sedang
mendaki ataupun berpetualang di alam.
# Loh… mas elektro, kita ketemu lagi
Pukul 07.00 wib. .. hueee sudah pagi. Kog belum sampai puncak juga ya? Ayo
semangat. Sedikit lagi..
“ayo mbak.semangat.. sedikit lagi” sahut bapak-bapak yang menyalipku
dari samping..
“iya paak..” jawabku tak kalah semangat
Tiba-tiba dari arah depan. Orang-orang sudah banyak yang turun. Dan salah
satunya menyapaku.
“mbak pwk”
“looh mas. Elektro. Sudah dari atas?”
Ternyata mas elektro yang kemarin bertemu di jambangan
“iya mbak dari jam 5 tadi sudah sampai puncak. Kemarin di kalimati
dimana? Aku nyari-nyari nggk ketemu”
“wah iya mas. Aku juga nyari-nyari nggk ketemu akhirnya bareng rombongan
UMM. Nge-camp deket pos”
“oh deket pos. padahal sudah tak cari sampai situ juga. Aku nge-camp
agak jauh sih. Di dekat sumber air”
“wah gak maen ke sumber air kemaren. Sudah gak kuat. Jadi ambil air
nitip anak UMM”
“hha oh gitu rupanya. Tak turun duluan mbak.. ayo semangat mbak
puncaknya tinggal sedikit lagi”
# Alhamdulillah
mimpi yang benar-benar nyata PUNCAK MAHAMERU
07.15 wib. Alhamdulillah ini mimpi satu tahun yang lalu benar benar nyata
Samudera Awan…
Puncak para Dewa..
Puncak MAHAMERU
Kuasa Ilahi tak bertepi.. sujudku hanya kepadaMU
# Perpisahan dengan
pulau Jawa
Tradisi ketika sampai Puncak. Orang akan berfoto-foto ria sambil
menggenggam tulisan. Tulisan impian dan harapan. Ada juga yang memberikan pesan
cinta untuk orang-orang yang kasihi. Sepertinya terinspirasi dari “gantunglah
mimpimu setinggi langit” aji mumpung ketika berada di puncak gunung adalah yang
terdekat dengan langit maka muncullah tradisi seperti itu. Sedang aku bukan
tulisan impian, harapan atau pesan cinta. Sejak di Surabaya aku sudah memprint
tulisan
SETELAH 7 TAHUN MERANTAU
SAYONARA
PULAU JAWA
Yah tepat sekali. Pesanku di puncak dewa ini adalah pesan perpisahan di
puncak tertinggi pulau Jawa. Pesan perpisahan kepada pulau jawa yang 7 tahun
sudah menjadi tempat perantauan, di pulau tersebut aku menemukan banyak ilmu, cerita,
persahabatan dan warna warni kanvas kehidupan. Satu bulan berikutnya aku
kembali ke tanah kelahiran. Bumi Antasari, Banua Kalimantan Selatan.
Ceritanya satu minggu lagi wisuda, jadi bawa-bawa topi wisuda geto >.<
Sayonara Pulau Jawa
Bersambung lagi ^^.. kisah selanjutnya
# 2 malam di kali
mati
# Cerita Nabi – Nabi
# Sunrise di
gunung, sunset di laut, tapi aku lebih suka menatap langit malam dari manapun
# Siput yang
semakin melambat
# Ini adalah
perjalanan hati
# Gununglah yang
mempertemukan dan mempersatukan hati kita
0 komentar:
Posting Komentar