Sore
menjelang maghrib 10 Muharram 1435 H/16 November 2013 M
“Bubur
Asyuranya ding” (bubur asyuranya dek) seketika aku menoleh pada pemilik suara
tadi, berbalik arah setelah selesai mengunci pintu toko usaha keluarga ini.
Sejenakku amati pemilik suara itu berpeci, baju koko lengkap dengan sarungnya
sambil mengulurkan satu mangkuk kecil berisi bubur asyura dalam plastik.
“Gasan ulun
kah?” (buat saya?) balasku yang keheranan.
“iya gasan
ading” (iya, buat adek)
“Dari mana
ini? Ooo pesantren tahfidz dihiga ulun yang bubuhan hadramaut itu kah?” (Dari
mana ini? Dari pesantren tahfidz disebelah (yang dipangku orang-orang lulusan
Hadramat, Yaman, Timur tengah ) ya?) tanyaku lagi yang baru mengerti sosok ini datang
dari mana.
“Inggih”
(iya)
“Makasih
lah” (Terima kasih)
Pulang
kerumah sudah ada 2 mangkuk bubur asyura juga di atas meja makan¸wah wah bukan
aku saja yang dapat bubur asyura nih. Ibu yang membuat bubur dengan ibu-ibu
pengajian membawa bubur yang telah dibuat bersama-sama dan kakak yang dapet
bubur dari surau sebelah.
Apaan sih
bubur asyura? Kok 10 muharram malah bagi-bagi bubur? Kan anjurannya puasa kok
malah pada makan bubur?
Eeeiiitss jangan
salah paham dulu nih. Itu bubur juga dimakannya setelah adzan maghrib lah. Ini adalah
tradisi masyarakat banjar melayu yang memang dari jaman beauhula sudah
dilakukan. Sejarahnya gimana sih? Dan kenapa harus bubur coba? Kenapa bukan
soto banjar atau ketupat kandangan sekalian? Kan katanya ini adalah budaya yang
turun temurun, makanan khas kalsel kan yang paling trend soto banjar sama
ketupat kandangan. Wah kenapa ya? Kita tilik langsung aja deh asal usul bubur
asyura ini.
Di kalangan suku Banjar yang merupakan muslim Sunni di Kalimantan, Hari
Asyura diperingati dengan membuat bubur Asyura yang terbuat dari beras dan campuran
41 macam bahan yang berasal dari sayuran, umbi-umbian dan kacang-kacangan.
Bubur Asyura tersebut akan disajikan sebagai hidangan berbuka puasa sunah Hari Asyura.
Asyura merupakan peringatan hal-hal di bawah ini
dimana Muslim, khususnya Sunni percaya terjadi pada tanggal 10 Muharram.
·
Bebasnya Nabi Nuh dan
ummatnya dari banjir besar.
·
Nabi Ibrahim selamat dari
apinya Namrudz.
·
Kesembuhan Nabi Yakub dari
kebutaan dan ia dibawa bertemua dengan Nabi Yusuf pada
hari Asyura.
·
Nabi Musa selamat dari pasukan
Fir'aun saat menyeberangi Laut Merah.
·
Nabi Isa diangkat ke surga setelah
usaha Roma untuk menangkap dan menyalibnya gagal.
Pembuatan bubur asyura ini diperingati untuk mengenang sekaligus
mengambil hikmah dari berbagai peristiwa bersejarah bagi kaum Muslim sejak Nabi Adam alaihi salam (AS), manusia
pertama yang diciptakan Allah SWT hingga kenabian Muhammad SAW, rasul terakhir
sampai akhir zaman.
Disebutkan dalam kitab:
1. Nihayatuz Zain (Syeikh Nawawi)
2. Nuzhatul Majalis (Syeikh Abdul Rahman Al-Usfuri)
3. Jam’ul Fawaid ( Syeikh Daud al-Fatani)
Bahwa ketika bahtera Nabi Nuh berlabuh di Bukit Judi, baginda menyuruh kaumnya mengumpullkan barang makanan yang ada. Antara bahan yang dapat dikumpulkan ialah kacang baqila’/ kacang ful, kacang adas, ba’ruz , tepung , kacang hinthoh dan lain-lain. Semuanya ada tujuh jenis bijian lalu dimasak.
Dalam syair Imam Ibnu Hajar al-Asqalani pula dinyatakan:
“Pada Hari ‘Asyura ada 7 yang dimakan yaitu gandum (tepung),
beras, kemudian kacang mash (kacang kuda), dan kacang adas (kacang dal). Dan
kacang himmash (kacang putih), dan kacang lubia (sejenis kacang panjang) dan
kacang ful.”
Tentunya karena bukan hadis nabi yang shahih tradisi ini
bukanlah merupakan sesuatu yang bersifat Sunnah Rasul namun tidaklah jadi
kesalahan kepada siapa saja yang ingin memasak, menjamu atau memakan bubur yang
dinamakan bubur ‘Asyura itu. Sementara
itu, sejumlah ulama atau pemuka agama Islam suku Banjar selalu mengingatkan,
pembuatan bubur asyura bukan perintah Allah SWT dan Rasulullah Muhammad SAW,
tapi hanya sebuah tradisi. Oleh karena itu kaum Muslim berhati-hati dalam menyikapi
hari asyura ataupun niat dalam pembuatan bubur asyura agar jangan sampai
menimbulkan kesyirikan atau kemusyrikan. Pergunakan tradisi ini untuk
memperolah pahala
bersilaturrahim, pahala bergotong-royong, pahala memberi orang makan, dan
menunjukkan indahnya persaudaraan umat Islam.
Wallahu’alam bi shawab
0 komentar:
Posting Komentar